SILI GKJW “Mbangun Paseduluran”

26 June 2024

Kabupaten Kediri, sebagai salah satu wilayah di Jawa Timur, dikenal dengan keragaman budaya dan agamanya yang tinggi. Berbagai komunitas agama seperti Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan aliran kepercayaan lainnya hidup berdampingan dengan damai. Keragaman ini merupakan aset berharga yang perlu dirawat melalui upaya pembangunan toleransi dan paseduluran (persaudaraan).

Upaya merawat toleransi dan persaudaraan itu haruslah dilakukan sejak dini, yaitu sejak usia anak-anak atau remaja, mengingat anak-anak atau remaja adalah generasi penerus bangsa, memiliki peran penting dalam menjaga harmoni dan toleransi di tengah masyarakat yang majemuk.

Selain itu, kehidupan sosial sedang berhadapan dengan isu kerusakan alam yang semakin hari semakin memburuk. Upaya memperbaiki dan menanggulangi bencana ekologis itu tentu tidak bisa dilakukan seorang diri, perlu kesadaran dan upaya bersama-sama untuk dapat mewujudkannya. Umat beragama, khususnya para remaja dipandang perlu didorong untuk menjadi agen perubahan yang peduli terhadap lingkungan sekitarnya.

Didasari pada kerinduan tersebut, Institut Pendidikan Theologi Balewiyata (IPTh. Balewiyata) dan Komisi Hubungan Antar Umat (KAUM) Majelis Agung GKJW, berkolaborasi dengan berbagai komunitas dan lembaga kembali menggelar acara Study Intensif Lintas Iman (SILI) yang dilaksanakan pada hari Senin-Selasa, 24-25 Juni 2024, di GKJW Jemaat Besowo, masuk dalam lingkup pelayanan Majelis Daerah Kediri Utara I (MD KU I).

Kegiatan SILI dengan tema “Mbangun Paseduluran” ini dirancang untuk mengatasi kedua masalah tersebut: membangun toleransi antaragama dan meningkatkan kepedulian lingkungan di kalangan remaja. Kegiatan ini melibatkan sekitar 65 remaja dengan beragam keyakinan dalam serangkaian aktivitas edukatif, interaktif, dan aksi sosial yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, toleransi, dan kepedulian terhadap lingkungan.

Selama dua hari lamanya, para peserta diajak untuk mengikuti diskusi lintas iman, workshop lingkungan, aksi penanama perawatan sumber air, dan kegiatan kebersihan lingkungan melalui dua sesi sarasehan yang telah disiapkan oleh panitia: Sesi pertama: Mendobrak Prasangka terhadap Sang Liyan “Kenali, Pahami, Hormati: Hidup di bumi yang Sama”. Dan Sesi Kedua: “Bersama tidak harus sama: bernafas
dengan udara yang sama”.

Baca Juga:  RAKET "Ramah, Kenal dan Toleran"

Dalam dua sesi diskusi tersebut, panitia melibatkan beberapa tokoh dari berbagai lintas ilmu untuk menjadi narasumber, diantaranya:
1) Dr. Taufik Alamin yang merupakan seorang dosen di IAIN sekaligus ketua ketua moderasi beragama IAIN Kediri. 2) Yuliono, PHDI kec. Kandangan, Wakil Ketua Bidang Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam, pegiat kerukunan antar umat beragama. 3) Pak Marsudi, beliau salah satu tokoh kepercayaan Saptodarmo di Desa Besowo. 4) Bp. Agus Tinus salah satu Dewan Stasi Katolik, 5) Pdt. Gideon Hendro Buwono, dan 6) Pdt. Chrysta B.P. Andrea dari IPTh. Balewiyata GKJW, dan 7) Pdt. Brahm Karismatius dari Komisi Hubungan Antar Umat Majelis Agung GKJW.

Perhatian pemerintah dan tokoh masyarakat setempat atas diselenggarakannya kegiatan ini diwujudkan dengan hadirnya beberapa tokoh diantaranya: Dodi Purwanto (Ketua DRPD Kab. Kediri) yang turut menemani panitia dan peserta hingga larut malam, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kab. Kediri, dan FORKOPIMCA Kepung yang diwakili oleh Camat Kepung. Selain itu, dukungan tersebut juga diwujudkan dalam rupa pendanaan untuk dapat memperlancar jalannya kegiatan yang berlangsung.

Foto : Multimedia GKJW Jemaat Besowo & Pdt. Noven

Renungan Harian

Renungan Harian Anak