Judul: Membangun Ruang yang Ramah Bagi Disabilitas.
Tahun Gerejawi: Adven II- Hari Disabilitas Internasional
Tema: Bertobat: Kesetaraan Bagi Penyandang Disabilitas.
Bacaan: Lukas 3:1-6
Ayat Hafalan: Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.( 1 Korintus 13:5-6)
Lagu Tema: Bahasa Kasih – dinyanyikan oleh Regina
Penjelasan Teks (Hanya Untuk Pamong)
Tugas dan peran Yohanes adalah berkhotbah di seluruh daerah Yordan dan mempersiapkan orang-orang untuk menerima Yesus, Sang Mesias. Daerah Yordan merujuk pada kisah sejarah bangsa Israel dalam Perjanjian Lama. Di sungai Yordan suku-suku Israel pada jaman dulu, pernah menanti saatnya untuk masuk ke tanah perjanjian (Bdk. Bilangan 13:29; 22:1). Itu artinya, wilayah sungai Yordan merupakan tempat yang masih penting sebagai sarana untuk bertobat melalui baptisan. Baptisan pada saat itu dilakukan dengan berendam dalam Sungai Yordan.
Melalui cara inilah Yohanes menyadarkan bangsanya akan hal mendesak bahwa kedatangan Tuhan Yesus akan membawa keselamatan dan penghakiman. Karena itu semua orang diajak untuk segera berbalik, bertobat, dan menyesali dosa-dosanya. Pada ayat 5 dan 6 adalah kutipan nubuatan nabi Yesaya bagi bangsa Israel dahulu. Kutipan nubuatan itu menyiratkan pesan bahwa semua orang atau seluruh manusia tanpa terkecuali berhak untuk menerima keselamatan dari Tuhan Yesus termasuk orang-orang yang disingkirkan dan dipandang lebih rendah.
Pada ayat 1-2 menyebutkan juga tentang para penguasa politik dalam kekuasaan Romawi dan pemimpin agama yang berkuasa serta memegang kendali peraturan-peraturan yang ada di lingkup orang-orang Yahudi. Seruan pertobatan yang dibawa oleh Yohanes diberlakukan bagi mereka sebab kuasa mereka sering menindas yang lemah, kelompok-kelompok yang rentan disingkirkan, seperti perempuan, anak-anak, serta orang-orang yang mengalami kelemahan fisik. Semua orang harus bertobat dan dibaptis, karena mereka akan diperhadapkan dengan kuasa Tuhan Yesus, yang akan menghakimi dunia.
Refleksi Untuk Pamong
Melalui pesan yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis, Pamong juga diajak untuk meneladankan kepada anak-anak sikap hidup yang senantiasa mau untuk bertobat serta berani mengakui kesalahan di hadapan Tuhan. Pertobatan pamong yang sejati juga diwujudkan dalam sikap yang tidak membeda-bedakan anak-anak, terbuka dan menerima mereka dengan penuh kasih mesra. Seperti kisah Tuhan Yesus yang menyambut dan menyayangi anak-anak tanpa membeda-bedakan (Matius 19:13-15). Sekalipun mungkin ada di antara dari mereka ada mengalami keterbatasan fisik atau berkebutuhan khusus. Setiap anak-anak Tuhan itu berharga, dan mereka semua pada dasarnya setara serta memiliki hak yang sama untuk dapat dilayani dengan baik. Terlebih lagi, setiap pamong ditantang untuk dapat memberikan wujud pelayanan yang mudah dimengerti oleh anak-anak yang berkebutuhan khusus maupun yang mengalami keterbatasan fisik atau anak-anak disabilitas.
Tujuan
1. Remaja dapat mengerti bahwa bahwa penyandang disabilitas bukanlah “orang yang berbeda”. Sebab setiap orang tanpa terkecuali, memiliki hak yang sama untuk diperlakukan dengan baik.
2. Remaja dapat memahami Hari Disabilitas Internasional sebagai upaya dan perjuangan untuk mewujudkan kesetaraan yang masih belum pernah usai.
3. Remaja dapat memberikan contoh konkrit tindakan-tindakan yang mewujudkan kesetaraan bagi penyandang disabilitas di lingkungan gereja dan lingkungan masyarakat.
