Bacaan Alkitab : Lukas 2: 15-21
Tahun Gerajawi : Tahun Baru
Tema : Tahun Baru
Ayat Hafalan : “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri” (Amsal 3: 5)
Tujuan:
- Remaja dapat menjelaskan sikap gembala setelah berjumpa dengan bayi Yesus.
- Remaja dapat memberikan contoh sikap optimis menjalani tahun baru.
Penjelasan Teks:
Penggambaran kelahiran Tuhan Yesus oleh Lukas, bisa dibilang berbeda dengan penulis Injil yang lain. Jika Matius menekankan tentang garis keturunan, sedangkan Markus langsung menuju pada karya, maka Lukas mengawali dengan cerita yang lebih dekat dengan hidup sehari-hari, mulai pergumulan disekitar lahirnya sang pembuka jalan hingga pergumulan terkait kelahiran Tuhan Yesus sendiri. Tidak hanya berhenti di sana, ketika lahirpun, berbeda dengan Matius yang menekankan penggenapan nubuat melalui Majus yang melihat bintang Timur, Lukas justru mengisahkan undangan khusus Tuhan Allah Bapa kepada kaum gembala. Baiklah kita menelusuri kembali konteks gembala pada masa itu. dalam sebuah artikel karya Frany P Kuron, dituliskan beberapa hal terkait gembala[1] :
- Pada zaman Perjanjian Lama sampai pada zaman Yesus; gembala adalah profesi yang paling popular. Gembala bertugas mengembalakan ternak peliharaan. Namun, ternak yang mereka gembalakan umumnya bukanlah milik mereka sendiri; Mereka hanyalah orang-orang upahan. Mereka harus bertanggung jawab terhadap ternak gembalaannya; jika hilang, mereka harus menggantinya.
- Untuk melindungi kawanan gembalaan mereka dari binatang buas, biasanya mereka menggunakan tongkat; yang berguna juga untuk mengembalakan ternak mereka. Sebagai hiburan di saat mengembalakan ternak, mereka memainkan seruling. Selain itu, biasanya mereka berkelompok-kelompok, ini terjadi karena mereka mencari padang rumput yang hijau dan berair.
- Berkaitan dengan status sosial, mereka merupakan golongan yang paling rendah dalam strata sosial pada zaman itu. Mereka dianggap sebagai golongan rendahan, golongan yang termiskin dalam masyarakat Yahudi. Ahli-ahli Taurat mengatakan mereka adalah orang kafir; “mengaku sebagai orang Yahudi, tapi tidak melaksankan hukum Taurat”.
- Berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat; tentulah mereka sangat jarang bergaul, karena pekerjaan yang mereka tekuni mengharuskan mereka untuk tinggal di padang dalam jangka waktu yang cukup lama. Jelaslah, mereka lebih akrab dan bergaul dengan kawanan ternak gembalaannya, ketimbang tetangga-tetangga mereka di kampung. Ini jugalah yang menimbulkan pandangan negative bagi para gembala, yang dianggap jorok/ kotor, tidak suka bergaul, tertutup dan tidak tahu aturan.
- Pekerjaan sebagai gembala membutuhkan tanggung jawab yang tinggi, serta pengorbanan yang besar. Mereka harus menginap untuk menjaga kawanan ternak agar tidak hilang atau diserang binatang buas. Mereka harus menuntun kawanan ternaknya agar mendapatkan padang yang berumput hijau.
Lalu, mengapa yang dikunjungi para malaikat dan berkunjung ke tempat bayi Yesus adalah para gembala-gembala itu? Inilah kesaksian Injil Lukas 2:8-20;
Para gembala menanggapi positif apa yang disampaikan oleh para malaikat, dan mereka pun cepat-cepat berangkat Ke Betlehem (ayat 15, 16). Setelah tiba, mereka menjumpai Maria, Yusuf dan tentu saja sang bayi yang diberitakan malaikat kepada mereka. Sesampainya di Bethlekhem para gembala nyatanya tidak menjumpai ada yang spesial. Bayi yang lahir sama saja seperti bayi kebanyakan, malahan bisa dikatakan memprihatinkan; sedang berbaring di dalam palungan. Bisa jadi apa yang mereka temui berbeda dari apa yang mereka pikirkan (seorang Remaja yang bersinar, dan tinggal dalam istana yang sangat besar).
Respon merekalah yang justru mengagumkan! Setelah bertemu dengan sang juruslamat; Mereka tidaklah kecewa, malahan mereka memberitahukan apa yang dikatakan para malaikat kepada mereka tentang Remaja ini. mereka tidak bersungut-sungut, mereka percaya bahwa bayi itu adalah juruselamat yang dinantikan. Akhirnya, Mereka pun kembali dengan bersuka cita dan Memuji-muji Allah. Kepercayaan yang sungguh terhadap wahyu yang mereka dapatkan; walaupun mungkin, tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan.
