Mengolah Keraguan Tuntunan Ibadah Remaja 27 April 2025

14 April 2025

Tahun Gerejawi: Paskah 2
Tema: Kebangkitan mengalahkan keraguan dan kuasa maut

Bacaan: Yohanes 20: 19-31
Ayat Hafalan: ” … Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat…” (Ibrani 11:1)

Lagu Tema: KJ 178  “Karna KasihNya Padaku”

Tujuan

  1. Remaja menjelaskan cerita pasca kebangkitan Yesus dalam teks Yohanes 20:19-31
  2. Remaja mengelola konflik dan ketegangan diri yang berdampak pada keraguan iman

Penjelasan Teks (Hanya Untuk Pamong)
Kisah Yohanes 20:19-31 adalah bagian yang menceritakan peristiwa setelah kebangkitan Yesus yang menampakkan diri kepada para murid ketika dalam keadaan takut dan bimbang. Hal ini menandakan situasi yang mencekam, betapa mereka merasa terancam. Secara historis, situasi politik dan agama saat itu sangat sulit bagi para pengikut Yesus. Para pengikut Yesus menghadapi tekanan besar dari otoritas agama dan Romawi. Mereka merasa tidak aman, karena pemimpin mereka telah dieksekusi secara brutal. Ketakutan ini juga menunjukkan realitas politik dan agama di Palestina abad pertama – di mana pemberontakan atau klaim mesianis bisa berujung pada hukuman mati. Hal ini semakin menjadi berat ketika pemerintah Romawi bekerja sama dengan pemimpin agama Yahudi untuk menekan setiap gerakan yang dianggap mengganggu stabilitas, dan pengikut Yesus dianggap sebagai ancaman karena mereka percaya bahwa Yesus adalah Raja yang akan membawa perubahan besar.

Namun, dalam situasi yang mencekam ini, Yesus hadir di tengah-tengah mereka dengan cara yang istimewa. Kehadiran-Nya membawa damai sejahtera. Hal ini menjadi sapaan penting karena Dia tahu mereka sedang dalam ketakutan. Selanjutnya, Yesus tidak hanya hadir di tengah mereka, tetapi Dia juga menunjukkan bekas luka dari penyaliban-Nya di tangan dan lambung-Nya. Sebuah tanda bagi para murid bahwa Dia benar-benar Yesus yang bangkit dari kematian.

Salah satu bagian yang menarik dari teks ini adalah kisah Tomas. Tomas, salah satu dari 12 murid, tidak ada saat Yesus pertama kali menampakkan diri. Ketika murid-murid lain memberitahunya bahwa mereka telah melihat Tuhan, Tomas meragukannya. Dia berkata bahwa dia hanya akan percaya jika dia bisa melihat dan menyentuh luka-luka Yesus sendiri. Delapan hari kemudian, Yesus kembali menampakkan diri, dan kali ini Tomas ada di sana. Yesus memanggil Tomas untuk melihat dan menyentuh luka-luka-Nya. Tomas kemudian percaya. Yesus memberikan pelajaran yang sangat penting di sini: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Sosok Tomas mewakili keraguan yang sering terjadi pada masa awal kekristenan. Bagi para pembaca di abad pertama, kisah Tomas ini mungkin juga digunakan untuk menekankan pentingnya iman bagi mereka yang tidak pernah melihat Yesus secara langsung, sebuah tantangan bagi generasi setelah Yesus naik ke surga.

Penulis Injil Yohanes menutup bagian ini dengan menyatakan bahwa masih banyak lagi tanda-tanda yang dilakukan Yesus yang tidak ditulis dalam Injil ini. Namun, semua yang ditulis ini memiliki tujuan, yaitu supaya kita percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Remaja Allah, dan dengan percaya, akan ada kehidupan dalam nama-Nya.

Refleksi Untuk Pamong
Kondisi Ketakutan dan Penampakan Yesus pada teks Yohanes 20:19-31 membawa pemaknaan pada sebuah momen kritis bagi para murid setelah kematian Yesus. Mereka berada dalam ketakutan, mengunci diri di sebuah ruangan, bingung dengan masa depan yang tak pasti. Ketakutan ini tentunya menjadi hal yang wajar, mengingat mereka baru saja menyaksikan pemimpin mereka disalibkan dengan brutal. Mereka merasa terancam oleh otoritas yang sama yang telah mengeksekusi Yesus. Namun, di tengah situasi yang penuh ketakutan itu, Yesus hadir dalam sapaan “Damai sejahtera bagi kamu”.

Sebagai pamong remaja, tentunya juga sering dihadapkan dengan situasi-situasi yang penuh tantangan. Remaja yang didampingi seringkali mengalami kebingungan, ketakutan, dan bahkan merasa terkunci dalam masalah mereka, entah itu masalah pribadi, sosial, atau spiritual. Dalam penghayatan ini, bersama diajak untuk menggumuli akan pentingnya menghadirkan kehadiran Kristus yang membawa damai. Yesus, dalam momen yang genting tersebut, hadir tidak hanya secara fisik, tetapi juga membawa kedamaian batin yang meresapi seluruh keberadaan para murid. Hal ini menjadi undangan bagi semua pamong untuk menjadi pembawa damai, mengingatkan remaja bahwa di tengah ketakutan dan kekhawatiran, Kristus selalu hadir bersama mereka.

Sebagai pamong, kita dipanggil untuk membantu remaja bertumbuh dalam iman, bahkan ketika mereka mengalami keraguan. Penting bagi kita untuk menciptakan ruang yang aman bagi mereka untuk bertanya, meragukan, dan mengeksplorasi iman mereka – sama seperti Yesus yang dengan kasih dan kesabaran menanggapi keraguan Tomas, pamong pun juga memiliki kesediaan mendampingi remaja dalam setiap proses mereka mencari Tuhan, sambil mengarahkan mereka untuk menemukan pengalaman iman yang otentik.

Pendahuluan
Pamong mengajak bermain peran.
Pemeran:
Rina : Seorang remaja yang merasa tertekan oleh masalah sekolah dan keluarga.
Anti : Sahabat Rina yang selalu mendengarkan
Pamong (Bu Sarah) : Pamong yang peduli dan hadir di tengah kegelisahan Rina.

Adegan 1: Rina terlihat duduk di kamar, menggenggam ponsel, dengan raut wajah penuh ketakutan dan kebingungan. Anti, sahabatnya, mengetuk pintu dan masuk.
Rina (gelisah) : “Aku nggak bisa lagi, Anti. Aku nggak tahu harus gimana. Nilai di sekolah buruk, orang tuaku selalu bertengkar, dan aku nggak punya siapa-siapa yang bisa bantu aku…”
Anti (ragu-ragu): “Aku juga nggak tahu harus ngomong apa, Rin. Tapi aku di sini buat kamu. Mungkin kita bisa ngobrol sama Bu Sarah, pamong yang sudah seperti sahabat kita?”
Rina (terisak) : “Aku bahkan nggak yakin Tuhan peduli sama aku lagi”

Adegan 2: Bu Sarah, pamong, datang mengunjungi Rina dan Anti yang sedang duduk di ruang tamu. Ia duduk dengan tenang di samping Rina.
Bu Sarah (tenang): “Rina, aku dengar dari Anti kamu sedang menghadapi masalah berat. Kamu nggak sendiri dalam hal ini. Aku ingin kamu ingat, Tuhan selalu ada di dekatmu, walaupun kadang kita merasa terkunci oleh ketakutan dan kekhawatiran.”

(hening sejenak)

Bu Sarah (lembut): “Rina, kamu masih ingat diskusi kita beberapa waktu lalu dari Yohanes 20:19 – di mana Yesus datang kepada para murid-Nya saat mereka juga penuh ketakutan. Dia hadir dengan damai, di tengah ketakutan mereka. Dia juga ada bersamamu sekarang, bahkan di saat-saat terberat.”
Rina (tersentuh) : “Tapi aku masih merasa terjebak, Bu… Aku nggak tahu bagaimana bisa merasa damai.”
Bu Sarah (bijak) : “Damai itu seringkali bukan tentang hilangnya masalah, tapi tentang merasakan kehadiran Tuhan di tengah masalah. Kita nggak selalu tahu jawabannya, tapi kita bisa yakin Dia bersama kita.”
Rina (tersenyum sedikit): “Mungkin aku nggak harus langsung tahu semua jawaban, ya… Aku cuma perlu percaya Dia ada di sini.”

