Judul : “Aja Lamis”
Tahun Gerajawi : Pentakosta
Tema: Pentakosta
Ayat Hafalan : “ … Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu … “ (Yohanes 14: 26)
Lagu Tema : KJ 231 “O Roh Kudus Ilahi”
Tujuan :
- Remaja dapat mencirikan orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus.
- Remaja dapat menjelaskan rintangan-rintangan yang dihadapi sebagai orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus.
Penjelasan Teks: (Hanya untuk Pamong)
Hari Pentakosta merupakan hari raya terbesar yang kedua dalam tarikh Yahudi. Peristiwa ini merupakan perayaan penuaian setelah panen gandum ketika hulu hasil dipersembahkan kepada Allah. Demikianlah hari Pentakosta bagi gereja melambangkan awal penuaian jiwa-jiwa oleh Allah dalam dunia.
Tanda-tanda alam mempertunjukkan bahwa Allah hadir dan bertindak dengan suatu cara yang luar biasa. “Api” melambangkan penyucian dan pemisahan orang-orang percaya kepada Allah bagi pekerjaan memuliakan Kristus dan bersaksi bagi Dia.
Apakah makna dari kepenuhan dengan Roh pada hari Pentakosta?
- Itu berarti dimulainya penggenapan janji Allah untuk mencurahkan Roh-Nya atas semua manusia pada hari-hari terakhir.
- Karena hari-hari terakhir dari zaman akhir ini telah mulai semua orang diperhadapkan dengan tantangan untuk menerima atau menolak Kristus.
- Para murid “diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi”, yang menyanggupkan mereka bersaksi untuk Kristus, menginsafkan orang akan dosa, kebenaran dan penghakiman Allah sehingga mereka berbalik dari dosa kepada keselamataan dalam Kristus .
- Roh Kudus menyatakan sifat-Nya sebagai Roh yang rindu dan berusaha demi penyelamatan orang dari setiap bangsa. Mereka yang menerima baptisan dalam Roh dipenuhi dengan kerinduan yang sama demi penyelamatan umat manusia. Jadi, hari Pentakosta merupakan awal dari penginjilan dunia.
- Para rasul menjadi pelayan Roh. Mereka bukan hanya memberitakan Yesus yang disalibkan dan dibangkitkan, menuntun orang lain kepada pertobatan dan iman kepada Kristus, tetapi mereka juga mempengaruhi orang-orang bertobat untuk menerima “karunia-karunia Roh Kudus” yang sudah mereka terima pada hari Pentakosta. Hal menuntun orang lain untuk menerima baptisan Roh Kudus adalah kunci karya rasuli dalam Perjanjian Baru.
- Lewat baptisan dalam Roh ini para pengikut Kristus menjadi orang-orang yang melanjutkan karya Kristus dalam dunia ini. Dalam kuasa Roh Kudus, mereka terus melakukan dan mengajarkan hal-hal yang sama “yang dikerjakan dan diajarkan Yesus”
Peristiwa turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta menjadi sebuah penggenapan akan janji Tuhan untuk memberikan kuasa kepada para murid. Mereka menjadi saksi untuk melanjutkan karya Tuhan Yesus. Pada hari ini pun Roh Kudus terus tercurah bagi umat-Nya untuk dimampukan menjadi saksi. Orang percaya, yang menyebut diri mereka Kristen, pengikut Kristus adalah orang yang menerima curahan Roh Kudus dan menghasilkan buah kesaksian dalam hidup harian mereka.
Roh Kudus membuat para murid berkata-kata dalam berbagai bahasa dan dalam ucapan-ucapan tersebut, para murid menceritakan perbuatan besar yang dilakukan Allah. Hal tersebut membuat semua orang tercengang dan termangu-mangu. Menjadi saksi adalah membuat orang lain melihat perbuatan besar yang dilakukan Allah melalui setiap kata dan perbuatan umat percaya.
(http://alkitab.sabda.org/commentary.php?passage=kisah+para+rasul+2%3A+1-13)
Pendahuluan
- Siapkan alat peraga berikut untuk aktivitas awal; membuat timbangan sederhana:
- Beberapa sedotan, tali rafia atau benang jahit, sejumlah karet gelang.
- Bagian tengah sedotan diikat rafia atau benang.
- Minta Remaja menyebutkan:
- Ciri-ciri orang yang hidupnya dipenuhi Roh Kudus! (setiap menyebutkan 1 ciri, 1 karet gelang diletakkan di sisi satu)
- Rintangan atau hambatan untuk hidup dipenuhi Roh Kudus! (setiap menyebutkan 1 rintangan, 1 karet gelang diletakkan di sisi yang lain)
- Ajak Remaja membaca Kisah Para Rasul 2: 1-13!
Cerita
Dari aktivitas di atas, timbangan sederhana yang kita buat lebih condong ke arah mana?
Menurut kalian, kalau kita menyebut diri sebagai orang Kristen, mestinya hidup kita dipenuhi oleh Roh Kudus bukan?
Tapi ternyata hambatan juga tidak sedikit, bahkan hambatan jauh lebih banyak daripada ciri-ciri yang kita tunjukkan sebagai orang yang hidupnya dipenuhi Roh Kudus.
Dalam bacaan kita hari ini, apa yang terjadi pada murid-murid?
- Mereka dapat berbicara dalam berbagai bahasa pada saat itu juga.
- Dalam ragam bahasa tersebut mereka menceritakan perbuatan besar Allah.
- Mereka membuat yang mendengar menjadi tercengang dan termangu-mangu.
Itulah yang terjadi pada para murid yang patut menjadi perhatian bagi kita. Salah satu ciri orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus dalam bacaan ini adalah orang yang dalam setiap kata, mereka menceritakan perbuatan Allah. Namun tentu tidak berhenti di situ saja, para murid yang telah diperlengkapi dengan “kekuasaan dari tempat tinggi” yakni Roh Kudus, dalam hidup mereka selanjutnya, dalam setiap kata dan perbuatan mereka, hidup mereka menjadi saksi. Sehingga yang namanya menjadi saksi, tentu bukan hanya mulut atau kata-kata kita saja, tetapi apakah hidup kita dalam perbuatan bahkan dalam pikiran dan hati kita juga menjadi wujud kesaksian?
Kalau hanya di bibir saja namanya “lamis”. “Aja lamis” apalagi munafik!
Kalau lamis ya seperti ilustrasi di bawah ini:
Bibir Seorang Kristen
Suatu masa hiduplah seekor singa yang liar dan buas. Setiap kali bertemu makhluk hidup lain dan terutama manusia pasti saja akan diterkam dan dilahap habis. Tulang-tulang yang keras sekalipun pasti akan remuk dan tak pernah tersisa oleh taringnya yang runcing. Suatu saat, ketika tahu bahwa orang Kristen adalah orang-orang baik, maka berkatalah ia kepada teman-teman singa yang lain: ‘Aku telah mendengar seruan di padang gurun, dan saya ingin bertobat. Saya pasti tak akan menggangu orang-orang kristen lagi. Saya akan membiarkan mereka tetap hidup, dan tak akan lagi menjadikan mereka santapan pemuas isi perutku.’
Namun setelah lewat beberapa hari, seorang Kristen lewat. Singa liar dan buas itu sekali lagi melahap orang itu. Seluruh bagian tubuh orang tersebut dimakan habis tak tersisa, kecuali bibirnya. Ia lalu dicemoohi teman-temannya: ‘Bukankah engkau ingin bertobat dan berjanji tak akan menjadikan orang Kristen sebagai santapan lezatmu?? Mengapa hari ini engkau justru sekali lagi membunuh seorang Kristen?’
Singa buas itu menjawab: ‘Saya memang sudah berjanji untuk tidak menerkam orang Kristen. Namun orang yang telah kumakan itu telah kucium sebelum diterkam. Ternyata sama sekali tak tercium aroma kekristenan, kecuali bibirnya saja. Karena itu bibirnya sajalah yang tidak kumakan.’
(Kokoh Prihatanto: M.A.P, Mimbar, Altar dan Pasar, Penerbit Lamalera, 2017 – https://kupang.tribunnews.com/2018/04/02/singa-dan-orang-kristen)
Aktivitas: Bermain “Bisa Jadi”!
Remaja dibagi menjadi 2 kelompok besar. 2 orang ditunjuk di masing-masing kelompok, 1 orang yang menebak kata yang tertulis pada kertas di atas kepalanya (kertas bisa dipegang oleh lawan), 1 orang lagi yang mengarahkan dengan syarat hanya boleh berkata “ya/tidak/bisa jadi”.
Kata yang ditebak(masing-masing kelompok menebak 6 kata; bisa dikembangkan Pamong):
“Pentakosta, lamis, singa, Roh Kudus, kuasa, bibir, bahasa, bangsa, saksi, Allah, perbuatan, Kristen.”