Pengampunan-Nya Memulihkanku Tuntunan Ibadah Anak 30 Maret 2025

17 March 2025

Tahun Gerejawi: Pra Paskah IV
Tema: Bertobat dan mendapatkan pengakuan
Judul: Pengampunan-Nya Memulihkanku

Bacaan: Lukas 15:11-32
Ayat Hafalan: “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga”. (Matius 6:14)

Lagu Tema:
1. Anak yang Hilang
2. Dengar Dia Panggil Nama Saya

Penjelasan Teks (Hanya Untuk Pamong)
Yesus mengetahui bahwa orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut melihat Yesus bergaul dan makan bersama dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Bagi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, ini sebuah kesalahan besar yang telah dilakukan oleh Yesus. Padahal para pemungut cukai dan orang-orang berdosa datang kepada Yesus untuk mendengarkan pengajaran-Nya. Oleh sebab itu perumpamaan tentang anak yang hilang sesungguhnya untuk mengkritik sikap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.
Ada tiga tokoh dalam perumpamaan tentang anak yang hilang, yaitu anak bungsu, anak sulung dan sang ayah/Bapa. Mari kita perhatikan satu per satu.

  1. Anak bungsu.
    Dia meminta pembagian harta warisan sebelum sang ayah meninggal, kemudian menjual seluruh bagiannya itu. Setelah itu, ia pergi ke negeri yang jauh. Di sana dia menghabiskan semuanya dengan cara hidup berfoya-foya. Ketika harta kekayaannya sudah habis, timbullah bencana kelaparan di negeri itu. Pemuda kaya raya itu akhirnya melarat sehingga dia harus bekerja sebagai penjaga babi agar dapat tetap bertahan hidup.
    Ketika dia menyadari keadaannya yang sangat buruk, dia menyesal dan memberanikan diri pulang ke rumah ayahnya.
  2. Anak sulung.
    Ketika dia mendengar ayahnya mengadakan pesta bagi adiknya yang telah pulang, dia marah dan tidak mau masuk ke rumah. Dia merasa ayahnya terlalu mengistimewakan adiknya yang selama ini sudah menyusahkan ayahnya. Padahal selama ini sikapnya baik terhadap ayah, namun dia merasa ayahnya belum pernah memperlakukannya begitu istimewa.
  3. Ayahnya/Sang Bapa.
    Dari kejauhan sang ayah (Bapa) melihat anak bungsunya pulang. Dia pun berlari mendapatkan anak bungsunya lalu merangkul dan menciumnya karena tergerak oleh belas kasihan. Dia juga menyuruh hamba-hambanya untuk memberikan jubah yang terbaik, sepatu, dan cincin untuk anak bungsunya. Selain itu, dia juga mengadakan makan bersama dengan menyembelih anak lembu yang tambun.

Anak bungsu dalam perumpamaan ini merupakan gambaran dari kelompok orang-orang berdosa yang dapat dianggap sebagai “anak yang hilang”. Anak sulung merupakan gambaran dari kelompok orang yang menganggap dirinya benar dan jauh lebih pantas menerima ‘hadiah’ atau keistimewaan. Ayah/Bapa merupakan gambaran dari Allah yang penuh belas kasihan, Allah mengasihi dan Allah yang memandang berharga semua orang. Allah yang tidak mencampakkan orang berdosa, melainkan menanti dengan sabar kepulangan orang berdosa.

