Menjadi Pembawa Kabar Baik Tuntunan Ibadah Anak 12 Desember 2021

29 November 2021

Tahun Gerejawi: Advent 4
Tema:
Tokoh GKJW (Johanes Emde, Amarantia Manuel dan Johanna Wihelmina)

Bacaan: Filipi 4:4-7
Ayat Hafalan: Filpi 4:4 – Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!

Lagu Tema: Sungai SukacitaMu

Penjelasan Teks (Hanya Untuk Pamong)

Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi adalah salah satu kitab dalam Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru yang merupakan surat kiriman Rasul Paulus untuk jemaat Kristen yang ada di kota Filipi. Surat ini dikelompokkan sebagai surat-surat dari penjara bersama-sama dengan surat Paulus kepada jemaat di Efesus, Kolose dan Filemon.

Bagian pengantarnya menyebutkan bahwa Paulus dibantu oleh rekan sekerjanya yaitu Timotius dalam pengiriman surat kepada jemaat Filipi. Surat ini terutama ditujukan kepada semua orang percaya yang tinggal di Filipi dengan para penilik jemaat dan diaken. Walaupun surat ini ditulis dalam penjara tetapi Paulus tetap mengucap syukur dan berdoa bagi jemaat.

Di tengah penderitaan yang dialami jemaat Kristen di Filipi, Rasul Paulus meminta mereka tetap bersukacita. Paulus mengangkat pengalaman pribadinya sebagai seorang pemberita Injil yang harus dipenjara oleh karena Injil yang disampaikannya. Akan tetapi, dalam penderitaan ia tetap masih dapat bersukacita karena Injil itu mendapatkan kemajuan. Banyak orang dalam penjara yang kemudian menjadi percaya setelah mendengarkan Injil yang Paulus beritakan.

Ia juga mengangkat tokoh-tokoh lain seperti Kristus (Filipi 2:5-11), Timotius (Filipi 2:19-24) dan Epafroditus (Filipi 2:19-30). Ketiganya diangkat sebagai contoh yang patut diteladani jemaat. Yesus harus mengalami penderitaan sebelum akhirnya ditinggikan oleh Allah (Filipi 2:6-11). Ini menjadi penghiburan bagi jemaat bahwa jika mereka hidup dalam kesetiaan pada Allah maka mereka juga akan ditinggikan. Sementara itu, Timotius rela memberi diri menjadi pemberita Injil demi Kristus dan Epafroditus yang bahkan hampir mati ketika memberitakan Injil (Filipi 2:21,23). Lebih khusus, Paulus mendorong jemaat untuk memandang kepada Kristus yang tidak membalas perbuatan buruk orang tetapi mempercayakan semua kepada Allah. Yang perlu dilakukan jemaat adalah menunjukkan sikap bersahabat kepada semua orang (Filipi 2:8) dan tetap teguh dalam iman (Filipi 1:27,28).[2]

(https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Paulus_kepada_Jemaat_di_Filipi)

 

Refleksi untuk Pamong
Tidak ada jalan hidup yang mulus dan rata. Itu berarti bahwa setiap kita pasti pernah mengalami kesedihan, kegagalan, keputusasaan, kepahitan dan jalan buntu. Melalui bacaan hari ini, kita diajar oleh rasul Paulus untuk menghadapi setiap persoalan hidup yang mendera dengan tetap bersukacita, seperti rasul Paulus yang tetap memberitakan Injil meskipun ia dalam penjara. Bagi Paulus, hati yang penuh sukacita akan membawa dirinya selalu bersyukur atas apapun yang memimpa dirinya. Dan Tuhan tidak akan membiarkan dirinya seorang diri menanggung penderitaan. Itu juga berarti bahwa menjadi saksi Kristus tidak harus menunggu ketika kita dalam keadaan baik-baik saja.


