GKJW Grejaku Tuntunan Ibadah Remaja 5 Agustus 2018

23 July 2018

Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 2: 41-47
Tahun Gerejawi: Bulan Pembangunan GKJW
Tema: Gereja
Tujuan:

  1. Anak dapat membandingkan persekutuan jemaat mula-mula dengan persekutuan mereka saat ini.
  2. Anak dapat memilih sikap yang membangun persekutuan.
  3. Anak dapat memiliki rasa tanggungjawab menjaga persekutuan mereka dengan cara saling membantu, berbagi, memperhatikan dan menguatkan.

Ayat Hafalan: “ Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Korintus 15: 58)

Lagu Tema:

  1. Kidung Jemaat no. 257: 1-3 “Aku Gereja, Kaupun Gereja”
  2. Kidung Ria 42 “Oh Betapa Indahnya”
  3. Kidung Ria  no. 138 “Satu Hal Telah Kuminta”

PENJELASAN TEKS[1]

Teks Kisah Para Rasul 2: 41-47 merupakan gambaran secara gamblang dari ciri-ciri gereja rasuli pasca pencurahan Roh Kudus, yang oleh TB LAI diberi judul “Cara hidup jemaat mula-mula”, yang secara teliti oleh Lukas (penulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul) dicatat  bertambah tiga ribu jiwa. Para rasul dan orang-orang yang baru mengenal Kristus ini bertekun dalam pengajaran, yaitu dalam terang Firman Tuhan mereka semakin memperlengkapi diri dalam pengetahuan tentang iman mereka. Selain itu mereka pula bertekun dalam persekutuan yang mempersatukan mereka dalam persaudaraan dan persahabatan.

Persekutuan tersebut menjadi cerminan kegembiraan mereka karena telah mengenal Kristus yang mengubahkan mereka. Dan hendaknya pengenalan akan Kristus melalui pengajaran yang selalu diterima dalam persekutuan terus-menerus mengubahkan setiap orang yang beriman.

Dalam persekutuan jemaat yang pertama, mereka senantiasa dengan tulus hati memecah-mecah roti, dan saling berbagi sehingga segala kepunyaan mereka menjadi kepunyaan bersama. Mereka saling memperhatikan kebutuhan di antara mereka sehingga selalu ada di antara mereka yang menjual harta milik mereka untuk kebutuhan bersama, membagi-bagikannya bagi semua orang yang memerlukan. Dalam persekutuan itu mereka memuji Allah bahkan mereka senantiasa berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah.  Cara hidup mereka yang dipenuhi dengan kepedulian dan perhatian tersebut membuat mereka disukai semua orang dan jumlah mereka yang diselamatkan semakin bertambah.

LANGKAH-LANGKAH PENYAMPAIAN

  1. Tanyakan kepada remaja, apakah mereka mengetahui hari ulang tahun gereja mereka? Berapakah usia jemaat? Berapa jumlah KK? Dan sejak tahun berapakah berdirinya bangunan gereja mereka? (Jika mereka belum menjawab dengan benar, bila memungkinkan minta remaja untuk mencari sumber tertulis di sekitar lingkungan gereja, bisa berupa monumen dsb)
  2. Ceritakan secara singkat sejarah perjalanan gereja mereka! (Bila memungkinkan tunjukkan gambar!) Beri mereka pemahaman bahwa gereja lahir dan berkembang karena kerinduan setiap warga untuk bersekutu bersama. Dan gereja adalah persekutuan. Sebagai contoh Pamong dapat menceritakan sejarah gereja GKJW Jemaat Waru (Ilustrasi).
  3. Ajak remaja membaca secara bergantian Kisah para rasul 2: 41-47!
  4. Ajak remaja melakukan aktivitas 1!
  5. Sampaikan cerita dalam Penjelasan Teks dan Aplikasi!
  6. Ajak remaja melakukan aktivitas 2!
  7. Secara bersama-sama minta remaja mengucapkan ayat hafalan:1 Korintus 15: 58
    Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
  8. Sampaikan tugas dalam Aktivitas 3!

ILUSTRASI

I. Sejarah Berdirinya GKJW Jemaat Waru

Kerinduan bersekutu, beribadah di rumah ibadah sendiri bagi warga Kristen  di daerah Waru dan sekitarnya dimulai dengan berbagai usaha sejak tahun 1964 yang dimotori oleh beberapa warga Kristen. Dengan pertolongan Tuhan melalui Karya Roh Kudus, maka ibadah keluarga untuk pertama kali dapat dilakukan di rumah Bapak Widono Suranto pada tanggal 20 Pebruari 1966 yang dipimpin oleh Bapak Pendeta RWK Adisusilo. Dalam pelayanan ibadah belum sepenuhnya menggunakan tata ibadah dari GKJW karena warga Kristen Waru dan sekitarnya berasal dari denominasi gereja yang berbeda-beda.

Salah satu warga Kristen, yaitu Bapak T. Rakim mempersembahkan sebagian ruang rumahnya sebagai tempat ibadah dan selanjutnya tempat tersebut pada tanggal 27 Maret 1966 diresmikan sebagai tempat ibadah sementara melalui pelayanan ibadah yang dipimpin oleh Bapak Pendeta Sukrisno, S.Th. Pelaksanaan ibadah terus berlangsung dengan baik dan dapat diterima oleh lingkungan sekitar, terbukti masyarakat desa melalui Bapak Kepala Desa Waru saat itu yaitu Bapak Kerto Akhmad mengabulkan permohonan tanah untuk makam warga Kristen tepatnya pada tanggal 27 April 1966. Dengan melihat perkembangan yang baik tersebut, maka Majelis GKJW Jemaat Surabaya (Gubeng) memutuskan dan menetapkan secara resmi berdirinya Kelompok Waru terhitung sejak tanggal 21 Agustus 1966. Dengan demikian Kelompok Waru mendapat pelayanan Sakramen Kudus.

Dengan pertolongan Tuhan, maka pendekatan kepada masyarakat sekitar meyakinkan akan kesungguhan warga Kristen untuk memiliki tempat ibadah permanen yaitu gedung Gereja. Usaha tersebut membuahkan hasil dengan mendapatkannya tanah bekas perumahan pabrik gula di Jl. S. Parman 37 Waru (gedung Gereja sekarang) dengan didukung surat Resmi yang dikeluarkan Kepala Desa Waru saat itu.

Untuk segera terwujudnya sebuah gedung gereja, maka dibentuknya Panitia Pembangunan pada tanggal 12 Maret 1967 yang diketuai oleh Bapak Glendeh Sastrowidarso. Sementara usaha untuk segera membangun gedung Gereja terus berlangsung, kegiatan gereja warga Kristen di kelompok Waru terus mengalami pertumbuhan, sehingga pada tanggal 9 April 1967 diselenggarakan ibadah pendewasaan Kelompok Waru menjadi Pepanthan yang dipimpin oleh Bapak Pendeta RWK Adisusilo sebagai Ketua Majelis GKJW Jemaat Surabaya.

Peletakan batu pertama pembangunan gedung gereja dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 1968 oleh Bapak Glendeh Sastrowidarso. Sekitar satu tahun proses pembangunan tersebut berlangsung dan tepatnya pada tanggal 10 Agustus 1969 dilakukan peresmian pemakaian gedung gereja oleh Bapak Bupati KDH Tingkat II Sidoarja yaitu Bapak Drs. Sudarsono yang hadir bersama Ibu Bupati dengan disaksikan para pejabat pemerintahan dan dihadiri juga beberapa anggota Pelayan Harian Majelis Agung dan Majelis Daerah serta warga Pepanthan Waru dengan pelaksanaan pelayanan ibadah yang dipimpin oleh Bapak Pendeta RWK Adisusilo.

Berdasarkan Keputusan Sidang Majelis Agung ke 64 yang berlangsung pada tanggal 5 – 10 Juni 1978, diantaranya memutuskan bahwa usulan pendewasaan Pepathan Waru menjadi Jemaat dapat disetujui. Disamping itu pada tanggal 5 Agustus 1978 ditempatkannya Pendeta Drs. Rayung Mawa Budhy Tamsir di Pepanthan Waru, yang sebelumnya beliau adalah vikar yang juga melayani di Pepanthan Waru.