Refleksi Untuk Pamong

  1. Anak bungsu dalam perumpamaan tentang anak yang hilang telah melakukan kesalahan dan akibatnya dia mengalami penderitaan. Namun dalam penderitaannya/keterpurukan, dia menyesal dan memiliki kemauan serta keberanian yang luar biasa untuk pergi menemui bapanya.
    Refleksi:
    Kita juga pernah melakukan kesalahan terhadap Bapa (Tuhan), bukan? Apa yang telah kita lakukan?
    Apakah kita merasa bersalah, lalu menyesal dan memiliki keberanian seperti si bungsu untuk “pulang ke rumah”?
  2. Tidak semua orang punya keberanian untuk “pulang”, seperti anak bungsu. Bisa jadi alasannya karena tidak siap menghadapi protes dari orang lain. Seperti yang dialami anak bungsu, dia mendapat protes dari anak sulung di ayat 28-30. Atau ‘gak siap menerima omongan tidak enak seperti cara ngomongnya orang Farisi dan Ahli Taurat pada ayat 1-2.
    Refleksi:
    Apakah kita pernah tidak berani “pulang” meski kita sudah menyesali kesalahan dan dosa-dosa kita? Apa yang menyebabkan kita tidak berani “pulang”?
  3. Ketika anak bungsu memberanikan diri untuk pulang ke rumahnya menemui sang bapa, dia menyadari betapa sang Bapa sangat baik dan penuh belas kasih kepadanya. Pengampunan sang Bapa tanpa syarat, memulihkan anak bungsu, dan mendorong anak sulung untuk mau menjadi pengampun bagi adiknya yang telah melakukan kesalahan.
    Refleksi:
    Apakah kita juga merasakan kebaikan Tuhan ketika kita datang kepada-Nya untuk menyesali kesalahan dan dosa-dosa kita dan menyatakan komitmen pertobatan kita?
    Apakah kebaikan dan pengampunan Tuhan yang kita terima, telah mendorong kita untuk menjadi pengampun bagi sesama kita yang melakukan kesalahan dan dosa?
  4. Anak sulung memandang rendah adiknya karena adiknya telah melakukan kesalahan. Bisa dikatakan, anak sulung menolak kehadiran adiknya yang mau bertobat.
    Refleksi:
    Apakah kita juga pernah bersikap seperti anak sulung dalam perumpamaan tentang anak yang hilang? Apa yang menyebabkan kita bersikap seperti itu?

TUNTUNAN IBADAH ANAK BALITA

Tujuan: Anak dapat membentuk kalimat dari pola gambar/simbol yang ada

Alat Peraga (Dapat diunduh di sini):

  1. Gambar si bungsu meminta warisan kepada ayahnya
  2. Gambar si bungsu berpesta dan berfoya-foya
  3. Gambar si bungsu mulai melarat
  4. Gambar si bungsu menjaga babi-babi
  5. Gambar si bungsu menyesal
  6. Gambar ayah memaafkan si bungsu

Pendahuluan
Pamong menggali pengalaman anak balita ketika ia melakukan kesalahan. Misalnya: saat ia menumpahkan makanan/minuman saat jamuan makan bersama, merusak barang orang lain (teman atau anggota keluarga), menghilangkan barang (mainan, uang, botol minum), dll.
Beberapa pertanyaan untuk memandu sharing adalah:

  1. “Siapa yang pernah melakukan kesalahan?”
  2. “Apa kesalahan yang sudah kamu lakukan?”
  3. “Apa yang kamu lakukan setelah melakukan kesalahan itu?”
  4. “Apakah ada yang memarahimu?”

Ya, kita semua pernah melakukan kesalahan. Kakek, nenek, papa, mama, kakak pamong, teman-teman di balita, kita semua pernah melakukan kesalahan. Ada yang deg-deg’an saat melakukan kesalahan. Ada yang menangis, menjerit, berteriak, atau lari bersembunyi ketika melakukan kesalahan. Tapi, ada juga yang mau meminta maaf dan berjanji untuk tidak melakukan kesalahan itu lagi.

Hari ini kita akan belajar dari kesalahan seorang anak yang membuat ayahnya sangat bersedih. Apa yang sudah dilakukan anak itu ya? Apakah ayahnya mau memaafkan kesalahan anaknya?

Inti Penyampaian
(Gambar peraga 1)
Ini si anak bungsu, yaitu anak terkecil dalam keluarga bapak ini. Dia punya kakak, si sulung yaitu anak pertama dalam keluarga ini. Hari ini, si anak bungsu memaksa ayahnya untuk meminta bagian dari harta warisan untuk dirinya. “Apa? Harta warisan? Pemberian harta warisan biasanya dilakukan ketika ayah ibunya sudah tiada. Ini kan masih ada ayahnya?” Permintaan anak bungsu itu benar-benar membuat sedih ayahnya. Tetapi karena anak bungsunya memaksa, akhirnya ayah memberikan harta bagian si anak bungsu.

(Gambar peraga 2)
Anak bungsu menjual semua harta kekayaan pemberian ayahnya. Surat mobil, surat motor, surat rumah, perhiasan, dan barang-barang mahal lainnya pemberian dari sang ayah….dijual anak bungsu. Tentu uangnya sangaaaat banyak sekali. Dia pergi ke kota lain sambil membawa semua uangnya. Ternyata di kota itu, anak bungsu menghabiskan uangnya dengan bersenang-senang. Dia suka mentraktir orang-orang yang ada di tempat dia nongkrong. Dia berpesta pora. Lama-kelamaan uangnya habis.