Pendahuluan
Apakah remaja pernah mendengar peribahasa yang berbunyi demikian: “Bagai Pungguk Merindukan Rembulan”. Jika pernah mendengar, siapakah yang tahu artinya? Jika belum pernah mendengar, ayo kit acari bersama artinya di internet. Silahkan searching di HP kalian. (beri beberapa waktu untuk mencari di internet. Dan minta salah satu remaja untuk menyebutkan artinya jika sdudah menemukan)
Peribahasa tersebut menggambarkan situasi dan kondisi seseorang yang memiliki sesuatu untuk diraih, didapatkan, tetapi begitu sulit bahkan tampak mustahil karena sulit seperti bulan yang begitu jauh. Peribahasa ini cukup menggambarkan situasi dan kondisi yang dialami oleh teman-teman penyandang disabilitas – yaitu orang-orang yang perlu mendapatkan perlakuan khusus atau berkebutuhan khusus, dikarenakan oleh keterbatasan fisiknya, baik itu mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu yang lama.
Para penyandang disabilitas, sering dianggap berbeda, diremehkan atau diabaikan dan sering tidak mendapatkan haknya dalam banyak hal, secara khusus dalam pelayanan publik atau tempat ibadah. Itulah mengapa seperti peribahasa “Bagai Pungguk Merindukan Rembulan”. Tetapi mereka tidak boleh lagi hanya merindukan pungguk tanpa pernah menggapainya oleh karena itu setiap tanggal 3 Desember diperingati sebagai Hari Penyangdang Disabilitas Internasional. Peringatan ini bertujuan untuk memperjuangkan hak dan kesejahteraan para penyandang disabilitas.
Cerita
Pada zaman Yohanes Pembaptis, atau pada zaman Yesus konteks kehidupan umat Yahudi itu memandang para penyandang disabilitas dianggap menerima hukuman dosa keturunan nenek moyangnya sehingga mereka sering disingkirkan, diabaikan, tidak boleh beribadah, bahkan harus dikeluarkan dari komunitasnya.
Para imam dan Ahli Taurat adalah para tokoh agama yang memiliki kedudukan, serta sangat mengerti ajaran-ajaran keagamaan akan tetapi mereka juga sering memandang sesamanya lebih rendah daripada dirinya sendiri oleh karena itu, Yohanes datang untuk mengajak setiap orang tanpa terkecuali, harus bertobat.
Pertobatan dalam bahasa Yunani disebut dengan Metanoia yang memiliki arti sebagai upaya untuk pembalikan akal budi, tetapi pembalikan itu perlu menjadi nyata dalam perubahan hidup sebagai buah-buah pertobatan. Tuhan Yesus sendiri, setelah menerima Baptisan Yohanes, dalam perjalanan pelayananNya kemudian mewujudkan keberpihakannya kepada para penyandang disabilitas. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta, orang lumpuh bisa berjalan, sakit kusta ditahirkan, perempuan yang pendaharan bisa sembuh dan masih banyak lagi.
Remaja yang terkasih, dalam menyambut kedatangan Tuhan yang kedua kali, marilah kita isi hidup kita dengan buah-buah pertobatan. Mereka dan kita adalah ciptaan Tuhan yang sama, segambar dan serupa dengan Tuhan Allah. Dalam menjalani dan mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari mereka juga memiliki hak yang sama dengan kita. Baik itu hak untuk dilindungi, hak untuk diperlakukan dengan setara, hak untuk merasa aman dan nyaman, baik di tempat umum maupun di tempat beribadah.
Aktivitas
Ajaklah remaja untuk berdiskusi, bisa juga dengan berkelompok. Dalam diskusi tersebut ajaklah remaja untuk mencari contoh-contoh tindakan konkrit yang dapat dilakukan oleh gereja dan lingkungan masyarakat dalam mewujudkan kesetaraan pada penyandang disabilitas. (Membangun Ruang yang Ramah bagi Penyandang Disabilitas)
Contohnya : Mengajak untuk terlibat dalam kegiatan sehari-hari, atau tidak memaksa mereka berlaku sama dengan kebiasaan kita, tetapi kitalah yang menyesuaikan kebutuhan mereka.