Rina mulai lebih tenang, tersenyum kepada Anti dan Bu Sarah. Ia sadar bahwa meskipun masalah tidak langsung selesai, ia merasa ada kekuatan baru. Dan mereka menutup perjumpamaan mereka dengan penyerahan di dalam doa.

Cerita
Di dalam Yohanes 20:19-31 diceritakan setelah Yesus bangkit dari kematian, Dia menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, tetapi Tomas tidak ada di sana. Ketika para murid memberitahu Tomas bahwa mereka telah melihat Yesus yang bangkit, Tomas meragukan hal itu. Dia berkata bahwa ia tidak akan percaya kecuali ia bisa melihat dan menyentuh bekas luka Yesus secara langsung (bdk. Yoh.20:25).

Delapan hari kemudian, Yesus muncul kembali dan menantang Tomas untuk melihat serta menyentuh bekas lukaNya. Saat itulah Tomas akhirnya percaya dan berkata, “Ya Tuhanku dan Allahku!”. Yesus kemudian berkata kepada Tomas, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”.

Cerita ini menggambarkan bahwa keraguan bukanlah hal yang asing dalam iman kita – bahkan seorang murid Yesus yang dekat dengan-Nya pun bisa meragukan kebangkitan. Dari kisah Tomas ini mengajarkan kita bahwa Yesus tidak mengecam Tomas karena keraguannya, namun sebaliknya, Dia menolong Tomas untuk mengatasi keraguannya dengan bukti dan kasih.

Keraguan adalah hal yang wajar ada dalam kehidupan iman. Kita semua bisa mengalami saat-saat di mana kita meragukan kehadiran atau kuasa Tuhan, terutama ketika kita berada dalam kesulitan atau melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan kita. Namun, dari kisah Tomas, kita belajar bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita dalam keraguan kita. Dia datang kepada kita, seperti Dia datang kepada Tomas, dengan penuh kasih dan kesabaran.
Lantas Bagaimana kita bisa mengolah keraguan dalam hidup kita?

Inilah yang dapat kita lakukan:

  1. Datanglah kepada Yesus dalam doa. Ketika kita ragu, hal pertama yang harus kita lakukan adalah datang kepada Tuhan dalam doa. Ceritakan kepada-Nya keraguanmu. Yesus tidak menolak Tomas karena keraguannya, jadi jangan takut untuk datang kepada-Nya dengan pertanyaan dan keraguanmu.
  2. Cari tahu lebih banyak tentang Tuhan. Iman kita bertumbuh ketika kita belajar lebih banyak tentang siapa Tuhan – semakin kita mengenal Dia, semakin kita percaya bahwa Dia selalu ada untuk kita.
  3. Bersandarlah pada komunitas iman. Seperti Tomas yang mendengarkan murid-murid lain tentang Yesus, kita juga membutuhkan komunitas yang menguatkan kita. Jangan menjauh dari komunitas ketika muncul ragu, tetapi tetaplah dekat dengan mereka.
  4. Ingatlah bahwa iman adalah perjalanan. Iman bukan sesuatu yang instan. Ada saat-saat di mana kita kuat, tetapi ada juga saat-saat di mana kita ragu. Tuhan mengerti perjalanan ini dan selalu siap membimbing kita.

Keraguan bukanlah akhir dari iman, melainkan kesempatan untuk memperdalam iman kita. Ketika kita membawa keraguan kita kepada Tuhan, Dia akan membantu kita untuk melihat dan percaya bahwa Dia selalu ada, bekerja dalam hidup kita, dan mengarahkan kita kepada tujuan-Nya yang baik. Jadi, mari kita berkomitmen untuk menyerahkan setiap keraguan kita kepada Tuhan. Mari kita belajar untuk tetap percaya, meskipun kita tidak selalu melihat bukti nyata. Ingatlah kata-kata Yesus: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yohanes 20:29).


BASA JAWA

Tujuan

  1. Remaja nyariosaken cariyosing Gusti Yesus kang rawuh ing satengahing para sekabat saksampunipun Gusti Yesus Wungu kang sinerat ing Yokanan 20:19-31.
  2. Remaja mranata perkawis ingkang dipun alami kang gegayutan kaliyan iman kapitadosan.