(Gambar peraga 3)
Kini uangnya sudah habis. Anak bungsu menjadi miskin, melarat. Dulu ketika uangnya masih banyak, ada saja yang mau berteman dengannya. Kini, ketika ia menjadi miskin, tak satupun yang mau menjadi temannya. Tidak ada yang mau meminjamkannya uang, atau membelikannya makanan dan minuman. Anak bungsu mulai kelaparan, tapi dia gak punya uang.

(Gambar peraga 4)
Anak bungsu berusaha bertahan hidup, tapi lama kelamaan dia tidak kuat juga menahan lapar dan haus. “Aku harus cari kerja”, pikir si bungsu. Tapi, dengan pakaian yang sudah jelek dan tubuh yang kelaparan, kira-kira bisa kerja apa ya? Apakah bisa melamar pekerjaan ke perusahaan, mall, sekolah, pabrik, atau toko? Tentu tidak ada yang mau menerimanya dengan kondisi seperti itu. Akhirnya anak bungsu mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan apa ya? Ya betul, anak bungsu diterima kerja sebagai penjaga babi-babi. Tugasnya adalah memberi makan babi-babi milik bosnya. Membersihkan kandang, dan memastikan babi-babi bosnya dalam keadaan baik.

(Gambar peraga 5)
Ketika anak bungsu bekerja, dia sangat lapar. “Aku ingin memakan makanan babi-babi ini”, katanya dalam hati. Dia pun teringat di rumahnya berlimpah makanan dan minuman lezat. Lalu dia menyesal dan memutuskan untuk kembali ke rumah ayahnya. Tapi, apakah ayahnya mau menerimanya pulang? Dia kan sudah menghabiskan harta warisan dari ayahnya. Dia kan sudah meninggalkan ayahnya dan tidak peduli pada nasehat ayahnya. Dia kan juga sudah membuat ayahnya bersedih dan selalu gelisah menunggunya pulang ke rumah, tapi dia gak pulang-pulang. “Apakah ayah mau menerima aku, ya?”, ucap anak bungsu dengan hati cemas.

(Gambar peraga 6)
Anak bungsu memberanikan diri untuk pulang. Dari kejauhan, ayahnya melihat si anak bungsu. Meski pakaiannya sudah sangat jelek, dan penampilan anak bungsu sudah seperti gembel (tidak rapi, tidak bersih, tidak wangi)…. Ayahnya memeluk dan mencium anak bungsu itu. Dia sangat mengasihi anaknya.
Sang ayah meminta hamba-hambanya untuk memberikan jubah yang terbaik, sepatu, dan cincin untuk anak bungsunya. Selain itu, dia juga mengadakan makan bersama dengan menyembelih anak lembu yang tambun. Wah, ayahnya sangat baik ya. Dia mau memaafkan kesalahan anak bungsunya dengan tulus.

Penerapan
Anak bungsu dalam cerita ini seperti diri kita. Kita tidak mau mendengarkan nasehat/perintah papa mama atau membantah nasehat orang tua. Kita memaksakan keinginan atau kemauan kita. Padahal itu bisa membahayakan kita atau membuat kita sakit. Namun kita terus memaksakan keinginan atau kemauan kita. Akhirnya kita mendapatkan masalah/kesulitan.
Ayah dalam cerita ini seperti orang tua kita dan juga Tuhan, yang sangat mengasihi kita. Papa mama dan Tuhan sangat bersedih ketika kita membantah atau tidak mau mendengarkan nasehat/perintah yang ada. Papa mama dan Tuhan sangat menantikan/berharap kita berubah menjadi anak yang baik.

Ayah dalam cerita ini seperti orang tua kita dan juga Tuhan, yang sangat bahagia ketika kita mau berjanji berubah menjadi lebih baik lagi. Mereka akan memberikan yang terbaik untuk membuat kita menjadi anak yang manis, anak yang taat, anak yang jujur, bertanggung jawab, dan anak yang peduli.

Jadi, saat kita melakukan kesalahan, jangan takut kepada orang tua dan Tuhan. Jangan bersembunyi atau melarikan diri dari mereka. Mintalah ampun pada Tuhan. Mintalah maaf pada papa mama. Mereka sangat menyayangi kita. Mereka ingin kita kembali menjadi anak kesayangannya.

