Tahun Gerejawi : HUT GKJW/ Adven 3
Tema : Tokoh GKJW: Drijo Mestoko
Bacaan Alkitab : Yakobus 5: 7-10
Ayat Hafalan: Yakobus 5: 7a : “Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan!”
Lagu Tema :Jangan Lelah Bekerja di Ladangnya Tuhan
Tujuan:
- Remaja dapat menceritakan kisah singkat tokoh GKJW yang bernama Drijo Mestoko menghadapi pergumulan di jamannya dengan meneladani Yesus Kristus.
- Remaja dapat mencirikan sikap bertahan terhadap pencobaan sebagai respon iman.
- Remaja dapat mencontohkan sikap bertahan dalam iman menghadapi pergumulan.
Penjelasan Teks (Hanya untuk Pamong)
Dalam perikop saat ini, Yakobus sangat menekankan kehidupan Kristen yang memiliki iman penuh, dimana kesabaran dan ketekunan menjadi pupuknya. Kesukaran pasti akan datang menghadang orang-orang Kristen yang telah bertobat, maka mereka dituntut untuk setia dan sabar. Diumpamakan seperti para petani yang setia dan sabar menantikan hujan di awal dan akhir. Bagi petani yang lahan sawahnya dekat dengan sungai atau aliran air yang lain, hujan memang bukan menjadi sesuatu yang sangat penting, tetapi bagi petani yang sawah ladangnya bergantung dari air hujan, maka curahan hujan menjadi berkat kehidupan bagi mereka. Padi pun baru dapat ditanam ketika sudah turun hujan. Maka, kapanpun harinya, mereka akan selalu sabar dan setia menantinya.
Sementara itu, mereka hendaknya jangan menggerutu, barangkali terhadap orang-orang yang memusuhi mereka, tetapi justru membiarkan keadilan di tangan Tuhan menjadi nyata. Sebagai contoh, Yakobus meneladankan sikap sabar dan tekun menggunakan kesaksian hidup para nabi Tuhan yang dalam kondisi apapun, termasuk penderitaan, mereka tetap sabar dan tekun menyampaikan kehendak Tuhan untuk umatnya. Bahkan teladan hidup seorang Ayub dipakai oleh Yakobus supaya orang-orang diyakinkan dan semakin percaya. Kita tahu Ayub adalah representasi seorang Nabi yang taat dan setia dalam penderitaan, sampai akhirnya janji Tuhan pun tergenapi secara penuh dalam dirinya.
Pendahuluan:
1. Bagikan potongan kisah dari “Drijo Mestoko” kepada setiap remaja untuk dibaca dan disimpan!
Tokoh GKJW: Drijo Mestoko
Ada tokoh GKJW yang benama Driyo Mestoko (1884-1950), beliau adalah seorang yang setia kepada pelayanan meskipun pernah dipenjara dan disiksa oleh Jepang. Penderitaan tidak menyurutkannya untuk terus setia kepada GKJW dan Tuhan.
Driyo Mestoko dilahirkan di Kertorejo dari pasangan: GI R. Simsim Mestoko (putera Karolus Wiryoguno) dan R.Ngt. Djasminah pada 30 Januari 1884. Putera sulung GI Ngoro ini, dipersiapkan dan dididik ayahnya untuk masuk dalam pendidikan guru di Mojowarno. Sejak muda Driyo Mestoko adalah aktifis pemuda, terbukti pada th. 1901, di saat belajar di Sekolah Pendidikan Guru di Mojowarno dia menerbitkan sebuah majalah berbahasa Jawa yang namanya “Udyono Among Siswo”, yang dipimpin oleh Driyo Mestoko, J. Matheus Jr. dan Arban.
Setelah lulus dari Sekolah Pendidikan Guru Driyo Mestoko menjadi Guru di jemaat Bongsorejo. Selanjutnya Jemaat Segaran (Mojokerto) membutuhkan seorang guru untuk mengajar di sana dan dia bersedia untuk pindah ke Mojokerto. Karena kepribadian yang bagus (disiplin, ulet, berani dan seorang pembelajar), maka pada tahun 1912, ia dibutuhkan (dipinjam) oleh Zending Salatiga untuk menjadi Guru di Sekolah Pendidikan Guru di Tingkir, Salatiga milik Zending Salatiga (Jawa Tengah).
Driyo Mestoko juga sering pergi ke Yogyakarta dalam kaitannya dengan Zending Gereja Gereformeerd. Di sana ia bekenalan dengan Ds. H. Bakker, Pendeta Utusan dan dosen di Sekolah Theologia di Yogyakarta. Dari Ds. H. Bakker inilah Driyo Mestoko memperoleh banyak pengetahuan tentang Gereja. Ds. H. Bakker meminjamkan buku-buku dan memberi brosur-brosur tentang Gereja. Ia juga menjelaskan hal-hal yang tidak dimengerti oleh Driyo Mestoko. Sehingga pengetahuannya tentang cara-cara Gereja Kristen Jawa berorganisasi dan mengembangkannya, semakin bertambah.
Pada tahun 1900 awal, kondisi masyarakat jawa dan Nusantara mulai terasa berbeda dibandingkan sebelumnya. Sebelumnya nuansa kekuasaan kolonial terlihat dominan, namun pada waktu itu mulai bermunculan gerakan Kebangkitan Nasional yang dipelopori para muda. Seperti :
1. Budi Utomo (1908) oleh Dr. Sutomo,
2. Serikat Dagang Islam (1911) oleh HOS Cokroaminoto,
3. Organisasi Kristen Jawa pertama: Rencono Budoyo ( 1911) oleh J. Matheus Jr dkk,
4. Organisasi Kristen: Mardi Pratjojo (1912) oleh Purcoyo Gadrun
(Tahun 1918 menjadi Partai Politik dengan nama Persekutuan Kaum Christen, yang disingkat menjadi PKC)
Ternyata pengaruh gerakan para muda ini mempengaruhi semangat dan pola pikir para pemuda Kristen di Mojowarno. Pada tahun 1913 ada 4 orang pemuda yang mempunyai gagasan membuat study club, orang-orang ini adalah :
1. Nutriyo Darmowiryo,
2. Mulyodiharjo Dermorejo
3. Driyo Mestoko
4. Soponyono Dermorejo
Menurut Ds. Mulyodiharjo empat orang ini disebut Papat Guno (karena 2 org keturunan Joyoguno dan 2 orang keturunan Wiryoguno)
Gagasan ini sebelumnya dimulai dari pembicaraan santai oleh empat orang tadi di tepi sumur rumah Nutriyo Darmowiryo. Mereka mempunyai keinginan menyusun majelis jemaat menurut pilihan Jemaat secara demokratis dan bisa menciptakan Kedewasaan Jemaat dimana menurut seorang ahli Missiologi, Warneck dikatakan bahwa ada 3 syarat Kedewasaan Jemaat (“TRIAS WARNECK”), yaitu :
-
- Dapat mengatur dirinya sendiri
- Dapat membiayai dirinya sendiri
- Dapat mengembangkan dirinya sendiri
Dengan keyakinan kuat dan pemikiran yang matang maka pada tahun 1914, empat orang ini menghadap Pendeta Pasamuan Mojowarno saat itu : J.M.S. BALJON.
Pendeta J.M.S. BALJON setelah mempertimbangkan dengan cermat, serta adanya informasi bahwa di belakang orang-orang tersebut, terdapat dukungan yang kuat dari warga Jemaat (saat itu ada 30 para tokoh dan sesepuh warga). Akhirnya Pdt. J.M.S. Baljon mendukung usulan mereka tersebut. Dengan semangat beberapa tokoh Mojowarno telah mengadakan persiapan – persiapan menuju kedewasaan. Selanjutnya pada tahun 1922 dilakukan pemilihan pendeta (Jawa) melalui rapat – rapat warga Jemaat. Dari 3 orang calon : Arban, Wiryodarmo dan Driyo Mestoko. Maka terpilihlah Driyo Mestoko sebagai Pendeta Jawa Pertama di Jemaat Mojowarno dan pertama di Jawa. Driyo Mestoko terpilih menjadi Pemimpin Gereja IV ( 1940 – 1946 ).
Masa penjajahan Jepang sangat berat dialami GKJW selain tekanan dari pemerintah Jepang ada perpecahan di dalam GKJW sendiri. Di tengah perpecahan gereja (GKJW vs RPK), meskipun diancam oleh RPK (Raad Pasamuan Kristen) yang merasa didukung pemerintah Jepang, dia tetap berani mengambil resiko. Dia memutuskan mentahbiskan pendeta pertama Bali : Made Rungu pada tgl 24 Nopember 1943, di gedung Gereja Mojowarno atas nama penanggung jawab penuh Greja Kristen Jawi Wetan. Pentahbisan ini menjadi tonggak bersejarah bagi terbentuknya Sinode GKPB (Gereja Kristen Protestan Bali) yang sebelumnya menjadi ladang penginjilan dan pelayanan serta anak asuh GKJW. Resikonya setelah pentahbisan Ds. Driyo Mestoko difitnah bersekutu oleh sekutu dan berakibat dia disiksa sampai gegar otak, dipenjara sampai kemerdekaan RI.
Teman-teman yang mempertahankan GKJW dan mendapatkan fitnah dari sekelompok orang RPK mengalami nasib yang sama, bahkan beberapa pendeta meninggal dunia dalam penjara dan beberapa ada yang hilang. Hal yang menarik dari kepemimpinan Ds. Driyo Mestoko bahwa dalam mengemban sebagai Pimpinan Gereja, dia punya prinsip kuat (tegas dan berani). Dia tidak terpengaruh untuk menggeser prinsip bergereja dan berimannya. Dia tetap mempertahankan GKJW tidak goyah dalam pimpinan Sang pemimpin Imannya yaitu Yesus Kristus Sang pemilik Sejarah. Meskipun goncangan dari luar dan dalam gerejanya. Sosok pejuang yang cerdas, setia, perhatian kepada Jemaat, tanggap dalam melayani, pekerja keras dan punya prinsip kuat dalam memimpin. Pada 5 September 1950 GKJW berduka karena sang tokoh akhirnya dipanggil menghadap Khaliknya. Dia dimakamkan di tanah kelahirannya Desa Kertorejo, Kecamatan Ngoro, Jombang. (Sumber: Tulisan Wiryo Widianto)
2. Minta remaja mendiskusikan pertanyaan berikut:
-
- Apa saja pergumulan Mbah Drijo Mestoko?
- Bagaimana Mbah Drijo Mestoko menghadapi pergumulan itu?
3. Ajak remaja membaca Yakobus: 5:7-10.
Cerita
Mbah Drijo Mestoko memang salah satu tokoh GKJW yang patut untuk diteladani. Semangatnya yang tinggi untuk terus belajar hal-hal baru dimanapun berada, membuatnya semakin diperlengkapi oleh Tuhan. Kesetiaannya dalam menjalani tugas dan tanggung jawab pelayanan perlu untuk kita contoh, bahkan ketika beliau harus mempertahankan imannya dan kehidupan bergereja pada jaman penjajahan Jepang.
Kegigihannya bertahan dalam pencobaan mengingatkan kita pada bacaan hari ini. Yakobus mengingatkan umat Tuhan untuk terus bertahan dalam pencobaan di suasana penantian akan kedatangan Tuhan kembali. Bertahan dengan tetap setia seperti halnya Ayub yang setia. Sabar dan tekun seperti halnya petani yang sabar menanti turunnya hujan demi dapat menanam, walaupun tidak tahu pasti kapan datangnya hujan.
Dalam suasana memperingati Ulang Tahun GKJW yang ke-89 ini, kita pun juga diajak untuk tetap semangat dalam membangun persekutuan umat Tuhan di GKJW. Setia dengan persekutuan di GKJW, sabar dalam menghadapi segala tantangan iman, tekun dalam mempelajari kehendak Tuhan supaya semakin cakap dan berpengetahuan. Pada akhirnya sebagai umat Tuhan dalam persekutuan di GKJW, kita diajak untuk mengembangkan GKJW dalam berbagai aspek, sehingga melalui GKJW, kasih Tuhan semakin dinyatakan.
Aktivitas
Pamong membagi remaja ke dalam 3 kelompok, untuk menentukan tugas yang dikerjakan dapat menggunakan undian. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk mendiskusikan tantangan atau pergumulan iman yang dihadapi berikut:
- Kelompok 1: Apa pergumulan iman yang dihadapi di sekolah dan bagaimana cara menghadapinya?
- Kelompok 2: Apa pergumulan iman yang dihadapi di lingkungan sekitar/ masyarakat dan bagaimana cara menghadapinya?
- Kelompok 3: Apa pergumulan iman yang dihadapi di rumah dan bagaimana cara menghadapinya?