Adalah sebuah kebiasaan bahwa di bulan Oktober tepatnya di minggu terakhir merupakan acaranya para pemuda se-GKJW yaitu Pekan Pemuda GKJW. Dimana untuk tahun 2020 ini tema yang diambil oleh Dewan Pembinaan Pemuda dan Mahasiswa adalah “BERGAS – Berkarya, Bergaya, Ber-asa di dalam Kristus“. Tema ini menggambarkan bahwa Pemuda GKJW memiliki tanggungjawab besar dalam “laku” hidupnya. Berkarya seperti Kristus dalam hal pelayanan, dalam hal gaya dan karakter hidup Kristen dan senantiasa bersandar dalam asa yang mengarah kepada Kristus.
Sebuah tema yang sangat menarik dan begitu sempurna untuk para pemuda GKJW dalam mewujudkan kehidupan anugerah Tuhan dengan senantiasa berkarya dalam pelayanan bagi sesama ciptaan, bersikap dan bertindak sesuai dengan karakter Kristus, dan selalu berpengharapan hanya pada pengasihan Tuhan.
Semua hal diatas pastilah menjadi impian dan harapan semua pemuda GKJW dalam mewujudkan hidup dan kehidupan pemberian Tuhan ini. Karena demikian adanya, bahwa Tuhan menciptakan setiap manusia sesuai dengan citra dan gambar Allah (Kejadian 1:27), sehingga semuanya ini menjadi hal yang harus diupayakan secara sadar oleh setiap pemuda GKJW agar bisa senantiasa BERGAS dan terwujudnya citra Allah di dalam diri para pemuda.
Pertanyaannya sekarang adalah apakah para pemuda GKJW sudah menjalani, mengalami dan merasakan kehidupan anugerah Tuhan ini sesuai dengan citra diri Allah, sehingga mampu berkarya dalam pelayanan yang berdasar pada karakter Kristus dan bergantung sepenuhnya pada pengharapan atas Dia?
Penciptaan seorang manusia sesuai dengan citra dan gambar Allah sudah dinyatakan secara jelas sejak peristiwa pembuahan di dalam rahim seorang perempuan, dimana setiap manusia diciptakan begitu luar biasa; pantas dan layak untuk menjalani sebuah kehidupan yang penuh dengan keberhasilan dan kesuksesan. Dan tentunya juga dalam menjalani hidup yang BERGAS – Berkarya, Bergaya, Ber-asa di dalam Kristus.
Beberapa catatan penting berdasarkan literatur ilmiah tentang penciptaan manusia yang sungguh sangat luar biasa adalah sebagai berikut:
- Setiap manusia diciptakan dari sebuah sel telur yang hanya dibuahi oleh satu sel sperma saja (diluar peristiwa anak kembar); dimana satu sel sperma tersebut adalah seorang PEMENANG dari sebuah pertandingan diantara 250 juta ~ 450 juta sel sperma. Artinya, dari awal penciptaan Tuhan sudah mendisain dan menetapkan setiap manusia berhak, pantas dan layak untuk meraih kehidupan yang penuh keberhasilan dan
kesuksesan dalam bidang apapun termasuk dalam upaya secara sadar terwujudnya citra dan gambar Allah di dalam kehidupan manusia. - Setiap manusia diberi anugerah yang sama oleh Tuhan sebanyak 86 Milyar sel otak atau neuron (Penelitian Herculano-Houzel). Namun hal ini masih berupa potensi saja. Sebuah potensi yang menjadi bekal setiap manusia untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Namun sering kali potensi ini hanya terpendam jauh di kedalaman tanpa pernah disadari, ditemukan dan digunakan dengan efektif dan maksimal.
- Setiap manusia juga diberi anugerah berupa pikiran yang sangat luar biasa agar manusia bisa mewujudkan citra diri Allah di dalam dirinya sebagai seorang manusia pemenang dan seorang manusia yang mampu berkarya dalam pelayanan, mengendalikan cara berpikir, berucap dan bertindak sesuai dengan karakter Kristus, mampu berserah dan pasrah kepada Tuhan sebagai Sang Pencipta kehidupan.
