Bacaan: Markus 15 : 20b-41
Tahun Gerejawi: Jumat Agung
Sub Tema: Jumat Agung
Tujuan :
- Anak dapat menceritakan kembali kisah penyaliban dan kematian Tuhan Yesus untuk menebus dosa manusia.
- Anak dapat meneladani Yesus yang tetap setia dalam jalan penderitaan untuk meyatakan kebenaran
Lagu Tema : KJ 178 “Karna KasihNya Padaku ”
PENJELASAN TEKS (untuk Pamong)
Kematian Tuhan Yesus adalah peristiwa agung yang menggenapi nubuat tentang Mesias yang harus menderita demi banyak orang. Umat Kristen percaya bahwa kematian Tuhan Yesus terjadi justru oleh karena kasihNya kepada umat ciptaanNya. Jika dahulu, dalam tradisi Yahudi, darah dombalah yang harus dipersembahkan sebagai korban tebusan untuk keselamatan umat Allah, maka Tuhan Yesus sendiri lahir ke dunia untuk memberi diri menjadi korban tebusan bagi keselamatan manusia. Maka Ia disebut Anak Domba Allah.
Penulis Injil Markus melukiskan konflik antara Tuhan Yesus dengan para lawannya sedemikian rupa sehingga menciptakan ketegangan. Perlawanan terhadap Tuhan Yesus semakin meluas. Kelompok-kelompok penguasa, orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang terancam oleh keberadaan Yesus semakin ketat mengamat-amati pergerakanNya. Secara intensif mereka berusaha mencari cara untuk menangkapNya. Akhirnya mereka menyusun rencana untuk membunuh Yesus. Rencana itu semakin lengkap dengan kehadiran Yudas yang berkhianat. Setelah penangkapan, Tuhan Yesus dihadapkan pada pengadilan. Namun demikian, sebenarnya tidak satupun tuduhan yang dapat menjatuhakan hukuman kepadaNya. Puncak ketegangan itu adalah ketika Ia dijatuhi hukuman mati.
Kesaksian Injil Markus dengan kuat menunjukkan bahwa kematian Tuhan Yesus merupakan korban dari intrik politik para penguasa itu. Massa yang mengelu-elukan Tuhan Yesus ketika Ia memasuki kota Yerusalem dibawa pada keadaan sebaliknya. Tuhan Yesus tidak lagi dipandang sebagai Raja yang memberi pengharapan baru, tetapi ditempatkan sebagai pendosa atau terdakwa hukuman mati. Situasi yang khas dihadapi dari generasi ke generasi, bahwa mereka yang berjuang untuk kebenaran dan keadilan justru seringkali menjadi korban intrik politik penguasa yang merasa posisinya akan terancam.
Kita dapat melihat realitas masa kini. Betapa susahnya orang yang berjuang demi keadilan dan kebenaran. Berapa orang yang kemudian dipenjarakan bahkan mati di tengah perjuangannya. Tetapi sikap Tuhan Yesus yang tetap memberikan diriNya dengan taat dan setia di jalan penderitaan itu tentu saja menjadi teladan. Namun terlepas dari semua itu, kematian Tuhan Yesus toh memang harus terjadi. Karena kematian Yesus ternyata justru mewujudkan rencana Allah. KematianNya bukan wujud kekalahan seperti yang dipikirkan para penguasa, melainkan wujud ketaatan total kepada Allah yang menghendaki agar Yesus menyerahkan hidupNya kepada banyak orang. KematianNya justru mengungkapkan kebenaran bahwa Ialah Mesias.
Orang-orang percaya memaknai kematian Tuhan Yesus sebagai penggenapan dari nubuat kitab-kitab para nabi, bahwa Mesias akan datang dan menderita untuk menanggung kesalahan dan dosa dunia. Yesus menjadi korban penebus dosa yang mendamaikan manusia dengan Allah yang relasinya telah hancur karena dosa. Maka kematianNya sama sekali bukan kehinaan, melainkan pembuktian cinta paling agung, wujud kasih tanpa batas. Ia adalah Tuhan yang mengambil rupa manusia, yang melalui kematianNya sekaligus memberikan teladan ketaatan dan kesetiaan kepada Allah Bapa secara total.
Pasal 15 menceritakan kisah Tuhan Yesus di hadapan Pengadilan Pilatus sampai dengan mati dan dikuburkanNya. Dalam pasal 20b-41 ada beberapa babak yang terjadi daalam proses penyaliban Yesus, yaitu:
- Di bawa untuk disalibkan (lih. ay. 20) : Setelah melewati proses peradilan yang panjang, di hadapan Pilatus Yesus dijatuhi hukuman mati. Lalu dibawa ke bukit Golgota untuk disalibkan.
