“Saya pernah dianggap menyia-nyiakan ngaji dan gagal mengamalkan ilmu gara-gara mbantuin bapak-bapak megangin tali anjingnya!” Ujar Evi, seorang partisipan muslim.
“Ketika aku kecil, prasaanku ke kawan Muslim campur-campur. Antara takut, benci, dan sebel karena mereka sering ngebully dan ‘malaki’ aku. Mungkin karena aku orang Cina, Kristen dan dianggap kaya.” demikian tutur Acong
Ungkapan dan pengakuan jujur tersebut mengawali “Training Komunitas Penggerak Perdamaian” yang diselenggarakan bersama oleh Paritas Institute, Gusdurian Surabaya, dan GKJW Jemaat Sukolilo pada tanggal 13-16 November 2018 di Surabaya. Pelatihan ini diikuti oleh 25 partisipan berusia 25 -30 dari agama Islam dan Kristen.
Perjumpaan lintas iman ini diharapkan efektif membongkar sekat-sekat pemisah yang tanpa disadari melekat dalam benak sejak lama. Berbagai materi yang diberikan dalam pelatihan ini memang didesain untuk tujuan tersebut.
Materi –materi tersebut antara lain deskripsi kelemahan dan keunggulan aksi GKJW dalam upaya nggolek sedulur. Disajikan pula uraian teoritis-reflektif seperti identifikasi posisi diri demi mengukur kadar intoleransi yang difasilitasi oleh Gus Aan Anshori. Sementara itu, peta intoleransi Indonesia, konstitusi dan regulasi, analisa sosial, kampanye media sosial, tips mengelola komunitas yang disampaikan oleh fasilitator Trisno Sutanto, Woro Wahyuningtyas dan Penrad Siagian dari Paritas Institute.
Dalam pelatihan 4 hari tersebut dilakukan pula studi lapangan dengan mengunjungi rumah hunian sementara penyintas konflik Suni-Syiah di Madura, GKI Diponegoro, dan Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela yang menjadi situs peledakan bom Surabaya.
Selain diskusi dalam kelas, perjumpaan antar partisipan yang terjadi secara alamiah di luar kelas efektif mengakrabkan dan memampukan setiap partisipan untuk menyahabati sang liyan. Rangkaian kegiatan diakhiri dengan donor darah dan diskusi film “Cahaya dari Timur” bertepatan dengan peringatan hari toleransi internasional.
Di tengah pekatnya semangat permusuhan dan syak prasangka yang melingkupi kehidupan, upaya menyebarluaskan perdamaian haruslah diupayakan dengan seksama. Training pengerak perdamaian yang diperuntukkan untuk kaum muda setidaknya menjadi langkah nyata dalam menyalakan pijar cinta.