Dalam konteks besar injil Lukas semakin jelaslah mengapa para gembala dipilih menjadi ‘tamu istimewa’ yang melihat kelahiran Yesus. yaitu karena fokus utama penulis injil Lukas adalah orang miskin/ yang dianggap rendah di masyarakat. Para gembala yang dicap oleh ahli-ahli Taurat sebagai orang kafir karena tidak memiliki waktu untuk menjalankan Taurat Tuhan, ternyata merekalah yang mendapatkan berita sukacita untuk pertama kalinya; bukan mereka yang mengaku diri memiliki kelebihan rohani. Gembala, yang berasal dari golongan rendahan ternyata menjadi yang paling dekat dengan sang juruslamat dunia. Melalui perikop ini, Lukas juga ingin menyampaikan kepada kita, sang juruslamat datang kepada mereka yang mengganggap diri berdosa, dan tidak sanggup memperoleh keselamatan dengan mengandalkan kekuatan mereka sendiri.
Alat Peraga: —
Langkah-Langkah Penyampaian:
- Pamong menyapa remaja, dan mengajak mempersiapkan bahan bacaan Alkitab dari Lukas 2: 15-21.
- Remaja dipersilahkan membacakan ayat secara bergantian.
- Remaja diajak untuk melakukan aktivitas 1 (yaitu sharing pegalaman).
Catatan : Jika remaja yang dilayani tidak memiliki pengalaman yang dimaksud, maka lebih baik pamong menceritakan ilustrasi. - Pamong menjelaskan kondisi gembala jaman Tuhan Yesus (Dalam penjelasan teks, khususnya point 1-5)
- Pamong menyampaikan cerita.
- Remaja diajak melakukan aktivitas 2 (menuliskan resolusi)
(Agar lebih menarik dapat disertai foto-foto orang yang mencari ramban).
- Beternak, bagi sebagian teman kita yang ada dipedesaan bukanlah hal yang asing. Para remaja di pedesaan, terlebih yang laki-laki umumnya tidak hanya bersekolah atau les saja. Mereka yang di rumahnya memelihara ternak, setiap hari biasa membantu orang tuanya mencari makan ternak. Bagi yang memelihara unggas, biasanya mereka ikut membantu membeli katul/ dedak. Bagi yang memelihara kambing atau sapi maka mereka setiap hari sepulang sekolah harus ngarit. Taukah teman-teman, apa itu ngarit? Kegiatan mencari rumput dengan menggunakan arit/ sabit. Di mana mencarinya? Bisa di perbukitan atau bahkan daerah yang masih masuk kategori hutan. Jaman sekarang umumnya kegiatan ngarit dilakukan dengan naik sepeda motor, melalui jalan setapak yang berliku-liku, naik dan turun. Jika kurang hati-hati bisa jadi terpeleset dan jatuh.
- Setelah dirasa cukup barulah teman-teman kita ini pulang. Berapa lama waktu yang dibutuhkan? Itupun tergantung musim, jika musim penghujan, proses ngarit relatif cepat, karena pakan yang tersedia cukup banyak, sekitar 1 jam cukup untuk mengumpulkan ramban yang dibutuhkan. Lain halnya dengan musim kemarau, kadang perlu berpindah di beberapa tempat barulah pakan itu cukup dan memakan waktu lebih lama. Bagaimana proses mencari ramban tersebut? Tentu tidaklah mudah juga. Karena harus berjibaku dengan dedaunan dan rumput yang kadang kala terdapat duri-duri diantaranya. Belum lagi jika ada semut atau ulat yang bisa membuat gatal.
- Namun, bagi para remaja tetaplah menyenangkan. Biasanya kegiatan mencari ramban ini dilakukan dengan bersama-sama, dengan saling menjemput, berangkat dan pulang bersama. Ada teman ngobrol selama proses ngarit, dan jika terjadi sesuatu di perjalanan, misalnya ada yang terpeleset, atau ban kempes, bisa saling menolong.
- Beternak itu butuh ketelatenan, karena hasilnya tidak langsung dapat dirasakan, butuh beberapa bulan bahkan tahun. Setelah ternak tersebut dijual barulah terasa hasilnya, itupun berbeda-beda karena ada ternak yang milik sendiri dan merawat milik orang lain. Bagi ternak yang hanya merawat, maka hasil yang didapat adalah setengah dari total pendapatan (dalam bahasa pedesaan diistilahkan dengan maro– membagi hasil antara pemilik dan pemelihara: 50% – 50%).
Penerapan
Pertanyaan dari teks:
- Siapa yang didatangi malaikat dan diberi kabar tentang kelahiran bayi Yesus?
- Apa yang sedang mereka lakukan ketika malaikat hadir?
- Bagaimana sikap mereka saat dan setelah berjumpa dengan bayi Yesus?
