Bacaan Alkitab : Kejadian 22 : 1-19
Tahun Gerejawi : Bulan Kitab Suci
Tema : Sikap Merenungkan
Tujuan :
- Anak dapat mencirikan tokoh Abraham sebagai tokoh yang merenungkan firman Tuhan.
- Anak dapat menyusun renungan singkat sebagai bentuk respon terhadap firman Tuhan yang dibacanya.
Ayat Hafalan : “dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu” (Yesaya 30 : 15b)
Lagu Tema : Kidung Jemaat no. 416 : 1,4
PENJELASAN TEKS
- Kisah pemanggilan Abraham –yang dulunya bernama Abram- memang menjadi kisah yang menarik untuk direnungkan. Bahkan Abraham dikenal sebagai Bapa Segala Orang Beriman. Pertanyaannya, mengapa Allah memanggil Abraham? Tidak ada keterangan apapun mengenai mengapa panggilan itu ditujukan kepada Abraham. Hal tersebut tetap menjadi rahasia yang seluruhnya berasal dari inisiatif Allah. Panggilan itu adalah panggilan Allah yang memerlukan jawaban berupa ketaatan. Bersamaan dengan hal itu, juga ada janji Allah yang disampaikan. Pertama, janji tentang tanah, kedua, janji tentang keturunan yang besar. Kedua janji tersebut terus menerus digemakan dalam seluruh kisah nenek moyang. Salah satunya, janji tersebut digemakan pada saat-saat yang sangat kritis dalam kehidupan Abraham, dimana Abraham harus mewujudkan ketaatannya kepada Allah ketika dia diminta oleh Allah untuk mengorbankan Ishak anaknya sebagai korban bakaran.
- Ketaatan Abraham memang dikehendaki Allah sampai sejauh mana. Penulis Kitab Kejadian mengajak kita memahami hal tersebut melalui ayat 1 yang berbunyi, setelah semuanya itu Allah mencoba Perkataan mencoba dapat dimaknai sebagai proses dimana Allah menguji kesetiaan dan ketaatan. Apa cobaan yang Allah kehendaki untuk Abraham? Di ayat 2, kita bisa membaca bahwa Allah menghendaki agar Abraham mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran. Tentu ini sebuah perintah yang mengejutkan bagi pembaca dan juga bagi Abraham. Pada zaman Abraham memang ada kebiasaan mengorbankan anak-anak sulung, karena anak sulung adalah kepunyaan Allah, sekalipun Israel menolak pengorbanan anak-anak. Namun, perintah Allah ini terjadi secara tiba-tiba dan tidak beralasan! Bagaimana respon Abraham terhadap perintah tersebut? Teks tidak menceritakan respon ataupun sanggahan Abraham, sekalipun mungkin Abraham tidak tahu alasannya. Hanya ada urutan persiapan yang perlu kita cermati. Ayat 3 menceritakan bahwa Abraham bangun pagi-pagi dan mempersiapkan segala sesuatunya. Pertama yang dipersiapkan adalah keledai beban, kedua, memanggil kedua orang bujangnya dan Ishak, terakhir membelah kayu yang akan dipakai untuk korban bakaran. Apakah urutan ini dilihat hanya sebagai sesuatu yang lewat begitu saja? Sepertinya tidak. Biasanya, orang memasang pelana pada keledai ketika semua persiapan selesai. Namun , Abraham melakukannya di awal. Demikian juga dengan pekerjaan membelah kayu. Pekerjaan tersebut biasanya dikerjakan oleh para bujang, akan tetapi di sini Abraham mengerjakannya sendiri. Dengan demikian, urutan persiapan ini bisa jadi ingin mengungkapkan kepedihan batin yang tidak terungkapkan. Persiapan-persiapan tersebut dilakukan Abraham dengan diam tanpa sepatah kata.
- Setelah semuanya selesai, Abraham berangkat menuju tanah Moria bersama bujang dan Ishak. Sampai di tanah Moria, Abraham meninggalkan bujangnya, dan pergi hanya dengan Ishak. Adegan ini mempertajam ketaatan Abraham yang semakin tajam dan mencekam. Selanjutnya, perjalanan menuju ke gunung itu terjadi dalam bisu. Tiba-tiba Ishak memecah kesunyian tersebut dengan menanyakan anak domba yang akan dikorbankan. Tentu pertanyaan tersebut membuat hati Abraham semakin pedih. Abraham menjawab dengan yakin bahwa Allah yang akan mempersiapkan anak dombanya. Jawaban Abraham adalah jawaban iman dan penyerahan diri. Pikirannya tertuju hanya kepada Tuhan saja. Benar rupanya iman Abraham! Menjelang Abraham akan menyembelih Ishak, tiba-tiba datang Malaikat Tuhan yang memerintahkan agar Abraham membatalkan penyembelihan Ishak. Sebagai gantinya, ada domba jantan yang tanduknya tersangkut dalam belukar yang menjadi korban bakarannya. Iman Abraham berbuah, sehingga dia menamai tempat penyembelihan itu, “Tuhan menyediakan”. Bahkan Allah memberkati Abraham berlimpah ruah (ayat 17). Perenungan Abraham akan perintah Allah membawanya pada sikap iman yang hormat kepada Allah, bahwa Allah pasti tahu yang terbaik bagi dirinya, sekalipun dalam prosesnya terasa pedih.
LANGKAH-LANGKAH PENYAMPAIAN
- Pamong membagikan secarik kertas kepada remaja.
- Ajak remaja melakukan kegiatan dengan meminta mereka menuliskan sebuah pendapat pribadi mereka. Pamong menanyakan kepada remaja, apakah yang akan kamu lakukan jika kamu menjadi Abraham? Sesudah selesai, berikan kesempatan beberapa orang remaja untuk mengutarakan apa yang sudah ditulisnya.
- Masuklah pada penjelasan teks. Awali penjelasan teks tersebut dengan mengajak mereka menyanyi “Tuhan Yesus Sahabatku” yang diambil dari NKB 167 (teks terlampir). Paparkan terlebih dahulu riwayat lagu NKB 167 (ilustrasi) lalu jelaskan tentang kitab Kejadian 22:1 – 19 yang menjelaskan tentang sikap iman Abraham sebagai hasil perenungan Abraham bahwa Allah pasti menjamin kehidupan dan keselamatannya. Tanyakan juga kepada remaja, seperti apakah sosok Abraham dalam kisah tersebut.
- Setelah selesai, pamong membagikan satu buah amplop dan selembar kertas lagi kepada remaja. Ajak remaja melakukan kegiatan “Abraham-Abraham Zaman Now”. Minta mereka menuliskan pergumulan atau masalah yang sedang mereka hadapi serta apa yang mereka harus lakukan sebagai Abraham-Abraham Zaman Now. Setelah selesai, masukkan selembar kertas tersebut pada amplop dan di bagian depan dituliskan ayat hafalan dari Yesaya 30 : 15b “dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.”
- Minta remaja mencari pasangan, lalu minta mereka untuk saling mendoakan pergumulan atau masalah yang mereka hadapi.
ILUSTRASI
Lagu “Tuhan Yesus Sahabatku,” yang aslinya berjudul I Have Found a Friend in Jesus atau The Lily of the Valley, adalah satu lagu favorit banyak orang Kristen. Ditulis oleh William Charles Fry (1837-1882) di Lincoln Inggris ketika ia bekerja-layan pada gereja Bala Keselamatan (Salvation Army). Semangat William Booth, pendiri Bala Keselamatan, tampaknya masih amat kental pada waktu itu. Gerakan yang menyatakan perang terhadap kuasa Iblis dan memilih bersahabat dengan orang miskin ini, memberi keyakinan pada semua pengikutnya, termasuk Fry, bahwa Sang Sahabat sejati tak lain dan tak bukan adalah Yesus sendiri. Dalam lagu ini, Yesus digambarkan seperti “Bunga Bakung yang paling indah” merujuk pada Kidung Agung 2:1 “Seperti bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah manisku di antara gadis-gadis.” Keindahan bunga bakung itu juga digambarkan dalam Mat. 6:28-29 “Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.” Lewat gambaran itu Fry mau mengatakan bahwa tidak ada yang melebihi Yesus di dunia. Yesus Sang Sahabat adalah segala-segalanya.
Hidup yang kita jalani tidaklah mudah, begitu kata Fry. Pencobaan dan penderitaan datang silih berganti. Namun, Sang Sahabat sejati Yesus Kristus takkan pernah meninggalkannya. Ia benteng dan perisaiku, kata Fry. Kata “benteng” agaknya pilihan kata terjemahan yang baik, yang amat kuat gemanya dalam Alkitab, untuk menggambarkan karya pemeliharaan Allah. Pemazmur berulang kali menyebutkannya (Mzm. 27:1, dst). Sang Sahabat hadir memberikan perlindungan.
Keyakinan akan penyertaan Tuhan, Sang Sahabat, digambarkan juga melalui roti manna yang memberikan kehidupan bagi umat Israel. “Roti Manna” kemudian hadir melalui tubuh Yesus. Sabda Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga” (Yoh 6:32-35, 51). Sang Sahabat rela menderita, demi manusia, pada sahabatnya. Keyakinan itulah yang membuat Fry menyongsong dengan sukacita kehidupan abadinya bersama dengan Yesus. Sebagaimana terukir manis pada nisannya: I’m safe home at last! I live an endless life.
TUHAN YESUS SAHABATKU (Nyanyikanlah Kidung Baru 167)
Tuhan Yesus Sahabatku, tercinta dan erat
Melebihi segalanya bagiku
Bunga bakung paling indah yang tumbuh di lembah
Mengampuni, menyucikan diriku
Penghibur dalam duka, penolong yang teguh
Kepada-Nya kuserahkan kuatirku
Bunga bakung paling indah yang tumbuh di lembah
Melebihi segalanya bagiku
Di setiap pencaobaan dan duka batinku
Ia benteng dan perisaiku tetap
Demi Dia kutinggalkan berhala hatiku
Oleh Dia ku bertahan dan tegap
Digoda oleh Iblis ku takkan menyerah
Yesus jamin kemenangan imanku
Bunga bakung paling indah yang tumbuh di lembah
Melebihi segalanya bagiku
Ia takkan membiarkan dan meninggalkanku
Aku hidup oleh iman padaNya
Ia tembok yang berapi di sekelilingku
Roti Hidup yang membuatku kenyang
Kelak di kemuliaan ku nampak wajahNya
Dan berkat sorgawi melimpahiku
Bunga bakung paling indah yang tumbuh di lembah
Melebihi segalanya bagiku