TUNTUNAN IBADAH ANAK BALITA

Tujuan: Anak dapat menceritakan bahwa anak Tuhan yang baik adalah anak yang mau bersaksi

Alat Peraga: Pamong menyiapkan gambar di bawah ini

 

Pendahuluan
Selamat pagi anak-anak yang dikasihi Tuhan Yesus,

Senang sekali bisa bertemu kalian hari ini dalam keadaan sehat. Saya mau bertanya siapakah yang dalam seminggu ini ada yang sakit? (Berilah waktu anak-anak menjawab. Jika ada anak yang sakit, cobalah tanya pada mereka apa yang dirasakan selama sakit). Apa yang kalian rasakan ketika sakit? Apakah kalian rewel? Apakah kalian pingin menangis atau marah-marah karena tidak mau makan atau minum obat ketika orang tua meminta kalian makan atau minum obat? Atau…..Jika kalian tidak sakit, siapakah anggota keluargamu yang sakit? (Berilah waktu anak-anak menjawab. Jika ada anggota keluarga yang sakit, cobalah tanya pada mereka apa yang dirasakan selama sakit). Apakah kalian mengamati apa yang terjadi pada saudaramu yang sakit? Apakah saudaramu pingin menangis atau marah-marah karena tidak mau makan atau minum obat ketika orang tua meminta kalian makan atau minum obat? Akh…jika demikian yang kalian rasakan, ternyata sakit membuat kita menjadi tidak ramah atau baik pada orang lain ya.

Inti Penyampaian
Anak-anak yang dikasihi Tuhan,

(Pamong menunjukkan gambar Rasul Paulus)

Ini adalah gambar Rasul Paulus. Rasul Paulus adalah murid Tuhan yang memberitakan Injil sampai ke kota-kota lain di luar Yerusalem. Hari ini Rasul Paulus tidak sakit seperti kalian atau saudara kalian, tetapi Rasul Paulus ketika menulis surat kepada jemaat di Filipi sedang di penjara. Di penjara itu dimasukkan di sebuah ruangan dan tidak boleh keluar dari ruangan itu sampai beberapa waktu. Apalagi ruangannya sempit. Tentu saja rasul Paulus tidak bebas melakukan kegiatan. Ia tidak bisa mengajar dan menceritakan tentang Yesus Kristus pada banyak orang. Tetapi….apakah rasul Paulus bersedih karena ia di penjara? Wah…ternyata tidak loh. Rasul Paulus tetap bergembira. Dan rasa gembiranya itu, ia wujudkan dengan menulis surat kepada jemaat di kota Filipi. Ia mengajak orang-orang di Filipi untuk tetap bergembira meskipun mereka saat itu sedang mengalami kesusahan karena banyak orang lain yang tidak suka pada orang Kristen. Mengapa rasul Paulus mengajak orang Filipi untuk tetap bergembira? Karena hati yang gembira akan membuat orang-orang Filipi tetap merasakan kebaikan Tuhan. Jadi…hati yang sedih membuat kita tidak bisa melihat kebaikan Tuhan. Hati yang sedih membuat kita mudah marah. Hati yang sedih membuat kita tidak bisa berterima kasih atas kebaikan yang kita terima melalui orang-orang di sekitar kita. Jika demikian, maka kita tidak bisa menjadi saksi Tuhan Yesus. Masak anak Tuhan bawaannya marah-marah terus. Wah…pasti orang lain jadi malas dong dekat-dekat dengan kita.

Penerapan
Anak-anak yang dikasihi Tuhan Yesus,

Yuk…kita menghafalkan ajakan rasul Paulus untuk selalu bergembira agar kita bisa memberitakan Injil Tuhan dengan menceritakan kebaikan-kebaiakn yang Tuhan berikan kepada kita, seperti : kebaikan Tuhan memberi kesehatan pada kita, kebaikan Tuhan melalui orang tua sehingga bisa sekolah, kebaikan Tuhan melalui kakak yang setia membantu kesulitan kita.

Ayat hafalan kita terambil dari : Filpi 4:4 yang berbuanyi : “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Pamong mengajak anak-anak untuk mengulang-ulang ayat ini sampai mereka dapat menghafalkan.

Aktivitas

Pamong menyiapkan :

  1. gambar seperti contoh di di bawah ini. Masing-masing anak mendapatkan kedua gambar tersebut.

  2. Tusuk lidi
  3. Lem 

Cara membuat:
Minta anak-anak merekatkan kedua gambar tersebut pada tusuk sate secara bolak balik. Lalu pamong dapat membuat kalimat-kalimat pernyataan dan minta anak-anak menunjukkan gambar sesuai dengan ekspresi yang diinginkan.

Contoh:
Jika ada teman yang jatuh dan kamu menolong temanmu yang jatuh, bagaimana perasaan temanmu ketika kamu tolong? Senang atau sedih?