Ironisnya, anugerah pikiran yang luar biasa ini sering kali tidak disadari, dipahami, dan dimengerti keberadaan dan cara bekerjanya oleh manusia itu sendiri sehingga anugerah ini belum bisa dimanfaatkan dengan benar dan maksimal. Memang, manakala seorang bayi dilahirkan tidak disertai dengan buku panduan atau “manual-book” yang menjelaskan secara lengkap potensi (piranti canggih) apa saja yang melekat (terinstall) pada diri seorang bayi (layaknya sebuah gadget yang selalu disertai dengan sebuah manual-book sehingga user bisa menggunakan feature yang ada secara maksimal)
Tidaklah banyak manusia yang dengan kesadaran dirinya mau untuk memahami dan mengerti anugerah pikiran tersebut, khususnya pikiran bawah sadar (subconscious mind) yang bertanggung jawab, mempengaruhi, menentukan proses dan hasil dari 95% hingga 99% aktifitas berpikir; yang artinya menentukan hampir semua keputusan, tindakan, emosi dan perilaku kita sehari-hari (Artikel “Mysteries of the Mind: Your Unconscious is Making Your everyday Decisions” oleh Azegedy-Maszak, 2009).
Dengan melihat uraian diatas, sudah sepantasnya dan seharusnya para pemuda GKJW bisa dengan mudah meraih dan menjalani kehidupan saat ini dan masa depan dengan keberhasilan dan kesuksesan di bidang apapun juga. Termasuk tentunya di dalam upaya mewujudkan citra diri Allah di dalam kehidupan dirinya sendiri.
Ketiga anugerah Tuhan diatas merupakah “bahan materi” atau modal untuk setiap manusia mampu membangun sebuah bangunan megah nan indah, sebuah kehidupan yang penuh keberhasilan, kesuksesan dan kebahagiaan di masa depan. Karena demikianlah adanya “takdir” kehidupan setiap manusia termasuk didalamnya adalah para pemuda GKJW. Anugerah Tuhan ini menjadi bahan “utama dan pertama” dalam membentuk sebuah “pondasi” bangunan. Pondasi haruslah kuat guna menopang bangunan megah diatasnya. Seringkali para pemuda tidak bisa atau belum berhasil mewujudkan bangunan nan megah, sebuah keberhasilan dan kesuksesan dalam hidup oleh karena tidak kuatnya pondasi bangunan tersebut. (Matius 7:26).
Apa sebenarnya pondasi yang harus dibangun diatas keberhasilan dan kesuksesan hidup di masa depan, yang harus disiapkan oleh setiap pemuda GKJW, sehingga mereka mampu dan bisa senantiasa BERGAS dan menyatakan citra diri Allah di dalam dirinya sendiri?
Pondasi yang dimaksudkan tidak lain adalah KONSEP DIRI POSITIF.
Konsep diri adalah penilaian atau pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri. Bagaimana melihat dan berpikir tentang diri sendiri. Seberapa suka dengan diri sendiri. Seberapa pantas dan layak diri sendiri untuk mendapatkan keberhasilan dan kesuksesan dalam hidup.
Hal sederhana yang dapat dilakukan untuk melihat seberapa positif konsep diri Anda, adalah dengan cara Anda berdiri di depan cermin yang panjang, sehingga terlihat diri Anda dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.
Lihatlah dan pandanglah diri Anda yang ada di depan cermin ini. Apakah Anda merasa suka dengan diri Anda? Hal apa saja yang Anda sukai? Adakah dalam diri Anda yang tidak Anda sukai, apakah itu? Dan yang paling penting yang harus dijawab dengan jujur adalah bagaimana “perasaan” Anda saat melihat dan memandang sesosok diri Anda di depan cermin?