Aktivitas
Membentuk kalimat dari pola gambar/simbol yang ada: Tuhan Yesus Mengasihiku
Peralatan yang diperlukan:

  1. Kertas bufallo untuk menempel (1 lembar dalam bentuk portrait untuk 4 anak balita)
  2. Lem
  3. Pola gambar/simbol


TUNTUNAN IBADAH ANAK PRATAMA

Tujuan: Anak dapat menggabungkan huruf yang acak menjadi kalimat “Pengampunan Tuhan Memulihkanku”

Alat Peraga (Dapat diunduh di sini):

  1. Gambar si bungsu meminta warisan kepada ayahnya
  2. Gambar si bungsu berpesta dan berfoya-foya
  3. Gambar si bungsu mulai melarat
  4. Gambar si bungsu menjaga babi-babi
  5. Gambar si bungsu menyesal
  6. Gambar ayah memaafkan si bungsu

Pendahuluan
Pamong menggali pengalaman anak pratama ketika ia melakukan perbuatan yang tidak benar (perbuatan yang salah karena tidak sesuai dengan firman Tuhan). Misalnya: ia memfitnah teman atau saudaranya sendiri, sengaja merusak barang orang lain (teman atau anggota keluarga) karena marah atau iri hati, memperalat orang lain untuk memenuhi tujuan/kepentingannya, berbohong/berkata dusta karena menutupi kesalahan, mencontek, mencuri barang atau uang, berkata-kata kotor (umpatan, cacian, ujaran kebencian), dll.

Beberapa pertanyaan untuk memandu sharing adalah:

  1. “Siapa yang pernah melakukan perbuatan yang tidak benar (perbuatan yang salah karena tidak sesuai dengan firman Tuhan)?”
  2. “Apa yang sudah kamu lakukan?”
  3. “Apa yang kamu lakukan setelah melakukan perbuatan yang tidak benar itu?”
  4. “Apakah ada yang tidak mau memaafkanmu? Mengapa?”

Ya, kita semua pernah melakukan perbuatan yang tidak benar. Ada yang deg-deg’an saat melakukan perbuatan itu. Ada yang menangis, ada yang diam atau tutup mulut agar tidak ada yang mengetahuinya, atau lari bersembunyi ketika melakukan perbuatan yang tidak benar. Tapi, ada juga yang meminta maaf dan berjanji untuk tidak melakukan kesalahan itu lagi.
Hari ini kita akan belajar dari kesalahan seorang anak yang membuat ayahnya sangat bersedih. Apa yang sudah dilakukan anak itu ya? Apakah ayahnya mau memaafkan kesalahan anaknya?

Inti Penyampaian
(Gambar peraga 1)
Ini si anak bungsu, yaitu anak terkecil dalam keluarga bapak ini. Dia punya kakak, si sulung yaitu anak pertama dalam keluarga ini. Hari ini, si anak bungsu memaksa ayahnya untuk meminta bagian dari harta warisan untuk dirinya. “Apa? Harta warisan? Pemberian harta warisan biasanya dilakukan ketika ayah ibunya sudah tiada. Ini kan masih ada ayahnya?” Permintaan anak bungsu itu benar-benar membuat sedih ayahnya. Tetapi karena anak bungsunya memaksa, akhirnya ayah memberikan harta bagian si anak bungsu.

(Gambar peraga 2)
Anak bungsu menjual semua harta kekayaan pemberian ayahnya. Surat mobil, surat motor, surat rumah, perhiasan, dan barang-barang mahal lainnya pemberian dari sang ayah….dijual anak bungsu. Tentu uangnya sangaaaat banyak sekali. Dia pergi ke kota lain sambil membawa semua uangnya. Ternyata di kota itu, anak bungsu menghabiskan uangnya dengan bersenang-senang. Dia suka mentraktir orang-orang yang ada di tempat dia nongkrong. Dia berpesta pora. Lama-kelamaan uangnya habis.

(Gambar peraga 3)
Kini uangnya sudah habis. Anak bungsu menjadi miskin, melarat. Dulu ketika uangnya masih banyak, ada saja yang mau berteman dengannya. Kini, ketika ia menjadi miskin, tak satupun yang mau menjadi temannya. Tidak ada yang mau meminjamkannya uang, atau membelikannya makanan dan minuman. Anak bungsu mulai kelaparan, tapi dia gak punya uang.