Setelah melalui pergumulan dan doa serta keterlibatan yang sungguh-sungguh warga Pepanthan Waru dalam kegiatan gerejawi yang dibina langsung oleh Bapak Pendeta Drs. Rayung Mawa Budhy Tamsir, maka pada tanggal 17 September 1978 Pepanthan Waru secara resmi didewasakan menjadi Jemaat Waru dan Bapak Pendeta Drs. Rayung Mawa Budhy Tamsir dilantik menjadi Pendeta Jemaat Waru dan sekaligus menjadi Ketua GKJW Jemaat Waru.

 

APLIKASI

Perikop Minggu ini, seperti yang sudah kita baca bersama yaitu tentang cara hidup jemaat mula-mula, yang menunjukkan kepada kita semua bagaimana mereka hidup bersatu, saling memperhatikan, saling berbagi dalam kebutuhan mereka. Tiap-tiap hari mereka memuji Tuhan dalam Bait Allah, bertekun dalam pengajaran yang semakin menambah pengetahuan mereka tentang Tuhan Yesus Kristus.

Kerinduan untuk bersekutu bersama, itu nyata bukan hanya dalam Jemaat mula-mula tetapi juga  dalam seluruh sejarah lahirnya Jemaat-Jemaat di GKJW, seperti Jemaat Waru yang sudah kita dengar, juga Jemaat kita ini. Ya meskipun tidak selalu seperti cara hidup jemaat mula-mula, tetapi yang menjadi contoh bagaimana seharusnya jemaat itu seperti bacaan kita hari ini. Tugas kita tentu untuk mewujudkan persekutuan yang diteladankan oleh jemaat mula-mula.

Apakah dalam persekutuan ini kita saling memperhatikan satu sama lain? Apakah kita saling membantu dan menguatkan satu sama lain? Apakah kita sudah bisa saling berbagi?

Saling memperhatikan, saling membantu, saling menguatkan, saling berbagi adalah cara hidup jemaat mula-mula yang patut untuk kita teladani dalam hidup persekutuan kita saat ini.

Dan itu adalah tugas setiap anak-anak Tuhan!

 

AKTIVITAS

Aktivitas 1

Siapkanlah kertas dan alat tulis, minta remaja membagi diri dalam 3 kelompok.

Beri pertanyaan:

  1. Tuliskan kata-kata kerja yang terdapat dalam bacaan!
  2. Tuliskan tiga (3) perbedaan yang remaja ketahui tentang persekutuan jemaat mula-mula dan persekutuan remaja saat ini!

Beri mereka waktu maksimal 15 menit.

Jawaban:

1. Kata-kata kerja dalam bacaaan:

1. Menerima perkataannya 8. Mengadakan banyak mujizat
2. Memberi diri dibaptis 9. Memuji Allah
3. Bertekun 10. Percaya
4. Berkumpul 11. Bersatu
5. Makan Bersama-sama 12. Menjual harta miliknya
6. Memecahkan roti 13. Membagi-bagikannya
7. Berdoa 14. Menambah jumlah

2. Untuk jawaban yang kedua, gali dari konteks jemaat masing-masing. Bila terdapat perbedaan yang mencolok, maka itu menjadi bahan untuk didiskusikan bersama.

Aktivitas 2

Minta remaja memilih sikap-sikap yang benar dalam membangun persekutuan, dari aktivitas cerita Pamong! Minta remaja memilih satu (1) yang menjadi sikap yang paling disukai dan berkomitmen melakukannya dalam persekutuan remaja! Minta remaja secara lantang mengucapkan komitmen sikap yang mereka pilih!

Sikap yang benar dalam membangun persekutuan:

  1. Bertekun
  2. Berkumpul
  3. Berdoa
  4. Bersatu
  5. Memuji
  6. Berbagi
  7. Percaya

Aktvitas 3

Beri tugas untuk Minggu depan tanggal 12 Agustus, 3 remaja yang bersedia menjadi petugas pembawa pujian, pembawa doa pembukaan, dan pengiring pujian (jika ada diantara remaja yang bisa bermain musik). Pembawa pujian memilih lagu yang sesuai dengan tema dan urutan tata ibadah remaja. Adapun tema ibadah Minggu 12 Agustus yaitu “Melayani Lebih Sungguh”.

Pamong dapat memberikan tata ibadah remaja kepada petugas pembawa pujian.

[1] http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=kis%202:41-47

Renungan Harian

Renungan Harian Anak