- Dalam perjalanan ke bukit Golgota, seorang bernama Simon dari Kirene dipaksa untuk memikul salib Yesus.
- Pada jam 9, mereka menyalibkan Dia di antara dua orang penyamun. PakaianNya diundi dan dibagi-bagikan. Terpasang tulisan “Raja orang Yahudi” pada salib Yesus.
- Di atas kayu salib Ia dihujat (ay. 29-32)
- Mulai jam 12 s/d 3 jam lamanya kegelapan meliputi daerah itu. Lalu pada jam 3, berserulah Ia, “Eloi, Eloi, lama sabakhtani? (Allahku, Mengapa Engkau Meninggalkan Aku?) Beberapa orang menyangka Ia memanggil Elia. Dalam kemanusiaanNya yang sejati, Ia kembali menggenapi nubuat tentang Mesias yang menderita, di mana seakan-akan Allah berpaling dariNya. Dalam fase penderitaan yang terlalu berat, Ia memberi teladan sempurna, taat sampai mati untuk menggenapi rencana Allah.
- Orang-orang yang berada di sana mencelupkan bunga karang ke dalam anggur asam dan mencucukkan pada sebatang buluh dan memberiNya minum sambil memperolok Ia. (lih. ay. 36)
- Tuhan Yesus Menyerahkan NyawaNya (lih. ay. 37-39) Bait suci terbelah. Lalu Yesus mati. Kepala pasukan yang telah membawaNya untuk disalibkan mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah.
(pamong mempelajari penjelasan teks dan menceritakannya kembali. Cerita diawali dengan ilustrasi “Ayah Di Jepang Tewas Membeku Melindungi Putrinya”)
ILUSTRASI
“Ayah Di Jepang Tewas Membeku Melindungi Putrinya”
Seorang ayah membeku hingga meninggal karena melindungi putrinya yang berusia sembilan tahun dari badai salju yang melanda Jepang utara. Mikio Okada meninggal saat berusaha melindungi anak tunggalnya Natsune dari tiupan angin berkekuatan 109 kilometer per jam, di suhu -6 derajat Celsius.
Okada merupakan salah satu korban tewas dalam bencana badai salju di Pulau Hokkaido. Tubuh Okada ditemukan oleh tim penyelamat setelah mendengar laporan dari sejumlah kerabat Okada. Ketika ditemukan, Natsune mengenakan jaket ayahnya dan berada dalam pelukan ayahnya.
Sebelum peristiwa memilukan itu terjadi, Okada sempat menelpon keluarganya, memberitahukan bahwa truknya terjebak di tengah salju yang menumpuk beberapa meter. Pada Minggu pk. 07.00 Okada dan putrinya ditemukan 300 meter dari truk mereka. Sang ayah melindungi putrinya, memeluknya, dan memakai tubuhnya dan tembok sebuah gudang serta jaket yang ditanggalkannya untuk putrinya. Tim penyelamat mengatakan bahwa putrinya menangis ketika ditemukan di pelukan ayahnya. Gadis kecil itu dilarikan ke rumah sakit dan dinyatakan tidak mengalami cedera serius. Sementara itu, sang ayah dinyatakan meninggal dunia oleh dokter.
Ibu Natsume telah meninggal dua tahun sebelumnya. Para tetangga memuji Okada sebagai ayah penyayang yang sering menunda pergi ke tempat kerja untuk menikmati sarapan bersama putrinya.
Kematiannya terjadi saat seluruh Jepang merayakan Hari Anak Perempuan atau Hinamatsuri, yakni festival saat keluarga berkumpul dan menghiasi rumah dengan boneka. “Dia sudah memesan kue untuk putri tunggalnya dan tidak sabar untuk merayakan Festival Boneka bersama-sama,” demikian kenang seorang tetangga.
AKTIVITAS
- Minta remaja untuk membagi diri dalam kelompok-kelompok kecil.
- Masing-masing remaja menceritakan pengorbanan orangtuanya dan apa pengaruhnya dalam hidupnya.
- Minta remaja untuk menuliskan aksi selama seminggu ke depan untuk membalas pengorbanan orang tuanya.
- Doakan bersama aksi tersebut agar remaja dimampukan untuk melakukan aksi tersebut.