Pendahuluan
Pemeran:
Rina : Remaja ingkang ngalami momotan ing papan pasinaon ugi wonten ing brayat
Anti : Kancanipun Rina ingkang tansah ngancani Rina
Pamong (Bu Sarah) : Pamong ingkang peduli ing satengahing momotaning Rina.

Adegan 1: Rina lungguh ing kamar, kanthi nggegem Hp, pasuryanipun katingal sumelang lan ngraosaken ajrih. Anti, kancanipun lumebet ing kamar.
Rina (sumelang) : ” Aku wus ora bisa maneh, Anti. Aku wus ora ngerti kudu ngapa. Kowe ngerti ta bijiku ning sekolah tan saya mudhun, wong tuaku saben dina congkrah, aku kaya-kaya wus ora duwe sapa-sapa maneh sing bisa ngrewangi aku …”
Anti (mangu-mangu): “Aku ya orang ngerti kudu ngomong apa, Rin. Isane aku mung ngancani kowe. Yen kowe gelem, apa cerita wae marang Bu Sarah, pamong sing wus ngerteni lan peduli, wus kaya kanca cedhake awakedhewe?
Rina (nangis): “Aku kaya sampe kepikiran yen Gusti iki isih peduli lan nresnani aku apa ora?

Adegan 2: Bu Sarah, pamong, rawuh nuweni Rina lan Anti kang lenggah ing ruang tamu. Panjenenganipun pinarak kanthi tenang.
Bu Sarah: “Rina, ibu mireng saka Anti yen sampeyan ngadepi momotan sing abot lan ora gampang. Rin, sampeyan ora dhewe kok ngadhepi momotan iki. Ibu pengen sampeyan eling lan ngrasakne yen Gusti ora negakne, Gusti nganthi-ngayomi sampeyan Rin – ya sanadyan awakedhewe ngrasakne yen kadhang ngrasa kekancingan karo rasa wedi lan khawatir.

(ening sawetawis)

Bu Sarah: “Rina, apa sampeyan isih kelingan nalika jagongan bareng ibu bab Yokanan 20:19 – ning kana Gusti Yesus rawuh marang para sekabate kang ngalami wedi. Gusti rawuh kanthi kebag katentreman, nguatke para sakabat kabeh. Lan saiki Gusti kui ya karo sampeyan, luwih-luwih ing kahanan kang ora entheng iki”
Rina (tersentuh): “Ning, Rina rumaos kajiret kaliyan momotan punika bu, kula mboten mangertos kados pundi saged ngraosaken tentrem punika”
Bu Sarah (bijak): “Rin, Tentrem kui dudu ateges kabeh momotan kui ora ana, ning tentrem kui isa ngrasakne rawuh panganthi-pangayomaning Gusti ing satengahing momotaning urip. Awakedhewe ora kudu ngerti pungkasane kaya ngapa, ning sing dadi wigati, awakedhewe mesthi isa ngadhepi kabeh iki mau, wit awakedhewe kari Gusti sing ora bakal negakne”
Rina (ngrasakne lega): “Nggih bu, maturnuwun, kula mboten kedah mengertos kados pundi wangsulanipun Gusti, ning kula namung diutus pitados bilih Gusti ngayomi lan mboten negakaken”

Rina tan saya ngrasakake lega ing manah, bisa mesem marang Anti lan Bu Sarah. Piyambakipun sadar yen perkawis-momotan kui ora bisa langsung rampung, piyambakipun ngrasakake daya anyar saking Gusti. Lan sedaya kalawau mungkasi anggen jejagongan kanthi masrahaken sedaya ing pandonga.

Cerita
Kanca-kanca kang dipuntresnani dening Gusti,
Ing Injil Yokanan 20:19-31, nyaritakake yen Gusti Yesus wungu saking antarane tiyang pejah, rawuh ugi ngatingalaken Dhiri tumrap para sekabat, ning Tomas salah sijine ora bebarengan, mula piyambake ora weruh apa kang dadi dhawuh lan peparingipun Gusti. Nalika Tomas diwenehi weruh bab Gusti Yesus Wungu, Tomas ora ngandel lan pracaya. Piyambakipun celathu yen ora bakal pracaya, menawa durung ndumuk lan ndeleng catu tandha seda sinalibe Gusti (bdk. Yok.20:25)

Sawise wolung dina, Gusti Yesus rawuh malih lan dhawuh marang Tomas supaya ndeleng lan ndumuk apa kang dadi pepengane Tomas supaya bisa ngandel lan pracaya. Sawise kui, Tomas isa pracaya lan munjuk, “Gustiku lan Allahku”. Gusti Yesus banjur dhawuh, “amarga kowe wus ndeleng Aku, temah kowe kumandel. Rahayu wong kang padha ora ndeleng, nanging kumandel”. Carita iki ngelingke kita kabeh yen raos mangu-mangu kaliyan iman kapitadosan kui isa dialami sapa bae – pandhereke Gusti (Tomas) kang saben dina bebarengan kaliyan Gusti bisa ngalami bab mangu-mangu ing iman kapitadosan. Ning, Gusti Yesus kang kebag katresnan kui tansan nulung Tomas supaya isa uwal saka rasa mangu-mangu kanthi tandha kang cetha!

Mangu-mangu ing bab iman kui lumrah, apa maneh yen ngadhepi bab kang abot! Sapa bae isa ngalami tiba ing rasa ora pati pracaya kaliyan Pakaryan lan Kwasaning Gusti, luwih-luwih nalika apa kang dialami ora memper karo apa kang dadi pangarep-arep! Ning, lumantar Tomas, diutus sinau yen Gusti ora bakal negakne nalika sami dhawah ing rasa mangu-mangu. Gusti rawuh ning uriping para manungsa, kayadene Gusti rawuh ngayomi Tomas kanthi kebag ketresnan.

Kapriye awakedhewe bisa uwal saka rasa mangu-mangu lan tan saya caket kaliyan Gusti?

  1. Sowan marang Gusti ing pandonga. Yen urip wus ngrasakne mangu-mangu, bab sing utama kang kudu dilakoni yaiku sowan ing pandonga. Apa bae kang dadi uneg-unegmu, dadi rasa mangu-mangumu, caritakne marang Gusti. Gusti Yesus ora nampik Tomas wit rasa mangu-mangune, dadi aja wedi sowan ing ngarasanipun, cerita bae yen sampeyan ngrasa mangu-mangu lan ngalami momotan.
  2. Sinau tan saya ngerti bab Gusti. Iman kui tan saya thukul lan bakoh nalika sinau tan saya jeru bab Gusti – tan saya kenal Gusti, tan saya pracaya yen Gusti tansah ana lan ora bakal tega marang manungsa kang ditresnani.
  3. Nyendhera ing patunggilan. Kaya dene Tomas kang mirengke para sekabat sanes bab Gusti Yesus, kita kabeh uga mbutuhake patunggilan kang nguatke siji lan sijine. Aja ngadoh nalika ngalami bab kang abot, ning tan saya nyedhaka wit patunggilan kui isa diagem Gusti menehi daya kang anyar.
  4. Eling, yen Iman kui dudu bab kang “instan”. Ana mangsa-mangsa kita kabeh iki ngrasakake tatag, ning ana mangsa kita kabeh ngrasakake tiba – rumangsa adoh saka Gusti. Gusti mirsa lakune uripe manungsa lan pracayaa yen Gusti kang bakal nuntun lakune urip iki.

Rasa mangu-mangu kui dudu pungkasan saka iman, ning bab kui isa dadi lantaran tan saya caket kaliyan Gusti. Nalika masrahaken rasa mangu-mangu ning ngarsane Gusti, Gusti pribadi kang bakal mitulungi supaya saben wong bisa pracaya lan ngrasakake yen Gusti kui ana, makarya supaya saben manungsa tan saya wanuh kaliyans apa kang dadi karsane.
Mula, sinau mantebne ati, masrahne apa bae ning ngarsane. Sinau tetep pracaya, nadyan kui ora gampang wit ora ndeleng bukti nyata. Eling apa kang dadi dhawuhipun, “Rahayu wong kang ora ndeleng, ning pracaya” (Yok.20:29)

Renungan Harian

Renungan Harian Anak