TUNTUNAN IBADAH ANAK PRATAMA

Tujuan:

  1. Anak dapat menceritakan bahwa anak Tuhan yang baik adalah anak yang mau bersaksi:
  2. Anak dapat menceritakan bagimana Emde, Amarantia Manuel dan Johanna Wilhemnina (sekeluarga) bersaksi atas iman mereka:

Alat Peraga
Pamong menyiapkan gambar patung Johannes Emde seperti di bawah ini

 

Pendahuluan
Selamat pagi anak-anak yang dikasihi Tuhan Yesus,

Saya mau bertanya pada tanggal berapa lahirnya GKJW? (Beri waktu anak-anak untuk menjawab). Kalau begitu, berapakah usia GKJW saat ini? Siapa yang bisa menjawab? Sebab minggu yang lalu sudah diberitahu lho. Adakah yang masih ingat? (Beri waktu anak-anak untuk menjawab). Wah…hebat. Ternyata masih ada yang ingat ya dan menghitung dengan tepat.

Inti Penyampaian
Anak-anak yang dikasihi Tuhan Yesus,

Ada banyak orang yang dipakai oleh Tuhan untuk memberitakan Injil di tanah Jawa Timur. Salah satunya adalah Johanes Emde dan keluarganya. Yuk…kita mendengarkan cerita tentang Johanes Emde dan keluarga yang dipakai Tuhan untuk memberitakan Injil.

(Pamong menunjukkan gambar Johanes Emde)

Ini adalah patung Johanes Emde. Dia termasuk salah satu orang yang ikut ambil bagian dalam sejarah berdirinya GKJW. Johanes  Emde adalah orang Jerman yang kemudian datang ke Indonesia menikah dengan orang yang Jawa dan ikut mewartakan Injil diawali di daerah dekat Surabaya atau Sidokare yang sekarang lebih dikenal dengan daerah Sidoarjo. Johanes Emde tidak sendirian dalam memberitakan Injil Yesus Kristus, tetapi bersama istri dan anaknya yaitu Amarentia Manuel dan Johanna Wihelmina. Cara mereka mengabarkan Injil pun terbilang unik yaitu dengan membuat salinan Injil Markus pasal 1 yang ditulis dengan huruf Jawa dan dan membagikannya sambil bersosialisasi berbelanja dengan masyarakat. Dalam waktu singkat, Nyonya Emde telah menjadi tangan kanan bagi Emde untuk berhubungan dengan orang Jawa. Emde sendiri tidak menguasai bahasa Jawa sehingga istrinya sangat menolongnya dalam menerjemahkan, menyebarkan traktat, serta menghubungi para tetangga di sekitar rumah mereka.

Kehadiran Nyonya Emde membuat kedua dunia yang berbeda itu dapat dipertemukan, hal ini dapat disimbolkan dengan fungsi rumah Emde. Rumah itu adalah pusat pertemuan yang di dalamnya orang Jawa pribumi, jemaat Gereja Protestan Surabaya, dan misionaris dapat berkumpul bersama. Di dalamnya, Nyonya Emde menerima dan menyediakan makanan untuk mereka semua. Rumah itu adalah sebuah pusat penginjilan dan kegiatan pendidikan. Untuk tugas yang terakhir, peran anak perempuan Emde, Johanna Wilhelmia, sangatlah besar. Dengan latar belakang pendidikan Barat yang lebih luas daripada ibunya, dia lebih aktif dalam hal pendidikan pada umumnya dan keterampilan rumah tangga pada khususnya. Dia juga aktif dalam menangani administrasi kegiatan misi di Surabaya. Dialah yang mengajar para perempuan dan anak-anak membaca, menulis, aritmatika, bernyanyi, bahasa Belanda, dan juga agama Kristen; semua pelajaran itu diberikan secara cuma-cuma. Ada sekitar 30-40 orang murid yang mengikuti pelajaran dari Johanna ketika perkumpulan itu masih diadakan di rumah Emde.

Kegiatan yang dilakukan Johanna lebih banyak dari yang dilakukan ibunya; selain mengajar, ia juga aktif mendampingi pelayanan pembagian Alkitab dan traktat-traktat dalam bahasa Jawa dan Madura. Tak hanya itu, ia juga menerjemahkan beberapa bagian dari Injil Markus dan diperbanyaknya sendiri. Di samping berbagai kegiatan tersebut, dia juga mengatur sebuah panti asuhan yang sekaligus berfungsi sebagai sebuah penginapan gratis bagi para pekerja misi yang sedang dalam perjalanan.

Sangatlah jelas bahwa istri dan putri Emde memainkan peranan yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan penginjilan Emde dan tugas-tugasnya. Pada 1840, setelah bekerja selama bertahun-tahun, mereka mengumpulkan buah yang telah lama mereka rindukan. Dasimah, salah satu orang Kristen Jawa yang pertama, mulai mengunjungi rumah mereka. Dan, dari seorang tamu ini, persekutuan itu bertumbuh menjadi sekitar seratus orang jemaat. Seperti yang telah diduga, Nyonya Emde dan putrinya tetap menjadi penolong dalam kesuksesan kebaktian di tempat itu. Di samping melayani sebagai penerjemah, mereka juga menyiapkan makanan dan minuman untuk perkumpulan tersebut (https://misi.sabda.org/peran-perempuan-dalam-misi)

Dalam bacaan hari ini juga dikisahkan tentang seorang rasul yang menjadi saksi Kristus, sekalipun harus di penjara dan mengalami berbagai penderitaan Paulus tetap setia. Paulus menjalani hidup dan pelayanannya dalam pengharapan, cinta, kebaikan, ketulusan, pengorbanan, kesadaran, tetap berdoa, dan melakukan kebaikan, semua itu bersumber dari kasih Kristus yang tidak pernah berkesudahan. Nah, bagaimana dengan kita di zaman sekarang? Apa yang bisa dilakukan untuk menjadi saksi Injil? 

Menjadi saksi ternyata bisa kita mulai dengan melakukan hal baik dan teladan nyata dalam hidup keseharian, dalam keluarga, sekolah, masyarakat. Dengan menjaga diri dalam pengharapan, cinta, kebaikan, ketulusan, pengorbanan, kesadaran, tetap berdoa, dan melakukan kebaikan. Siapa yang siap untuk bersaksi? Semua dong ya!! Mari kita terus semangat untuk menjadi saksi Kristus. Tuhan memberkati.

Penerapan
Dalam bacaan hari ini juga dikisahkan tentang seorang rasul yang menjadi saksi Kristus, sekalipun harus di penjara. Tetapi….apakah rasul Paulus bersedih karena ia di penjara? Wah…ternyata tidak loh. Rasul Paulus tetap bergembira. Rasul Paulus tetap memberitakan Injil Yesus Kristus. Lalu bagaimana caranya ia memberitakan Injil di dalam penjara? Caranya dengan : MENULIS SURAT. Dengan hati gembira, Rasul Paulus menulis surat kepada jemaat di kota Filipi. Ia mengajak orang-orang di Filipi untuk tetap bergembira meskipun mereka saat itu sedang mengalami kesusahan karena banyak orang lain yang tidak suka pada orang Kristen. Mengapa rasul Paulus mengajak orang Filipi untuk tetap bergembira? Karena hati yang gembira akan membuat orang-orang Filipi tetap merasakan kebaikan Tuhan. Jadi…hati yang sedih membuat kita tidak bisa melihat kebaikan Tuhan. Hati yang sedih membuat kita mudah marah. Hati yang sedih membuat kita tidak bisa berterima kasih atas kebaikan yang kita terima melalui orang-orang di sekitar kita. Jika demikian, maka kita tidak bisa menjadi saksi Tuhan Yesus. Masak anak Tuhan bawaannya marah-marah terus. Wah…pasti orang lain jadi malas dong dekat-dekat dengan kita. Sama seperti Johanes Emde dan keluarganya. Dengan hati gembira mereka memberitakan Injil sehingga banyak orang mengenal Yesus Kristus.

Yuk…kita menghafalkan ajakan rasul Paulus untuk selalu bergembira agar kita bisa memberitakan Injil Tuhan dengan menceritakan kebaikan-kebaiakn yang Tuhan berikan kepada kita, seperti : kebaikan Tuhan memberi kesehatan pada kita, kebaikan Tuhan melalui orang tua sehingga bisa sekolah, kebaikan Tuhan melalui kakak yang setia membantu kesulitan kita.

Ayat hafalan kita terambil dari : Filpi 4:4 yang berbuanyi : “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Pamong mengajak anak-anak untuk mengulang-ulang ayat ini sampai mereka dapat menghafalkan.

Aktivitas
Pamong membagikan selembar kertas, lalu mengajak anak-anak untuk mendaftar perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan selama 1 minggu lalu yang menunjukkan sikap memberitakan Injil. Contoh : Menolong orang tua membereskan mainan adik.


TUNTUNAN IBADAH ANAK MADYA

Tujuan:

  1. Anak dapat menceritakan bahwa anak Tuhan yang baik adalah anak yang mau bersaksi
  2. Anak dapat menceritakan bagimana Emde, Amarantia Manuel dan Johanna Wilhemnina (sekeluarga) bersaksi atas iman mereka 

Alat Peraga
Pamong menyiapkan gambar patung Johannes Emde yang terdapat di Alat Peraga Pratama

Pendahuluan
Selamat pagi anak-anak yang dikasihi Tuhan Yesus,

Saya mau bertanya pada tanggal berapa lahirnya GKJW? (Beri waktu anak-anak untuk menjawab). Kalau begitu, berapakah usia GKJW saat ini? Siapa yang bisa menjawab? Sebab minggu yang lalu sudah diberitahu lho. Adakah yang masih ingat? (Beri waktu anak-anak untuk menjawab). Wah…hebat. Ternyata masih ada yang ingat ya dan menghitung dengan tepat.

Inti Penyampaian
Anak-anak yang dikasihi Tuhan Yesus,

Ada banyak orang yang dipakai oleh Tuhan untuk memberitakan Injil di tanah Jawa Timur. Salah satunya adalah Johanes Emde dan keluarganya. Yuk…kita mendengarkan cerita tentang Johanes Emde dan keluarga yang dipakai Tuhan untuk memberitakan Injil.

(Pamong menunjukkan gambar Johanes Emde)

Ini adalah patung Johanes Emde. Dia termasuk salah satu orang yang ikut ambil bagian dalam sejarah berdirinya GKJW. Johanes  Emde adalah orang Jerman yang kemudian datang ke Indonesia menikah dengan orang yang Jawa dan ikut mewartakan Injil diawali di daerah dekat Surabaya atau Sidokare yang sekarang lebih dikenal dengan daerah Sidoarjo. Johanes Emde tidak sendirian dalam memberitakan Injil Yesus Kristus, tetapi bersama istri dan anaknya yaitu Amarentia Manuel dan Johanna Wihelmina. Cara mereka mengabarkan Injil pun terbilang unik yaitu dengan membuat salinan Injil Markus pasal 1 yang ditulis dengan huruf Jawa dan dan membagikannya sambil bersosialisasi berbelanja dengan masyarakat. Dalam waktu singkat, Nyonya Emde telah menjadi tangan kanan bagi Emde untuk berhubungan dengan orang Jawa. Emde sendiri tidak menguasai bahasa Jawa sehingga istrinya sangat menolongnya dalam menerjemahkan, menyebarkan traktat, serta menghubungi para tetangga di sekitar rumah mereka.

Kehadiran Nyonya Emde membuat kedua dunia yang berbeda itu dapat dipertemukan, hal ini dapat disimbolkan dengan fungsi rumah Emde. Rumah itu adalah pusat pertemuan yang di dalamnya orang Jawa pribumi, jemaat Gereja Protestan Surabaya, dan misionaris dapat berkumpul bersama. Di dalamnya, Nyonya Emde menerima dan menyediakan makanan untuk mereka semua. Rumah itu adalah sebuah pusat penginjilan dan kegiatan pendidikan. Untuk tugas yang terakhir, peran anak perempuan Emde, Johanna Wilhelmia, sangatlah besar. Dengan latar belakang pendidikan Barat yang lebih luas daripada ibunya, dia lebih aktif dalam hal pendidikan pada umumnya dan keterampilan rumah tangga pada khususnya. Dia juga aktif dalam menangani administrasi kegiatan misi di Surabaya. Dialah yang mengajar para perempuan dan anak-anak membaca, menulis, aritmatika, bernyanyi, bahasa Belanda, dan juga agama Kristen; semua pelajaran itu diberikan secara cuma-cuma. Ada sekitar 30-40 orang murid yang mengikuti pelajaran dari Johanna ketika perkumpulan itu masih diadakan di rumah Emde.

Kegiatan yang dilakukan Johanna lebih banyak dari yang dilakukan ibunya; selain mengajar, ia juga aktif mendampingi pelayanan pembagian Alkitab dan traktat-traktat dalam bahasa Jawa dan Madura. Tak hanya itu, ia juga menerjemahkan beberapa bagian dari Injil Markus dan diperbanyaknya sendiri. Di samping berbagai kegiatan tersebut, dia juga mengatur sebuah panti asuhan yang sekaligus berfungsi sebagai sebuah penginapan gratis bagi para pekerja misi yang sedang dalam perjalanan.

Sangatlah jelas bahwa istri dan putri Emde memainkan peranan yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan penginjilan Emde dan tugas-tugasnya. Pada 1840, setelah bekerja selama bertahun-tahun, mereka mengumpulkan buah yang telah lama mereka rindukan. Dasimah, salah satu orang Kristen Jawa yang pertama, mulai mengunjungi rumah mereka. Dan, dari seorang tamu ini, persekutuan itu bertumbuh menjadi sekitar seratus orang jemaat. Seperti yang telah diduga, Nyonya Emde dan putrinya tetap menjadi penolong dalam kesuksesan kebaktian di tempat itu. Di samping melayani sebagai penerjemah, mereka juga menyiapkan makanan dan minuman untuk perkumpulan tersebut (https://misi.sabda.org/peran-perempuan-dalam-misi)

Dalam bacaan hari ini juga dikisahkan tentang seorang rasul yang menjadi saksi Kristus, sekalipun harus di penjara dan mengalami berbagai penderitaan Paulus tetap setia. Paulus menjalani hidup dan pelayanannya dalam pengharapan, cinta, kebaikan, ketulusan, pengorbanan, kesadaran, tetap berdoa, dan melakukan kebaikan, semua itu bersumber dari kasih Kristus yang tidak pernah berkesudahan. Nah, bagaimana dengan kita di zaman sekarang? Apa yang bisa dilakukan untuk menjadi saksi Injil? 

Menjadi saksi ternyata bisa kita mulai dengan melakukan hal baik dan teladan nyata dalam hidup keseharian, dalam keluarga, sekolah, masyarakat. Dengan menjaga diri dalam pengharapan, cinta, kebaikan, ketulusan, pengorbanan, kesadaran, tetap berdoa, dan melakukan kebaikan. Siapa yang siap untuk bersaksi? Semua dong ya!! Mari kita terus semangat untuk menjadi saksi Kristus. Tuhan memberkati.

Penerapan
Dalam bacaan hari ini juga dikisahkan tentang seorang rasul yang menjadi saksi Kristus, sekalipun harus di penjara. Tetapi….apakah rasul Paulus bersedih karena ia di penjara? Wah…ternyata tidak loh. Rasul Paulus tetap bergembira. Rasul Paulus tetap memberitakan Injil Yesus Kristus. Lalu bagaimana caranya ia memberitakan Injil di dalam penjara? Caranya dengan :
MENULIS SURAT. Dengan hati gembira, Rasul Paulus menulis surat kepada jemaat di kota Filipi. Ia mengajak orang-orang di Filipi untuk tetap bergembira meskipun mereka saat itu sedang mengalami kesusahan karena banyak orang lain yang tidak suka pada orang Kristen. Mengapa rasul Paulus mengajak orang Filipi untuk tetap bergembira? Karena hati yang gembira akan membuat orang-orang Filipi tetap merasakan kebaikan Tuhan. Jadi…hati yang sedih membuat kita tidak bisa melihat kebaikan Tuhan. Hati yang sedih membuat kita mudah marah. Hati yang sedih membuat kita tidak bisa berterima kasih atas kebaikan yang kita terima melalui orang-orang di sekitar kita. Jika demikian, maka kita tidak bisa menjadi saksi Tuhan Yesus. Masak anak Tuhan bawaannya marah-marah terus. Wah…pasti orang lain jadi malas dong dekat-dekat dengan kita. Sama seperti Johanes Emde dan keluarganya. Dengan hati gembira mereka memberitakan Injil sehingga banyak orang mengenal Yesus Kristus.

Yuk…kita menghafalkan ajakan rasul Paulus untuk selalu bergembira agar kita bisa memberitakan Injil Tuhan dengan menceritakan kebaikan-kebaiakn yang Tuhan berikan kepada kita, seperti : kebaikan Tuhan memberi kesehatan pada kita, kebaikan Tuhan melalui orang tua sehingga bisa sekolah, kebaikan Tuhan melalui kakak yang setia membantu kesulitan kita.

Ayat hafalan kita terambil dari : Filpi 4:4 yang berbuanyi : “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Pamong mengajak anak-anak untuk mengulang-ulang ayat ini sampai mereka dapat menghafalkan.

Aktivitas
Pamong membagikan selembar kertas, lalu mengajak anak-anak untuk mendaftar perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan selama 1 minggu lalu yang menunjukkan sikap memberitakan Injil. Lalu tantangan apa yang mereka hadapi ketika melakukan hal-hal baik itu.

 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak