22 perempuan lintas iman dari berbagai daerah di Jawa Timur kembali berkumpul di pendapa IPTh Balewiyata pada 5–7 Desember 2025 dalam rangkaian Studi Intensif Lintas Iman (SILI) yang didukung oleh United Evangelical Mission (UEM). Pelatihan keempat ini dirancang untuk memperkuat peran para peserta sebagai Perempuan Agen Perdamaian, dengan fokus pembelajaran pada penguatan kemampuan public speaking dan pengembangan proyek—dua keterampilan penting yang memperlengkapi perempuan untuk tampil percaya diri, menyuarakan pengalaman mereka, serta memimpin inisiatif yang berdampak di komunitas.
Pada dua hari pertama, para peserta mendalami seni public speaking bersama Mintarti Handayani, Founder Aha-Partner asal Surabaya. Mintarti menekankan pentingnya latihan berulang dalam membangun kualitas komunikasi. “Jangan takut berbicara dan jangan lupa berlatih, karena kualitas dilahirkan dari kuantitas,” ujarnya. Melalui praktik langsung, peserta mempelajari teknik dasar public speaking, mulai dari penguasaan materi dan struktur penyampaian hingga bahasa tubuh. Suasana pelatihan berlangsung interaktif dan penuh antusias, membuat peserta berani mencoba, bereksperimen, dan menemukan gaya bicara yang sesuai dengan karakter mereka.
Pada malam Bersama hari Sabtu, para peserta semakin dikuatkan melalui rangkaian permainan yang dirancang untuk mempererat koneksi dan membangun rasa kebersamaan. Suasana kemudian menjadi lebih hening dan reflektif ketika setiap peserta diajak menuliskan kata-kata penguatan pada lilin—sebuah simbol harapan dan keberanian di tengah berbagai tantangan yang sedang Indonesia dan setiap orang pribadi hadapi. Momen ini juga menjadi ruang untuk mengingat para masyarakat yang terdampak banjir di beberapa daerah, sekaligus saling berbagi cerita tentang aksi-aksi solidaritas yang dilakukan di komunitas peserta masing-masing. Melalui kegiatan ini, para perempuan lintas iman tidak hanya merayakan kebersamaan, tetapi juga meneguhkan komitmen mereka sebagai agen perdamaian yang saling menopang di tengah situasi sulit.
Keesokan harinya, Minggu, 7 Desember, para perempuan agen perdamaian ini mempelajari dasar-dasar pengembangan proyek dan bekerja dalam kelompok lintas agama untuk merancang inisiatif yang akan dilaksanakan sepanjang tahun 2026. Para peserta dikelompokkan berdasarkan minat dan potensi mereka: beberapa mengembangkan inisiatif ekologis, yang lain menangani kesejahteraan psikologis perempuan, sementara kelompok lain berfokus pada pemuda dan anak-anak, pendidikan, atau penguatan kapasitas perempuan. Selama proses tersebut, para peserta berlatih menggunakan perangkat perencanaan proyek—misalnya Log-Framework—yang membantu mereka mengembangkan proyek yang didasarkan pada kebutuhan nyata komunitas mereka, memungkinkan perencanaan yang lebih efektif serta terciptanya dampak yang bermakna dan nyata bagi masyarakat yang ingin mereka layani.
Perjalanan SILI belum selesai. Para peserta akan terus berproses dalam kelompok kecil, mengembangkan proyek lintas iman di komunitas masing-masing, dan mengikuti pertemuan daring secara berkala hingga pelatihan terakhir di Balewiyata pada September 2026, yang akan ditutup dengan Festival of Faith dan presentasi proyek yang telah dilaksanakan.
Berita dan Foto : Julia Tissen