(Gambar peraga 4)
Anak bungsu berusaha bertahan hidup, tapi lama kelamaan dia tidak kuat juga menahan lapar dan haus. “Aku harus cari kerja”, pikir si bungsu. Tapi, dengan pakaian yang sudah jelek dan tubuh yang kelaparan, kira-kira bisa kerja apa ya? Apakah bisa melamar pekerjaan ke perusahaan, mall, sekolah, pabrik, atau toko? Tentu tidak ada yang mau menerimanya dengan kondisi seperti itu. Akhirnya anak bungsu mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan apa ya? Ya betul, anak bungsu diterima kerja sebagai penjaga babi-babi. Tugasnya adalah memberi makan babi-babi milik bosnya. Membersihkan kandang, dan memastikan babi-babi bosnya dalam keadaan baik.

(Gambar peraga 5)
Ketika anak bungsu bekerja, dia sangat lapar. “Aku ingin memakan makanan babi-babi ini”, katanya dalam hati. Dia pun teringat di rumahnya berlimpah makanan dan minuman lezat. Lalu dia menyesal dan memutuskan untuk kembali ke rumah ayahnya. Tapi, apakah ayahnya mau menerimanya pulang? Dia kan sudah menghabiskan harta warisan dari ayahnya. Dia kan sudah meninggalkan ayahnya dan tidak peduli pada nasehat ayahnya. Dia juga sudah membuat ayahnya bersedih dan selalu gelisah menunggunya pulang ke rumah, tapi dia gak pulang-pulang. “Apakah ayah mau menerima aku, ya?”, ucap anak bungsu dengan cemas.

(Gambar peraga 6)
Anak bungsu memberanikan diri untuk pulang. Dari kejauhan, ayahnya melihat si anak bungsu. Meski pakaiannya sudah sangat jelek, dan penampilan anak bungsu sudah seperti gembel (tidak rapi, tidak bersih, tidak wangi)…. Ayahnya memeluk dan mencium anak bungsu itu. Dia sangat mengasihi anaknya.
Sang ayah meminta hamba-hambanya untuk memberikan jubah yang terbaik, sepatu, dan cincin untuk anak bungsunya. Selain itu, dia juga mengadakan makan bersama dengan menyembelih anak lembu yang tambun. Wah, ayahnya sangat baik ya. Dia mau memaafkan kesalahan anak bungsunya dengan tulus.

Penerapan
Anak bungsu dalam cerita ini seperti diri kita. Kita tidak mau mendengarkan nasehat/perintah papa mama atau membantah nasehat orang tua. Kita memaksakan keinginan atau kemauan kita. Padahal itu bisa membahayakan kita atau membuat kita sakit. Namun kita terus memaksakan keinginan atau kemauan kita. Akhirnya kita mendapatkan masalah/kesulitan.
Anak bungsu dalam cerita ini seperti diri kita. Kita tidak mau mentaati perintah Tuhan, Bapa kita yang ada di surga. Tuhan atau Bapa kita di surga telah memberi perintah atau nasehat melalui firman-Nya yang bisa kita ketahui dari Alkitab. Saat beribadah di gereja atau di rumah bersama orang tua, kita bisa mengetahui apa yang diperintahkan atau diajarkan oleh Tuhan, Sang Bapa. Kita sudah tahu bahwa sebagai anak Tuhan, kita harus menghormati dan taat pada orang tua. Namun kita bertindak seperti anak bungsu dalam perumpamaan tentang anak yang hilang ini. Kita sudah tahu bahwa mencuri itu tidak boleh, tapi kita tetap mencuri. Kita sudah tahu bahwa berkata-kata kasar/kotor (seperti cacian, makian, ejekan, dll) tidak boleh. Tuhan ingin kita berkata-kata yang sopan dan lemah lembut. Tapi yang kita ucapkan ketika kita marah atau jengkel, justru kata-kata yang tidak baik.

Ayah dalam cerita ini seperti orang tua kita dan juga Tuhan, yang sangat mengasihi kita. Papa mama dan Tuhan sangat bersedih ketika kita membantah atau tidak mau mendengarkan nasehat/perintah yang ada. Papa mama dan Tuhan sangat menantikan/berharap kita berubah menjadi anak yang baik.

Ayah dalam cerita ini seperti orang tua kita dan juga Tuhan, yang sangat bahagia ketika kita mau berjanji berubah menjadi lebih baik lagi. Mereka akan memberikan yang terbaik untuk membuat kita menjadi anak yang manis, anak yang taat, anak yang jujur, bertanggung jawab, dan anak yang peduli.

Jadi, saat kita melakukan perbuatan yang tidak benar (perbuatan yang salah karena tidak sesuai dengan firman Tuhan), jangan takut kepada orang tua dan Tuhan. Jangan bersembunyi atau melarikan diri dari mereka. Mintalah ampun kepada Tuhan. Mintalah maaf kepada papa mama. Mereka sangat menyayangi kita. Mereka ingin kita kembali menjadi anak kesayangannya.

Aktivitas
Menyusun Huruf “Pengampunan Tuhan Memulihkanku”

Cara bermain:

  1. Pamong menyiapkan sedotan sejumlah anak Pratama dan potongan huruf-huruf dari kalimat “PENGAMPUNAN TUHAN MEMULIHKANKU” untuk tiap kelompok.
  2. Potongan huruf diletakkan di meja atau di lantai secara acak.
  3. Anak berbaris ke belakang sambil membawa sedotan
  4. Secara bergantian anggota kelompok mengambil huruf-huruf yang ada, membawa dan menyusunnya di tempat lain (sesuai ketentuan dari pamong) dengan menggunakan sedotan.
  5. Kelompok yang tercepat dan berhasil menyusun huruf sesuai dengan kalimat “PENGAMPUNAN TUHAN MEMULIHKANKU” yang menjadi pemenangnya.
  6. Permainan bisa dilakukan oleh 2 kelompok sekaligus (jika memungkinkan)

Peralatan yang diperlukan:

  1. Potongan huruf-huruf dari kalimat “PENGAMPUNAN TUHAN MEMULIHKANKU” untuk tiap kelompok.
  2. Sedotan sejumlah anak Pratama
  3. Meja (opsional)

TUNTUNAN IBADAH ANAK MADYA

Tujuan:
Anak dapat membentuk suatu benda dari plastisin sebagai simbol sukacita dan komitmen pertobatannya.

Alat Peraga:

Pendahuluan
Pamong menggali pengalaman anak madya ketika ia melakukan perbuatan yang tidak benar (perbuatan yang salah karena tidak sesuai dengan firman Tuhan). Misalnya: ia memfitnah teman atau saudaranya sendiri, sengaja merusak barang orang lain (teman atau anggota keluarga) karena marah atau iri hati, memperalat orang lain untuk memenuhi tujuan/kepentingannya, berbohong/berkata dusta karena menutupi kesalahan, mencontek, mencuri barang atau uang, melihat tayangan atau konten yang bersifat pornografi, berkata-kata kotor (umpatan, cacian, ujaran kebencian), dll.

Beberapa pertanyaan untuk memandu sharing adalah:

  1. “Siapa yang pernah melakukan perbuatan yang tidak benar (perbuatan yang salah karena tidak sesuai dengan firman Tuhan)?”
  2. “Apa yang sudah kamu lakukan?”
  3. “Apa yang kamu lakukan setelah melakukan perbuatan yang tidak benar itu?”
  4. “Apakah ada yang tidak mau memaafkanmu? Mengapa?”

Ya, kita semua pernah melakukan perbuatan yang tidak benar. Ada yang deg-deg’an saat melakukan perbuatan itu. Ada yang menangis, ada yang diam atau tutup mulut agar tidak ada yang mengetahuinya, atau lari bersembunyi ketika melakukan perbuatan yang tidak benar. Tapi, ada juga yang meminta maaf dan berjanji untuk tidak melakukan kesalahan itu lagi.
Hari ini kita akan belajar dari kesalahan seorang anak yang membuat ayahnya sangat bersedih. Apa yang sudah dilakukan anak itu ya? Apakah keluarganya mau memaafkan kesalahan anak itu?

Inti Penyampaian
Menggunakan metode Roleplay

Perlengkapan yang diperlukan:

  1. Surat tanah, surat motor, dan surat mobil (diprint lalu dimasukkan ke dalam map)
  2. Kotak perhiasan
  3. Kunci villa (diprint lalu ditempel di karton bekas/karton manila/kertas bufallo)
  4. Uang mainan dalam tas kertas
  5. Tas belanjaan seperti habis berbelanja di mall

Catatan untuk Roleplay:

  1. Ketika pamong menceritakan alur cerita dari perumpamaan tentang anak yang hilang, ada beberapa pamong lain yang memperagakannya sesuai dengan alur dan adegan cerita tersebut. Hanya memperagakan tanpa berkata-kata. Setelah memperagakan, diam sejenak (seperti patung) sampai pamong yang bercerita, menceritakan adegan/alur berikutnya.
  2. Peran yang diperlukan adalah anak bungsu, anak sulung, ayah, majikan pemilik babi dan seorang pelayan.