Banyak masalah yang dihadapi oleh para pemuda GKJW sehingga belum mampu untuk mewujudkan keberhasilan dalam hidup di masa saat ini maupun rancangan hidup di masa sepan; yang diakibatkan oleh tidak kuatnya pondasi atau konsep diri yang masih bermasalah.
Seperti contoh yang banyak ditemukan saat masih anak-anak yaitu berbagai perilaku dan perasaan negative yang menghambat seperti kesulitan dalam belajar, tidak bisa fokus dan konsentrasi, sering lupa dan melamun, merasa diri tidak mampu, takut gagal, merasa bodoh, bosan, tidak semangat, suka menunda, merasa malas, lebih suka bermain game atau gadget, dll.
Sedang di kalangan remaja atau pemuda, sering juga ditemukan masalah-masalah seperti tidak mampu merancang masa depan yang diinginkan, tidak mampu bertanggung jawab atas hidupnya sendiri, sulit memilih jurusan saat SMU atau saat mau kuliah, tidak bisa mandiri, tidak percaya diri, merasa tidak mempunyai kelebihan atau bakat tertentu, merasa diri tidak berharga, tidak mampu, tidak layak untuk berhasil seperti orang lain, tidak suka dengan keberhasilan orang lain, tidak mampu membuat impian masa depan yang gemilang, takut gagal, minder, tidak yakin dengan dirinya sendiri, dan masih banyak hal lainnya yang menjadi “hambatan” dalam diri para pemuda GKJW.
Pondasi kesuksesan atau konsep diri ini mulai terbentuk sejak masa kanak-kanak melalui interaksi dengan lingkungannya baik di rumah maupun di sekolah. Dan orang yang paling berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri setiap anak adalah orangtua di rumah dan guru di sekolah. Merekalah yang membentuk konsep diri setiap anak. Anak akan mempunyai konsep diri positif manakala dirinya merasa aman, dicintai, dihargai, diakui, diterima keberadaannya, dan mempunyai kendali diri secara penuh.
Beberapa hal penting yang bisa menjadi acuan bagi orangtua dan guru dalam membentuk konsep diri anak adalah dengan memastikan baterai kasih (kebutuhan emosional) anak terpenuhi dengan berlimpah, melakukan pendampingan secara berkelanjutan, memberi teladan yang baik, menggunakan kata-kata positif, memberi ruang bagi anak untuk berbuat salah atau gagal, percaya pada kemampuan anak, dll
Khusus tentang mengisi baterai kasih anak atau kebutuhan emosional anak, sering disalahartikan oleh orangtua. Orangtua sering mengklaim bahwa mereka sudah melakukan segala upaya dalam mengisi kebutuhan emosional anak melalui tindakan nyata dalam mencintai anak-anak mereka. Ukurannya bukanlah seberapa anda sebagai orangtua sudah “merasa mencintai” anak-anak anda, tetapi bagaimana memastikan anak-anak anda benar-benar “merasa dicintai” oleh anda sebagai orangtua.
Kiranya upaya secara sadar dari para orangtua dalam membentuk pondasi bagi anak-anak bisa menciptakan konsep diri positif yang akan menjadi landasan kuat bagi para pemuda GKJW untuk membangun bangunan yang indah dan megah, bangunan kesuksesan dan keberhasilan di bidang apapun di masa depan mereka.
Dan, dengan konsep diri positif ini para pemuda GKJW pasti mampu untuk senantiasa BERGAS – Berkarya, Bergaya, Ber-asa di dalam Kristus. Untuk berkarya seperti Kristus dalam hal pelayanan, dalam hal gaya dan karakter hidup Kristen dan senantiasa bersandar dalam asa yang mengarah kepada Kristus.
Semoga kita para orangtua dan jemaat GKJW secara keseluruhan bisa selalu “anggulawenthah” anak-anak dengan benar, agar nantinya mereka menjadi pemuda GKJW yang mempunyai pondasi yang kuat berupa konsep diri positif.
Tuhan memberkati dan memampukan kita semua
Purnomo
Warga GKJW Jemaat Lawang
Gambar: Education vector created by syarifahbrit – www.freepik.com