Tahun Gerejawi: Adven 4
Judul: Siap Laksanakan!
Tema: Sikap Menghamba: Menerima Kelahiran Sang Juruselamat
Bacaan Alkitab: Lukas 1: 26-38
Ayat Hafalan: Lukas 1: 38b – “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”
Lagu Tema: Jadikan Aku Indah
Tujuan
- Remaja dapat menyebutkan ciri-ciri Natal di lingkungan keluarga dan gereja.
- Remaja dapat mengerti bahwa sikap Maria yang menghamba adalah sikap yang diperlukan ketika menerima kelahiran Tuhan Yesus.
- Remaja dapat menerapkan sikap menghamba dalam kehidupan keluarga dan gereja.
- Remaja dapat merencanakan salah satu kegiatan yang membutuhkan sikap menghamba.
Penjelasan Teks (Hanya untuk Pamong)
Perikop ini sangat jelas membandingkan antara sikap Maria dengan sikap Zakharia. Apalagi Lukas menggunakan Maria dari pada menggunakan Yusuf. Memang keturunan Daud ada dalam diri Yesus. Tradisi patriakal (budaya laki-laki menjadi unggulan) sangat kental dalam tradisi Yahudi. Namun, Lukas lebih memilih Maria. Maria dalam perspektif Lukas menggambarkan sikap hamba (doulos). Sikap hamba inilah yang menjadi pembeda dan menjadi inti dari perikop 1: 26-38.
Sikap menghamba adalah sikap yang menyerahkan dirinya kepada tuannya sepenuhnya, tubuh dan jiwa. Lukas lebih sering menggambarkan sikap hamba pada wanita terlebih lagi wanita di luar Israel. Mungkin Lukas ingin menggambarkan bahwa sikap menghamba lebih banyak dimiliki orang-orang marginal (tersingkirkan: perempuan, perempuan sundal, perempuan di luar Israel) dari pada mereka yang sudah memiliki status seperti orang-orang Farisi dan Saduki.
Pengakuan dan sikap penerimaan lahirnya Sang Juruselamat didahului oleh sikap menghamba yang dilakukan oleh Maria, tanpa sikap menghamba seorang Maria, kelahiran Sang Juruselamat tidak akan pernah terjadi.
Pendahuluan
- Ajak remaja membaca bacaan Alkitab dari Lukas 1: 26-38 secara estafet, tidak per-ayat melainkan perkalimat. Diawali salah satu pamong membaca, kemudian menyebut nama salah satu remaja, begitu seterusnya.
- Ajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab dengan spontan dan sesuai dengan remaja masing-masing:
- Keren atau kusam?
- Lapar atau kenyang?
- Malas atau rajin?
- Mbangkong atau bangun pagi?
- Baik atau jahat?
- Rukun atau tengkar?
- Taat atau mbangkang?
Cerita
Seru ya!! Kita pemanasan dulu dengan pertanyaan-pertanyaan spontan tadi. Dari sekian pertanyaan tadi kita bisa melihat, sebenarnya ada dua kelompok besar antara hal yang baik dan hal yang tidak baik. Idealnya setiap kita tentu inginnya yang baik-baik. Tetapi pada kenyataannya bisa jadi belum semua hal baik itu bisa kita lakukan. Secara khusus kita akan membahas pertanyaan terakhir: taat atau membangkang?
Contoh kasus; jika di rumah kita ada aturan tentang jam malam, atau batas waktu yang diberikan oleh orangtua kapan waktunya bermain, kapan waktunya harus di rumah, teman remaja selama ini bisa mentaati itu atau tidak? Jika ada yang masih belum bisa, apa ya sebabnya? (Sulit , tidak enak, membatasi kita, dsb)
Di masa menjelang Natal hari ini, mari kita belajar dari sosok perawan Maria. Saat itu Maria masih belum menikah tetapi sudah punya pasangan yaitu Yusuf. Ketika malaikat mengatakan bahwa Maria akan melahirkan seorang bayi, kira-kira apa yang dirasakan sebenarnya? Bingung mungkin, bisa jadi kuatir. Mengapa? Karena di zaman itu orang yang belum menikah tetapi punya anak atau hamil sebelum menikah dipandang sebagai dosa besar dan hukumannya adalah dilempari batu sampai mati. Maka bisa kita pahami, sebenarnya betapa bingung dan kalutnya Maria ketika mendengar apa yang disampaikan oleh malaikat. Hal tersebut bisa kita baca dalam perikop saat ini dimana Maria sempat bertanya, kok bisa saya akan punya anak? Tapi setelah mendengarkan penjelasan malaikat bahwa memang seperti itulah yang menjadi kehendak Tuhan, Maria tidak lagi membantah atau meragukan, bahkan dengan rendah hati dia mengungkapkan pengakuan: “sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Sikap Maria itu tentu menjadi teladan yang sangat baik bagi kita. Memang menjadi taat itu tidak mudah, tetapi itulah yang dikehendaki Tuhan untuk kita lakukan. Ketika kita mau taat seperti halnya Maria, nyatanya Tuhan juga tidak membiarkan Maria dilempari batu sampai mati. Tuhan menolong dan memberi jalan sehingga Maria bisa tetap hidup bahkan menjadi ibu dari Tuhan Yesus dan mendampingiNya sampai akhir.
Jadi teman-teman remaja, kembali lagi ke semangat taat tadi, tidak mudah tentunya bagi kita untuk melakukannya. Tetapi setiap anak yang mau belajar untuk taat pada Tuhan, kepada orangtua, pasti kita akan mendapatkan hasilnya juga yaitu hidup dengan baik seperti halnya Maria. Bagaimana pelaksanaannya dalam keseharian? Yuk kita buat 1 komitmen wujud taat, bisa di rumah, sekolah atau gereja.
Aktivitas
Bahan – bagi yang masih daring bisa mencari sendiri di sekitar rumah masing-masing:
- Beberapa lembar daun (sejumlah remaja)
- Tusuk gigi/potongan lidi sejumlah remaja..
Langkah kegiatan:
- Pamong membagi selembar daun kepada tiap remaja (bisa mangga, jambu, atau daun apapun yang cukup lebar).
- Remaja dipersilahkan menulis 1 hal yang akan dilakukan sebagai wujud ketaatan (bisa di lingkungan rumah, sekolah, atau gereja) pada lembar daun yang telah dibagikan.
- Minta remaja untuk menindaklanjuti komitmen tersebut, mendokumentasikan ketika melakukan komitmennya dan diupload di sosial media masing-masing.