Persiapan Perjamuan Kudus: Perlukah?

12 March 2009

Di GKJW selalu disediakan pelayanan Ibadat Persiapan Perjamuan Kudus menjelang Ibadat Perjamuan Kudus. Pentingkah persiapan ini? Perlukah persiapan ini? Demikian yang sering ditanyakan secara kritis oleh sebagian warga jemaat. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, di sini akan sedikit disampaikan beberapa hal yang mudah-mudahan dapat menjawab pertanyaan di atas.

1. Arti Perjamuan Kudus.

Menurut Pranata GKJW disebutkan “Perjamuan Kudus adalah tanda kudus yang ditetapkan oleh Tuhan Allah untuk umat milikNya yang mengandung penghayatan akan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus”. Dalam sakramen biasanya dipakai elemen (materi) pelayanan yang berupa air (untuk baptisan), roti dan anggur (untuk perjamuan). Elemen-elemen tersebut sebenarnya merupakan materi (benda) yang lumrah saja. Namun dalam ibadat ini air, roti dan anggur (yang biasa) itu telah dipilih dan ditetapkan sebagai alat pertanda (simbolis) yang melambangkan tubuh dan darah Yesus Kristus yang dikorbankan untuk penyucian (dan penebusan) dosa manusia, serta lambang persekutuan Yesus Kristus dengan milikNya. Karena pemakaian elemen-elemen tersebut untuk menandai adanya karya penyelamatan Yesus Kristus yang begitu agung, kudus dan khusus, maka pelayanan yang demikian itu disebut sakramen. Sakramen dari kata sacre (latin)-sakral, artinya suci.

Pemaknaan atas elemen itu amat menentukan sikap hormat kita pada Perjamuan Kudus. Sekedar ilustrasi sederhana. Anda bisa membeli 2 lembar kain berwarna merah dan putih. Anda apakan saja kain itu tak masalah, termasuk Anda injak-injak! Tetapi ketika 2 lembar kain itu sudah disatukan menjadi seukuran bendera merah putih, maka anda tidak bisa lagi sembarangan memperlakukan kain yang sudah berupa bendera itu. Sekalipun Anda seorang diri di kamar pun tak akan memiliki keberanian untuk menginjak-injak bendera milik Anda itu! Mengapa? Karena pada kain itu terkandung “Harga/ kewibawaan sebuah Negara!” Demikian pula halnya dengan roti/anggur dalam PK. Oleh karena itu pelayanan sakramen ini harus selalu dilakukan oleh gereja secara teratur mengingat bahwa diadakannya sakramen itu berdasar pada ketetapan, bahkan perintah dari Tuhan Yesus sendiri, sehingga harus kita patuhi.

Di samping itu sakramen adalah inti kehidupan iman orang percaya yang sangat dibutuhkan oleh gereja (Warga Kristen) dalam kehidupan dan pertumbuhan iman mereka. Karena itu keikut-sertaan warga dalam menyambut sakramen ini merupakan kewajiban bagi setiap warga gereja.

Baca Juga:  Ekospiritualitas


2. Perjamuan Kudus merupakan Ibadat Istimewa.

Selama setahun kita hanya menerima pelayanan PK sebanyak 4 kali, yaitu: PK Jumat Agung, PK Pembangunan GKJW.; PK. se Dunia/Oikoumene, dan PK Advent. Di gereja lain ada yang setiap hari Minggu dilayankan PK. [Pertanyaan untuk DPT: manakah yang sebenarnya lebih tepat makna/ dogmatis: PK pada Jumat Agung ataukah justru saat Paskah?]. Masing-masing Perjamuan Kudus itu memang mengambil momen-momen tertentu dengan maksud agar Perjamuan Kudus memang benar-benar bisa dipersiapkan dengan sebaik-baiknya dan juga dihayati sedalam-dalamnya. Hal yang perlu kita ketahui bersama di sini ialah: Hal pokok apakah yang perlu kita ingat dalam mengikuti Perjamuan Kudus?

a.   Perjamuan Kudus merupakan salah satu cara yang kita lakukan untuk secara khusus dan juga dengan cara yang khusus menghayati dan memperbaharui iman dan kesetiaan kita kepada Yesus Kristus. Hal ini mengingat bahwa kita hidup/ mendapatkan keselamatan  hanya karena anugerahnya!

b.   Menjawab panggilan Kristus untuk hidup menuruti panggilanNya. Dan jawaban kita atas ajakan Kristus itu kita sambut dan kita lakukan dengan memakan roti (lambang Tubuh Kristus) dan meminum anggur (lambang Darah Kristus). Tentulah simbol itu bukan sarana ala kadarnya, melainkan sebagai ungkapan penghayatan yang sedalam-dalamnya dari orang percaya atas wujud nyata kasih dan pengorbanan Kristus. Bandingkan dengan ayat di bawah ini :

“Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman” Yakobus 5 : 12.

c.   Berjumpa dengan kekudusan Tuhan :
Menerima Pelayanan Perjamuan Kudus berarti kita berhadapan dengan kekudusan Tuhan sendiri. Hal ini tidak berarti bahwa dalam ibadat minggu biasa kita tidak berjumpa dengan Tuhan. Sekedar ilustrasi. Setiap hari kita bertemu dengan anggota keluarga: bercanda, berdiskusi, bernyanyi bersama dll, namun ketika ada anggota keluarga kita yang menikah misalnya, maka tentulah suasana rumah menjadi berbeda. Bahkan bukan hanya suasana rumah, tetapi juga suasana hati setiap anggota keluarga. Rasanya tidaklah mungkin peristiwa seperti itu berjalan seperti hari-hari biasa, pastilah ada berbagai persiapan yang dilakukan oleh keluarga. Ada pakaian istimewa, juga pakaian khusus yang kita kenakan. Demikian pula halnya dengan peristiwa khusus Perjamuan Kudus yang menyadarkan kita terhadap ketidaklayakan diri kita bila dibandingkan dengan kemahakudusan Tuhan. Oleh karena itu Perjamuan Kudus yang dilayankan hanya pada saat-saat istimewa merupakan sarana yang amat baik bagi kita untuk mawas diri, dalam arti bukan sekedar menyadari berbagai kekurangan kita, tetapi memiliki semangat memperbaharui hidup. Dan semangat pembaharuan itu disentuh melalui kesediaan hati kita untuk menerima Perjamuan Kudus. Di sinilah pentingnya hati yang sungguh-sungguh terbuka untuk kehadiran karya Kristus sendiri. Perhatikan kutipan Alkitab di bawah ini :

Baca Juga:  Memahami Makna Persembahan

“Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu” Wahyu 3 : 16.

d.   Bagaimana mempersiapkan diri?
Pada hakekatnya mempersiapkan diri dalam rangka menyambut Perjamuan Kudus itu sangat tergantung pada diri kita masing-masing. Mengapa? Karena tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui isi hati kita, kecuali diri kita sendiri. Oleh karena itu persiapan yang paling utama adalah datang dari hati kita sendiri. Kalau hal terpenting adalah kesiapan hati kita sendiri, apakah hal ini berarti persiapan secara bersama (di Ibadah Keluarga (Patuwen), atau bersama-sama dengan anggota Majelis Jemaat) menjadi tidak penting? Jawaban atas pertanyaan itu amat tergantung pada setidaknya ada 2 (dua) hal yaitu :

  1. Apakah kita adalah warga jemaat yang menghayati pentingnya persekutuan yang nyata atau tidak.
  2. Apakah kita adalah warga jemaat yang selalu ingin meminimalisasi sedemikian rupa rasa tanggungjawab persekutuan atau tidak.

Di gereja yang berlaku bukanlah peraturan yang legalistik (tidak ikut persiapan adalah berdosa, misalnya), tetapi ajakan /semangat yang mendorong kita supaya semakin menghayati dan mewujudkan secara nyata pentingnya persekutuan umat Tuhan. Persiapan Perjamuan Kudus secara bersama menjadi salah satu tanda penting atas rasa tanggungjawab persekutuan kita, serta rasa hormat kita atas karya Tuhan yang teramat istimewa. Perhatikan Surat Ibrani 12 : 2 :

Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan….”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak