BacaanAlkitab : Filipi 2: 5-11
Tahun Gerajawi: Kristus Raja
Tema: Kristus Raja
Ayat Hafalan : “Sebab Tuhan berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.” (Mazmur 149: 4)
Lagu Tema : Kidung Kontekstual 138 “Ingin Seperti Tuhan”
Tujuan:
- Remaja dapat mencirikan kepopuleran bukan karena apa yang dimiliki, namun dari apa yang diberikan.
- Remaja dapat membiasakan diri untuk memiliki kerendahan hati sebagai wujud meneladani Kristus sebagai Raja yang rendah hati.
Penjelasan Teks (Hanya untuk Pamong)
Paulus menitikberatkan bagaimana Yesus meninggalkan kemuliaan yang tiada taranya di sorga dan mengambil kedudukan yang hina sebagai hamba, serta taat sampai mati untuk kepentingan umat-Nya. Kerendahan hati dan pikiran Kristus harus terdapat dalam para pengikut-Nya, yang terpanggil untuk hidup berkorban dan tanpa mementingkan diri, mempedulikan orang lain dan berbuat baik kepada mereka (ayat 5).
Yesus mengesampingkan kemuliaan, kedudukan, kekayaan, segala hak sorgawi dan penggunaan sifat-sifat ilahi-Nya. “Pengosongan diri-Nya” ini tidak sekadar berarti secara sukarela menahan diri untuk menggunakan kemampuan dan hak istimewa ilahi-Nya, tetapi juga menerima penderitaan, kesalahpahaman, perlakuan buruk, kebencian, dan kematian yang terkutuk di salib (ayat 7). Walaupun Ia tetap benar-benar ilahi, Kristus mengambil sifat manusia dengan segala pencobaan, kehinaan, dan kelemahannya, namun Ia tanpa dosa.
Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati. Dia mengesampingkan segala hak dan kepentingan pribadi untuk memastikan kesejahteraan orang lain (ayat 8).
Pada ayat 9-11, setelah Yesus mengalami semua penderitaan oleh karena kasih-Nya bagi manusia, Ia ditinggikan, bertekuk lutut segala yang ada di dunia dan segala lidah mengaku “Yesus Kristus adalah Tuhan”. Dan inilah inti kekristenan. Setiap umat percaya hendaknya memiliki hati dan pikiran seperti Yesus yang altruis bukan egois!
https://alkitab.sabda.org/commentary.php?passage=filipi+2%3A+5-11
PENDAHULUAN
- Ajak remaja membaca Filipi 2: 5-11!
- Minta remaja menjawab pertanyaan berikut secara spontan:
- Apa yang kalian pahami tentang merendahkan diri?
- Apa yang kalian pahami tentang mengosongkan diri?
- Apa yang kalian pahami tentang mengambil rupa seorang hamba?
- Ajak remaja mendengar Ilustrasi “Pencuri Kue” berikut:
Suatu malam, seorang wanita sedang menunggu di bandara. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di sebuah gerai toko di bandara, lalu menemukan tempat duduk.
Sambil duduk, wanita tersebut memakan kue sambil membaca buku yang baru dibelinya. Dalam keasyikannya, ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua kue yg berada diantara mereka berdua.
Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si “Pencuri Kue” yang pemberani itu menghabiskan persediaannya.
Ia makin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itupun sempat berpikir: (“Kalau aku bukan orang baik, tentu sudah kutonjok dia !”).
Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki itu juga mengambil satu. Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan, dan ia segera mengumpulkan barang-barang miliknya dan menuju pintu gerbang.
Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari buku yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas karena kaget. Ternyata disitu ada kantong kuenya. Koq milikku ada di sini, jadi kue tadi adalah milik siapa. Milik lelaki itu?
Ah, terlambat sudah untuk meminta maaf; ia tersandar dan sedih. Bahwa sesungguhnya akulah yang salah, tak tahu terima kasih dan akulah sesungguhnya sang pencuri kue itu; bukan dia!
Dalam hidup ini, kisah pencuri kue seperti tadi seringkali terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri, dan tak jarang kita berprasangka buruk.
Orang lainlah yang selalu salah, orang lain yang patut disingkirkan, orang lain yang tak tahu diri, orang lain yang berdosa,
orang lain yang selalu bikin masalah.
Kita sering mengalami hal diatas, kita sering berpikir bahwa kita paling benar sendiri, kita paling suci, kita paling tinggi, kita paling pintar, dst.
Sejak detik ini, bisakah kita memulai untuk rendah hati?
Dan tidak lagi menjadi “pencuri kue” yang teriak “maling..!” kepada orang lain..!
http://chami-ilustrasi.blogspot.com/2013/06/pencuri-kue-belajar-bersikap-rendah-hati.html
Cerita – Bahasa Indonesia
Tiga pertanyaan di atas mudah tidak kalian jawab? Apa sih itu merendahkan diri, mengosongkan diri, dan mengambil rupa seorang hamba?
Bacaan kita mengungkapkan ketiga sifat tersebut ada pada diri Tuhan Yesus. Rasul Paulus hendak menunjukkan kepada kita bahwa sosok yang sedemikian tinggi dan berkuasa, justru meninggalkan itu semua sampai pada kematian di salib bagi kita semua manusia yang hina dan rendah.
Tuhan Yesus meninggalkan kemuliaan yang tiada taranya di sorga dan mengambil kedudukan yang hina sebagai hamba, serta taat sampai mati untuk kepentingan umat-Nya.
Tuhan Yesus mengesampingkan kemuliaan, kedudukan, kekayaan, segala hak sorgawi dan penggunaan sifat-sifat ilahi-Nya. “Pengosongan diri-Nya” ini tidak sekadar berarti secara sukarela menahan diri untuk menggunakan kemampuan dan hak istimewa ilahi-Nya, tetapi juga menerima penderitaan, kesalahpahaman, perlakuan buruk, kebencian, dan kematian yang terkutuk di salib. Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati. Ia mengesampingkan segala hak dan kepentingan pribadi untuk memastikan kesejahteraan umatNya.
Dan sejatinya setiap orang yang menyebut diri sebagai orang Kristen, pengikut Kristus mestinya hidup meneladan kepada Kristus yang rendah hati dan hidup bagi yang lain. Tapi nyatanya yang terjadi adalah seperti wanita dalam ilustrasi “Pencuri Kue” di atas. Kita itu seringkali “maling teriak maling”. Bagaimana tidak? Kita yang jelas-jelas salah saja seringkali sedemikian angkuh dan tinggi hati merasa benar, padahal di dunia ini tidak ada di antara kita yang sempurna dan bebas dosa.
Di Minggu Kristus Raja ini mari belajar untuk menjadi rendah hati, hidup meneladan Kristus. Dan kerendahan hati itu juga dibarengi dengan hati yang penuh kasih bagi yang lain. Seperti Tuhan Yesus yang adalah Raja justru berkorban bagi keselamatan umat manusia.
Carita – Basa Jawa
Saka telung pitakonan sing wes kowe kabeh jawab, gampang apa ora olehmu jawab? Apa iku andhap asor, ngosongake diri, jupuk sipat abdi?
Ayat Kitab Suci dina iki duduhke bab telung sifat iku ana ing Gusti Yesus. Rasul Paulus nunjukake marang kita kabeh yen ana pribadi sing duwur banget lan maha kuasa, tapi malah ninggalke iku kabeh sampe mati ning kayu salib kanggo kita manungsa ing asor lan ora miguna.
Gusti Yesus ninggalke kabeh kamulyan sing ora ana ungkule ning swarga lan jupuk papan sing nistha dadi abdi, taat nganti mati kanggo kaslametane manungsa. Gusti Yesus ninggal kamulyan, kedudukan, kasugihan, kabeh hak swarga lan uga ora nganggo kuasa sing diduweni yaitu panguwasa Ilahi. Ngosongake lan ngasorake diri, iku dudu mung sedya ninggalke kamulyan lan ora nganggo panguwasa Ilahi sing diduweni, nanging Gusti Yesus kanti sukarena nampa panganiaya, salah paham, sesengitan, nampi sing ala, lan mati ning salib sing nistha. Piyambake ngasorake diri lan taat nganti mati. Piyambake ninggal kabeh kamulyan dan kepentingan diri kanggo karahayone umat.
Saben wong sing nyebut diri wong Kristen, ndherek Gusti Yesus Kristus mestine urip nuladha marang Gusti Yesus sing andhap asor lan urip kanggo liyan. Tapi nyatane akeh wong sing kaya wong wadon ning crita dhuwur mau. Kita gampang ngadili lan “maling mbengok maling”. Apa ya nggak? Sing jelas-jelas keliru wae kita sering gumunggung lan sombong, rumangsa paling bener. Nanging nyatane ing donya iki ora ana ning antarane awak dhewe sing sampurna lan bebas dosa.
Minggu Kristus Raja iki ayo padha sinau dadi andhap asor, urip sing nuladha Kristus. Sipat andhap asor kaya Gusti iku dibarengi sipat welas asih marang liyan. Kaya dene Gusti Yesus Sang Raja sing ngorbanake sarirane kanggo kaslamatan kita.
Aktivitas
Buat komitmen menulis secara rajin selama 28 hari kalimat “Aku Ingin Seperti Tuhan, Rendah Hati juga Penyanyang!” Tabel di bawah bisa dicetak dalam kertas karton ukuran 15x10cm sehingga bisa dibawa sehari-hari untuk diisi.
Mengisi tabel di bawah secara jujur satu hari satu tabel. Sebelum mengisi, berdoa terlebih dahulu!
Tabel dibawa setiap Minggu ke gereja untuk diperiksa dan mendapat stempel atau tanda tangan dari Pamong.
Catatan: Persiapan dan berlatih untuk pelayanan Minggu depan.