Sebanyak enam vikaris ditahbiskan menjadi pendeta baru Greja Kristen Jawi Wetan dalam ibadah khusus yang diadakan tanggal 30 Agustus 2020 di Kapel IPTh. Balewiyata, Malang. Ibadah tersebut merupakan salah satu rangkaian acara dalam sidang ke-117 Majelis Agung GKJW yang dilakukan secara terbatas tahun ini.
Ibadah penahbisan pendeta kali ini berbeda dengan ibadah penahbisan pendeta tahun-tahun sebelumnya. Pandemi Covid-19 membuat ibadah penahbisan kali ini harus dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat dan hanya boleh dihadiri oleh 30 orang.
Hanya angota Pelayan Harian Majelis Agung GKJW, vikaris yang ditahbiskan, dan beberapa petugas teknis yang bisa hadir dalam ibadah itu. Hal ini tentu berbeda dengan ibadah penahbisan pendeta biasanya yang dihadiri oleh ratusan warga jemaat ditengah rangkaian Sidang Majelis Agung GKJW.
Para pendeta baru yang ditahbiskan itu ialah:
- Gresy Windy Kristiani (asal dari GKJW Jemaat Bongsorejo) – Telah menjalani masa vikariat di GKJW Jemaat Sambirejo, Darmo, Sitiarjo, Purwoharjo, RS Griya Waluya Ponorogo, YBPK Pujiarjo, dan GKJW Jemaat Probolinggo.
- Taksi Ria Aprilia Wati (asal dari GKJW Jemaat Blitar) – Telah menjalani masa vikariat di GKJW Pujiharjo, Lamongan, Tunjungsekar, Rejoagung, RSK Mojowarno, YBPK Sitiarjo, dan GKJW Jemaat Peniwen.
- Yohanes Candra Dwi Santosa (asal dari GKJW Jemaat Lamongan) – Telah menjalani masa vikariat di GKJW jemaat Simomulyo, Aditoya, Sengkaling, Madiun, Bondowoso, RS Reksa Waluyo, dan YBPK Kediri.
- Andreas Firmantyo (Asal dari GKJW Jemaat Ngoro) – Telah menjalani masa vikariat di GKJW Jemaat Sengkaling, Blitar, Purwodadi Jajag, Darmo, RS Reksa Waluya, YBPK Tempursari, dan GKJW Jemaat Madiun.
- Christo Dean Patria (Asal dari GKJW Jemaat Pare) – Telah menjalani masa vikariat di GKJW Jemaat Mojokerto, Wiyung, Sendangbiru, Sidorejo KU 1, RS Griya Waluya, dan YBPK Surabaya.
- Yunathan Susula Putra (Asal dari GKJW Jemaat Sugihwaras) – Telah menjalani masa vikariat di GKJW Jemaat Peniwen, Ngagel, Kedungkandang, dan GKJW Jemaat Tempurejo.
Ibadah penahbisan dilayani bersama oleh Pdt. Tjondro F.Gardjito (sebagai pemimpin prosesi tahbisan) dan Pdt Suko Tiyarno (sebagai pelayan firman). Bacaan alkitab dalam ibadah ini diambil dari Matius 16 ayat 21-28 tentang syarat-syarat mengikut Yesus.
Dalam khotbahnya, Pdt. Suko Tiyarno mengingatkan bahwa seorang pendeta selalu berada ditempat yang suci dimanapun ia ditempatkan atau dimutasikan. Hal itu karena gereja itu suci dan Tuhan Yesus yang suci ada disana.
Utk beradaptasi dengan tempat suci tersebut, seorang pendeta harus menyangkal diri dan menanggalkan pikiran manusia yang selalu mendambakan keamanan dan kenyamanan. Menyangkal diri berarti siap menderita memikul salib. Menyangkal diri juga berarti mengikuti cara hidup Kristus yg suci.
Pdt. Suko Tiyarno menambahkan, dengan menyangkal diri, orang mampu menerima penolakan terhadap kehendak dan keinginan pribadinya serta mampu menerima kemauan org lain. Gereja akan dapat bersatu dan menjadi berkat jika semua pelayan dan warga jemaat mampu menyangkal diri. Dengan penyangkalan diri, seseorang bisa hidup dengan tenang dan damai apapun yang terjadi dan dimanapun ia berada.
Prosesi penthabisan ditandai dengan berkat untuk enam pendeta baru tersebut. Selanjutnya dilaksanakan pemasangan stola pendeta dan penandatanganan piagam pendeta bagi para pendeta baru itu.