Dari penjelasan tentang sosok gembala baik di jaman Tuhan Yesus maupun pengalaman memelihara ternak di jaman sekarang, dapat kita bayangkan bahwa pekerjaan tersebut bukanlah hal yang mudah. Tidak semua orang, apa lagi remaja mau dan mampu menjalaninya. Tapi dapat pula kita bayangkan, di balik berbagai kesulitan dan tantangan yang bisa dihadapi, ada pula hal positif dan menyenangkan yang dapat kita jumpai. Bagaimana kebersamaan, saling menolong, dan memperhatikan sesama ciptaan itu terwujud.
Apa yang dipandang rendah dan remeh oleh manusia, nyatanya tidak demikian di hadapan Tuhan. Bahkan Tuhan memilih para gembala sebagai saksi kelahiran sang juruselamat. Bukankah itu undangan istimewa? Dan yang menjadikan peristiwa ini lebih istimewa adalah respon para gembala setelah berjumpa dengan bayi Yesus (memberi kesempatan kepada para remaja untuk menceritakan bagaimana respon para gembala). Ya, sekalipun bayi yang dijumpai tidak berada di istana atau juga tidak ‘bercahaya’ seperti gambaran di film-film kelahiran Tuhan. Sekalipun yang mereka lihat itu bayi yang tampak biasa saja dibungkus lampin dalam palungan, mereka sungguh bersuka cita dengan tulus. Bahkan ketika pulang mereka mewartakan kabar kelahiran itu! sekalipun secara sosial mungkin mereka tetap diremehkan orang, namun ada perubahan dalam hatinya: setelah berjumpa dengan sang Juruselamat yang sederhana, tentu mereka sungguh percaya bahwa keselamatan yang adalah anugerah itu tidak hanya bagi orang-orang yang secara agama dan sosial dianggap tinggi, tetapi semua orang yang tulus menyambut kehadiran-Nya. Bahkan hal itu menimbulkan keberanian dalam hati para gembala untuk meneruskan kabar suka cita itu. Mereka melihat, percaya, dan membagikan suka cita itu kepada siapa saja. Mereka yang awalnya dianggap gak srawung (tidak peduli pada orang lain karena kesibukan pekerjaan di padang) berani keluar dari zona nyaman, dan mulai peduli pada sekitar.
Setiap remaja tentulah memiliki karakter dan kondisi yang berbeda yang sangat mungkin membuat kita minder/ pesimis. Namun kisah hari ini mengingatkan dan menyemangati kita semua. Bahwa Tuhan memiliki cara pandang yang berbeda dari dunia dan ‘umumnya’. Menyadari kelemahan dan keterbatasan itu perlu, agar kita tidak sombong, seperti halnya yang dialami para gembala. Tetapi di sisi lain kita juga perlu untuk membuka diri pada undangan istimewa yang juga diberikan kepada kita sekarang. Bulan lalu kita merayakan Natal yang berarti mengakui Sang Juruselamat telah hadir di dunia. Maka saat ini mari kita menunjukkan perubahan hidup berdasar pengakuan itu. seperti halnya para gembala, yang berubah dari menyendiri menjadi suka berbagi, dari yang tertutup/ ‘pede’ karena jarang bertemu orang menjadi berani mengabarkan berita suka cita. Seperti dalam ayat hafalan kita saat ini Amsal 3: 5 (remaja diajak membaca bersama-sama). Tahun baru semangat baru! GANBATE! (bhs Jepang: semangat)
Aktivitas:
- Sharing
- Ajak remaja untuk berbagi tentang pengalaman memelihara ternak (dijemaat pedesaan umumnya beberapa remaja terbiasa ‘angon’ atau ‘ngarit’ untuk memberi makan kambing atau sapi mereka)
- Minta remaja berbagi tentang :
- Ternak tersebut butuh makan berapa kali sehari?
- Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencari makan bagi ternaknya?
- Bagaimana cara mereka mendapatkannya?
- Apa saja tantangannya?
- Selai memberi makan, adakah hal lain yang perlu dilakukan dalam merawat ternak?
- Setelah itu minta remaja untuk berbagi tentang perasaan mereka terkait memelihara ternak (Apa mereka senang? Jika ya, apa yang membuat mereka senang? Jika tidak, mengapa?)
- Menulis
- Bagikan kertas pada masing-masing remaja
- Minta remaja menuliskan contoh sikap optimis yang akan mereka lakukan dalam menjalani tahun baru
Lagu Tema: Percayalah Kepada Tuhan
—
[1] Frany P Kuron, Salah satu penulis buku renungan MAKARIO5, senin, 30 November 2009.
http://franykuron.blogspot.com/2010/12/para-gembala-golongan-rendah-yang.html?m=1 (Diunduh tgl 17 juli pkl 17.07)
Gambar: Sweetpublishing.com