Lihat! Itu si anak bungsu sedang menemui ayahnya. Dia kelihatan marah dan memaksa ayahnya. Apa??? Ternyata anak bungsu itu memaksa ayahnya untuk meminta bagian dari harta warisan untuk dirinya. Padahal pemberian harta warisan biasanya dilakukan ketika ayah ibunya sudah tiada. Karena terus memaksa, akhirnya sang ayah memberikan harta bagian si anak bungsu. Ada surat tanah, surat motor, surat mobil, kotak perhiasan, kunci villa, dan masih banyak lagi.

Setelah menerima harta warisannya, anak bungsu menjual seluruh hartanya dan pergi ke negeri yang jauh (anak bungsu memegang banyak uang mainan). Di tempat itu anak bungsu menghabiskan uangnya dengan bersenang-senang (anak bungsu habis berbelanja, membawa banyak tas belanjaan). Dia suka mentraktir orang-orang yang ada di tempat dia nongkrong. Dia berpesta pora (anak bungsu joged sambil melempar uang mainan ke orang-orang di sekelilingnya).

Tak terasa, kini uang anak bungsu habis (anak bungsu membuka tas isi uangnya namun kosong). Kini anak bungsu menjadi miskin. Tidak ada yang mau meminjamkannya uang, atau membelikannya makanan dan minuman. Anak bungsu mulai kelaparan, tapi dia gak punya uang.

Anak bungsu menahan lapar berhari-hari, namun kini dia semakin tidak kuat. Akhirnya anak bungsu mencari pekerjaan (anak bungsu menemui seorang majikan pemilik babi), “Tolonglah aku, berikanlah aku pekerjaan, aku sangat lapar, aku butuh uang”, pintanya dengan memelas. Sang majikan pemilik babi mengajak anak bungsu ke kandang babi. Ia menjelaskan bahwa tugas anak bungsu adalah memberi makan dan menjaga babi-babinya. “Pastikan semua babiku makan sampai kenyang….tidak ada yang kelaparan”, tegas sang majikan.

Ketika anak bungsu memberi makan babi-babi itu, dia teringat rumah ayahnya. “Di rumah ayahnya berlimpah makanan, tetapi aku di sini kelaparan”, ucap si anak bungsu dengan berlinangan air mata. Anak bungsu sangat menyesal karena dia sudah meninggalkan rumah ayahnya dan tak peduli pada perasaan ayahnya. “Kalau aku pulang ke rumah, apakah ayah mau menerima aku kembali sebagai anaknya, ya?”, ucap anak bungsu dengan cemas.

Anak bungsu mulai meninggalkan kota itu dan berjalan menuju ke rumah ayahnya. Dari kejauhan, ayahnya melihatnya. Meski pakaiannya sudah sangat jelek, dan penampilan anak bungsu sudah seperti gembel (tidak rapi, tidak bersih, tidak wangi)…. Ayahnya memeluk dan mencium anak bungsu itu. Dia sangat mengasihi anaknya. Sang ayah meminta hamba-hambanya untuk memberikan jubah yang terbaik, sepatu, dan cincin untuk anak bungsunya. Selain itu, dia juga mengadakan makan bersama dengan menyembelih anak lembu yang tambun. Dia mau memaafkan kesalahan anak bungsunya dengan tulus.

Namun tidak dengan anak sulung. Ketika anak sulung pulang dari ladang, dia melihat ada sesuatu yang berbeda dengan rumahnya. Anak sulung pun bertanya kepada salah seorang pelayannya, “Apa yang sedang terjadi di rumahku?” Pelayan menjelaskan bahwa adiknya, si anak bungsu yang dulu pergi membawa harta warisan, kini sudah kembali. “Ayahmu sangat bahagia karena anak bungsu sudah kembali pulang. Ayah memintaku untuk memberikan jubah yang terbaik, sepatu, cincin untuk adikmu, serta menyembelih seekor anak lembu yang gemuk.

