“Seringkali kami memilih untuk menutup identitas diri kami yang sebenarnya karena ada rasa kekawatiran penolakan yang akan kami alami, namun tidak pada acara malam ini”, begitulah kutipan singkat dari ungkapan kegelisahan hati sekaligus kesukacitaan yang disampaikan oleh salah satu perwakilan peserta.
Berbagai kesan muncul dan disampaikan oleh perwakilan pemuda-pemudi yang baru pertama kali mengikuti kegiatan yang melibatkan komunitas lintas iman seperti acara “Ketupat Merah Putih” yang diselenggarakan pada Selasa, 16 April 2024, bertempat di selasar pendopo atas Kantor Majelis Agung GKJW.
Acara yang dihadiri oleh 40-an peserta dari berbagai komunitas, penganut kepercayaan, dan organisasi lintas iman tersebut diiniasi oleh Gerakan Gusdurian Muda (Garuda) Malang dengan bekerja sama dengan IPTh Balewiyata GKJW.
Beberapa komunitas, penganut kepercayaan, dan organisasi lintas iman yang hadir diantaranya: penganut agama Baha’i, penganut Muslim Syi’ah, Komunitas Basis Mahasiswa (KBM) Malang, perwakilan pengurus GP Anshor Kota Malang, pemuda-pemudi Katolik, dan tentu saja juga diikuti oleh para pendeta tugas khusus di kantor Majelis Agung GKJW.
Meskipun acara dikemas secara sederhana, di mana dana yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan dikumpulkan secara sukarela, namun tidak mengurangi makna dan kebersamaan yang ingin dibangun melalui acara tersebut.
Dalam sambutannya, Pdt. Gideon menyampaikan: “Apabila teman-teman melakukan kegiatan di sini (di kantor MA), teman-teman jangan pernah merasa merepotkan kami (GKJW). Kami sangat bersukacita menyambut kehadiran teman-teman. Kami bersyukur ketika keberadaan kami dapat menjadi berkat demi terciptanya ikatan persaudaraan bagi kita semua yang berbeda ini. Semangat kami adalah semangat Golek Sedulur”.
Pada kesempatan tersebut, keluarga besar GKJW Jemaat Kedung Kandang melalui Komisi Hubungan Antar Umat-nya berkesempatan menyampaikan bingkisan Idul Fitri kepada dua orang tokoh penggerak Gerakan Gusdurian Muda kota Malang, yaitu Kyai Mahfur dan Gus Ilmi Najib.
Masing-masing perwakilan komunitas juga diberikan kesempatan untuk menyampaikan kesan melalui sambutan dan setelahnya juga memimpin doa sesuai cara agama dan kepercayaan masing-masing secara bergantian.
Acarapun diakhiri dengan njagong santai sambil menyantap hidangan berupa ketupat, sayur pepaya dan opor ayam yang disiapkan oleh ibu-ibu di kompleks kantor Majelis Agung GKJW. Sungguh nyata terlihat bagaimana semangat persaudaraan dan kebersamaan yang dibangun pada acara tersebut dapat menembus sekat-sekat perbedaan yang ada.