Bacaan Alkitab : 1 Tawarikh 16: 29
Judul : “Sekarang Bersyukur”
Tahun Gerajawi : Paskah 5 / Masa Raya Unduh-unduh
Tema : Masa Raya Unduh-unduh
Ayat Hafalan : “Berilah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah menghadap Dia! … “ (1 Tawarikh 16: 29a)
Lagu Tema : KJ 287a “Sekarang Bersyukur”
Tujuan :
- Remaja dapat menjelaskan sikap yang harus dikembangkan untuk terbiasa mempersembahkan dengan cara yang benar.
- Remaja berkomitmen untuk menunjukkan sikap yang benar dalam memberi persembahan.
Penjelasan Teks (Hanya untuk Pamong)
Tabut Tuhan melambangkan kehadiran Tuhan dan berkat-Nya atas umat-Nya. Itu sebabnya respons Daud dan umat Israel diungkapkan lewat mazmur ucapan syukur yang begitu indah.
Mazmur ucapan syukur ini dimulai dengan ajakan untuk mensyukuri kebaikan Tuhan dengan bernyanyi, bermegah, mencari wajah Tuhan, dan mengingat perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib (ayat 8-13). Lalu segala perbuatan Tuhan dijabarkan pada ayat-ayat berikutnya (ayat 14-22). Pada intinya karya Tuhan atas umat-Nya bisa dibagi menjadi dua bagian. Pertama, Tuhan mengikatkan diri-Nya dengan Perjanjian kekal kepada umat-Nya (ayat 17). Salah satu isi janji-Nya adalah memberikan tanah Kanaan sebagai milik pusaka Israel. Kedua, Tuhan menjanjikan pemeliharaan-Nya atas umat-Nya. Dia tidak membiarkan bangsa-bangsa lain mengusik milik-Nya (ayat 22).
Mazmur ini dilanjutkan dengan seruan mengajak, bukan hanya umat Israel, tetapi segenap bumi (ayat 23) dan semua bangsa (ayat 28) untuk membesarkan nama Tuhan. Mereka tentu sudah melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan dahsyat dan ajaib yang dilakukan Tuhan atas umat-Nya. Dia bukan hanya Tuhan atas umat-Nya Israel, melainkan Tuhan atas semua bangsa dan segenap alam. Tuhan Pencipta adalah Allah yang mengatasi segala ilah lain (ayat 25-26). Dia adalah Raja bukan hanya atas Israel tetapi Raja dunia ini (ayat 31). Respons umat sungguh tepat: “Amin! Pujilah TUHAN!” (ayat 36).
Tidak ada yang lebih disukai Tuhan daripada pujian dan ucapan syukur yang sungguh-sungguh keluar dari hati yang tulus. Tentu lebih indah dan dahsyat kalau pujian dan syukur itu tidak semata-mata berbentuk ibadah atau persekutuan, tetapi berwujud pelayanan yang memberkati sesama manusia. Mereka yang masih hidup dalam kegelapan dosa dan menyembah ilah-ilah hampa, kiranya melihat Tuhan yang hidup melalui hidup anak-anak-Nya.
Penyembahan sejati harus dilakukan dalam “kekudusan”. Allah menerima penyembahan rohani yang penuh sukacita hanya selama disertai dengan sikap batin yang hormat dan murni, suatu keinginan sungguh-sungguh untuk dekat kepada-Nya dan suatu komitmen teguh untuk menolak segala yang bertentangan dengan tabiat-Nya yang kudus. Yang utama dalam persembahan kita adalah kemuliaan nama Tuhan, sikap batin yang benar. Bukan dalam cara manusia mencari pengakuan dan penghormatan diri.
http://alkitab.sabda.org/commentary.php?passage=1+tawarikh+16%3A+29
Pendahuluan
- Ajak Remaja bermain Truth or Dare (Jujur atau Berani):
- Minta Remaja membentuk lingkaran.
- Pamong memutar lagu (bisa dari gawai), bola atau media lain yang diputar Remaja.
- Pamong men-stop lagu, Remaja yang memegang bola yang “jadi” dan diminta memilih antara “truth or dare”, memilih jujur atau Berani!
- Pilih 3 Remaja yang “jadi”!
- Dan minta yang jadi untuk memilih truth or Dare
Truth/ Jujur Dare/ Berani Pernah lupa tidak membawa persembahan? Tugas doa sepanjang ibadah remaja Pernah mempersembahkan uang yang lusuh? Menyanyikan lagu “Kingkong” dengan gerakan yang paling lucu. Pernah tidak jadi persembahan karena uangnya untuk beli sesuatu? Menghafal “Doa Bapa Kami” dan “Pengakuan Iman Rasuli”
- Minta Remaja membuka, membaca dan menghafal I Tawarikh 16: 29!
Cerita
Yang tadi “jadi” dan memilih untuk jujur, patut diapresiasi, tepuk tangan semua! Yang tadi memilih untuk berani, adalah orang yang berani, beri tepuk tangan! Memilih antara jujur atau tantangan, itu berasal dari pertimbangan pikiran kita. Kalau saya jujur, bisa jadi saya malu, maka saya memilih berani. Oleh karenanya orang jujur itu langka. Di dunia ini banyak orang yang memilih untuk berani daripada jujur.
Pertanyaan untuk dijawab jujur nih. Ada yang pernah persembahan uang lusuh atau uangnya diremas-remas atau dilipat-lipat?
Menurut kalian persembahan kepada Tuhan dengan uang yang demikian layak tidak?
Tapi itu yang sering terjadi kan?
Jikalau kita memahami bahwa persembahan adalah ucapan syukur bagi kemuliaan nama Tuhan, tentunya kita memberikan yang terbaik. Tidak seenaknya atau malah uang yang paling jelek yang kita miliki.
Jika demikian maka sesungguhnya hati dan pikiran kita tidak memandang bahwa persembahan untuk Tuhan adalah yang terbaik. Dan itu sikap batin yang tidak benar di hadapan Tuhan.
Perhatikan ilustrasi berikut:
Ada tiga macam pemberi. Si batu api, si spon dan si sarang lebah. Untuk mendapatkan si batu api, Anda harus menghantam dia. Walau sudah dihantam, biasanya Anda hanya mendapat sedikit serpihan dan percikan bunga api. Pelit untuk memberi. Kalau pun mau memberi itu selalu dengan pertunjukan besar-besaran. Pemberi macam ini akan selalu menuntut kalau namanya harus diumumkan dan berharap semua orang tahu.
Ada si spon. Untuk mendapatkan sesuatu dari si spon, Anda harus memerasnya lebih dulu, kalau perlu dengan aksi mengancam segala. Barulah si spon mau memberi. Memberi karena terpaksa. Memberi bukan dari hati.
Yang terakhir adalah pemberi tipe sarang lebah. Sarang lebah senang memberi, tanpa tekanan dan tanpa harus menunggu lebih dulu seseorang merengek-rengek kepadanya. Dia membiarkan madu yang dihasilkan terus mengalir agar orang yang sedang membutuhkannya bisa mendapatkannya. Uniknya, sarang lebah tidak akan pernah kehabisan. Ia akan selalu memberi, memberi dan selalu ada saja madu yang diberikannya, seolah tidak ada habisnya.
(http://khotbahilustrasi.blogspot.com/2014/01/tiga-tipe-pemberi.html)
Ternyata orang memberi bahkan persembahan dengan sikap hati, sikap batin bermacam-macam. Bagaimana dengan kita?
Apakah kita memberi atau persembahan macam batu api yang selalu gembar-gembor ke sana ke mari untuk mengumumkan kedermawanan kita? Persembahan untuk dipuji.
Apakah kita memberi persembahan macam spon yang menunggu ditekan dan dipaksa dulu? Padahal semua yang kita punya adalah berkat Tuhan, tetapi pelit.
Ataukah kita seperti sarang lebah yang memberi karena ketulusan? Memberi dengan sikap batin yang benar. Persembahan karena ketulusan dan ekspresi kasih, wujud syukur.
Hal yang paling unik soal memberi persembahan adalah kita tidak akan pernah kekurangan di saat kita memberi. Tak pernah ada orang yang jatuh miskin karena ia memberi.
Mari memberi yang terbaik. Amin.
Aktivitas
- Remaja menulis “#terbaikuntukTuhan” di media sosial mereka dengan foto kantong persembahan!
- Berkomitmen persembahan uang yang baik, tidak lusuh dan diremas-remas/dilipat-lipat. (Pamong bisa mengecek di Ibadah Minggu depan)
- Pamong kembali mengingatkan untuk Aksi Diakonia Minggu depan!