Anak sulung sangat marah kepada ayahnya. Dia tidak mau masuk ke rumahnya untuk ikut merayakan kepulangan adiknya. “Aku tidak pernah melanggar perintah ayah. Aku selalu menjaga ayah. Tetapi ayah tidak pernah menyembelih seekor kambing untuk aku bersukacita bersama sahabat-sahabatku”, protes anak sulung kepada ayahnya. Ayahnya menjelaskan, “Bukankah seharusnya kita bahagia karena adikmu sudah kembali? Adikmu sudah menyesal dan ingin berubah menjadi lebih baik”.

Penerapan
Anak bungsu dalam cerita ini seperti diri kita. Kita tidak mau mendengarkan nasehat/perintah papa mama atau membantah nasehat orang tua. Kita memaksakan keinginan atau kemauan kita. Padahal itu bisa membahayakan kita atau membuat kita sakit. Namun kita terus memaksakan keinginan atau kemauan kita. Akhirnya kita mendapatkan masalah/kesulitan.

Anak bungsu dalam cerita ini seperti diri kita. Kita tidak mau mentaati perintah Tuhan, Bapa kita yang ada di surga. Tuhan atau Bapa kita di surga telah memberi perintah atau nasehat melalui firman-Nya yang bisa kita ketahui dari Alkitab. Saat beribadah di gereja atau di rumah bersama orang tua, kita bisa mengetahui apa yang diperintahkan atau diajarkan oleh Tuhan, Sang Bapa. Kita sudah tahu bahwa sebagai anak Tuhan, kita harus menghormati dan taat pada orang tua. Namun kita bertindak seperti anak bungsu dalam perumpamaan tentang anak yang hilang ini. Kita sudah tahu bahwa mencuri itu tidak boleh, tapi kita tetap mencuri. Kita sudah tahu bahwa berkata-kata kasar/kotor (seperti cacian, makian, ejekan, dll) tidak boleh. Tuhan ingin kita berkata-kata yang sopan dan lemah lembut. Tapi yang kita ucapkan ketika kita marah atau jengkel, justru kata-kata yang tidak baik.

Anak sulung dalam cerita ini seperti diri kita, yang terkadang sulit memaafkan teman atau anggota keluarga yang sudah melakukan kesalahan karena kita memandang rendah mereka dan menganggap diri kita lebih baik dan lebih layak masuk surga atau menerima berkat dari Tuhan daripada mereka. Bisa dikatakan, kita seperti anak sulung yang menolak kehadiran sesama yang mau bertobat atau iri hati terhadap sesama yang mau bertobat.

Ayah dalam cerita ini seperti orang tua kita dan juga Tuhan, yang sangat mengasihi kita. Papa mama dan Tuhan sangat bersedih ketika kita membantah atau tidak mau mendengarkan nasehat/perintah yang ada. Papa mama dan Tuhan sangat menantikan/berharap kita berubah menjadi anak yang baik.

Ayah dalam cerita ini seperti orang tua kita dan juga Tuhan, yang sangat bahagia ketika kita mau berjanji berubah menjadi lebih baik lagi. Mereka akan memberikan yang terbaik untuk membuat kita menjadi anak yang manis, anak yang taat, anak yang jujur, bertanggung jawab, dan anak yang peduli.

Jadi, saat kita melakukan perbuatan yang tidak benar (perbuatan yang salah karena tidak sesuai dengan firman Tuhan), jangan takut kepada orang tua dan Tuhan. Jangan bersembunyi atau melarikan diri dari mereka. Mintalah ampun kepada Tuhan. Mintalah maaf kepada papa mama. Mereka sangat menyayangi kita. Mereka ingin kita kembali menjadi anak kesayangannya.

Aktivitas
Membuat sesuatu dari plastisin/malam sebagai simbol sukacita dan komitmen pertobatannya.

Cara bermain:

  1. Pamong membuat beberapa kelompok
  2. Tiap anak menerima beberapa plastisin dengan warna yang berbeda.
  3. Tiap anak memikirkan satu benda sebagai simbol sukacita karena dirinya telah menerima pengampunan dari Tuhan dan simbol komitmennya untuk berubah menjadi lebih baik. Seperti sukacita dan komitmen pertobatan anak bungsu yang telah menerima pengampunan dari ayahnya. Contoh simbol: bunga, matahari, lilin, kupu-kupu, dll.
  4. Setelah selesai, beri kesempatan kepada tiap anak madya untuk menjelaskan hasil karyanya (benda apa yang dibuatnya, mengapa ia memilih benda itu, dll)

 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak