Bacaan : 2 Korintus 9 : 6-9
Tahun Gerejawi : Masa Raya Unduh-Unduh
Tema : Masa Raya Unduh-Unduh
Tujuan : Anak dapat menyebutkan cara memberi persembahan yang benar
Lagu Tema : Nyanyian Rohani 148 “Ku Bawa Persembahan
PENJELASAN TEKS (Untuk Pamong)
Ketika berbicara tentang ‘memberi’ maka seringkali ayat 6 sebagai acuan: menabur sedikit akan menuai sedikit dan sebaliknya. Maksudnya bila kita memberi sedikit balasan yang akan kita terima pun juga sedikit, tapi bila kita mau memberi banyak maka balasan yang kita terima akan banyak. Sehingga cara pandang yang seringkali digunakan dan diajarkan adalah supaya kita menerima berkat banyak, maka kita pun juga harus memberi dengan jumlah yang banyak.
Melalui suratnya, Paulus mengingatkan para pembacanya untuk melihat hal tersebut dengan lebih cermat: bukan hanya ayat 6 tetapi ada kelanjutannya di ayat 7, 8 dan 9. Secara alami dalam hukum alam orang memang menuai atas apa yang ditabur. Bila menabur banyak, yang dituaipun juga akan banyak. Akan tetapi dalam hal memberi persembahan pada Tuhan yang perlu diperhatikan bukan hanya berapa jumlah yang diberikan tetapi bagaimana cara memberikannya.
Menurut Paulus hal yang penting dalam memberikan persembahan kepada Tuhan adalah:
- Memberi dengan tulus iklas / rela hati.
- Dengan sukacita dan tanpa paksaan.
Mengapa demikian? Sebab rela hati/tulus ikhlas menandakan bahwa hal tersebut dilakukan tanpa ada pamrih apapun, termasuk pamrih dalam hal : memberi persembahan supaya diberkati Tuhan (hati-hati!). Memberi persembahan dengan rela hati itu berarti apa yang dipersembahkan kepada Tuhan berdasarkan kesadaran bahwa ini adalah wujud syukur atas berkat yang telah diterima, sehingga tidak ada yang membebani hatinya, tidak merasa terpaksa juga bukan karena terpaksa atau dipaksa (juga tidak karena sungkan) atau supaya dilihat orang dan mendapat sanjungan. Justru memberikan persembahan adalah hal yang membuatnya bersukacita dan dengan hati yang ringan. Sebab tujuannya bukanlah berapa balasan berkat yang akan aku terima dari Tuhan tetapi inilah syukurku kepada Tuhan.
Paulus menunjukkan bahwa rasa syukur kepada Tuhan itu pulalah yang membuatnya tidak ragu atau takut dalam memberikan persembahan sebab ia percaya bahwa Allah sanggup melimpahkan kasih karunia dalam kehidupannya. Dengan demikian, Hal yang utama dalam memberikan persembahan bukanlah supaya mendapat berkat dari Tuhan, sebab Tuhan telah memberikan berkatNya. Tetapi bagaimana berkat yang telah diterima dari Tuhan dapat kembali dipersembahkan dengan ketulusan hati dan penuh sukacita.
PERSIAPAN CERITA:
- Minta pada tiap anak untuk membawa makanan/jajan yang paling ia sukai. Makanan itu nanti akan dibagikan kepada teman lainnya. Sebaiknya hal ini dirahasiakan dari anak-anak kalau makanan itu nantinya akan dibagi. Pamong juga membawa makanan yang disukai.
- Pamong menyiapkan boneka tangan dari kertas – lihat pada gambar (bila tidak ada/tidak bisa membuatnya dapat diganti dengan boneka jari flanel atau boneka tangan).
CONTOH CERITA (Untuk anak)
Anak-anak diminta untuk mengeluarkan makanan yang disukainya. Lalu minta anak-anak untuk membagikan makanannya itu dengan milik temannya. Lihat bagaimana respon anak-anak. Apakah melakukan dengan sukacita atau menggerutu.
Adik-adik bagaimana senang tidak membagi makanan yang kita sukai dengan makanan lainnya? Kenapa kok merasa senang / merasa tidak senang?
Padahal kita memberikannya pada teman kita sendiri dan kita mendapat ganti makanan dari teman kita juga, tetapi ternyata ada yang tidak senang yaa…
Baiklah sekarang kita simpan dulu makanan kita. Kakak akan memperkenalkan teman-teman kakak (pamong mengeluarkan boneka tangan dari kertas):
Kenalkan ini teman-teman kelinciku yang warna putih namanya Piko, yang warna biru namanya Poki. Suatu hari Piko dan Poki asyik bermain di hutan. Mereka bermain sampai siang hari sampai mereka merasa lapar sekali. Piko dan Poki memutuskan untuk pulang ke rumah dan makan. Saat berjalan pulang, mereka tersesat. Piko dan Poki tetap berjalan mencari jalan pulang. Mereka berjalan dengan perut lapar dan kelelahan. Akhirnya mereka beristirahat di bawah pohon. Tiba-tiba angin sepoi-sepoi bertiup membuat mata mereka mengantuk. Saat mereka hampir tertidur, tiba-tiba terdengar bunyi ‘Buk!’. Mereka kaget sekali.
Saat Poki melihat keseliling ternyata ada sebuah apel jatuh dekat kaki Piko. Buah apel itu diambil oleh Piko dan hendak dimakannya, tetapi Poki mencegahnya. Menurut Poki, dia dulu yang melihat apel itu jatuh. Jadi apel itu semestinya milik Poki. Yang boleh makan apel itu adalah Poki. Tapi menurut Piko, dia dulu yang mengambil apel itu. Jadi Pikolah yang seharusnya memakan apel itu. Maka bertengkarlah Piko dan Poki.
Saat mereka bertengkar, lewatlah kerbau di dekat mereka. Piko dan Poki pun menceritakan pertengkaran mereka pada si Kerbau. Dengan santai Kerbau menjawab: ‘bagi saja apelnya jadi dua, untuk Piko setengah dan Poki setengah’. Tetapi Poki dan Piko tidak mau. Mereka merasa setengah itu terlalu sedikit.
Tiba-tiba ada seekor monyet melewati mereka. Monyet itu melihat Piko dan Poki berkelahi sambil memegang sebuah apel. Monyet itu mendekati Piko dan Poki. ‘Mengapa kalian bertengkar?’ tanya Monyet. Lalu Piko dan Poki menceritakan perebutan buah apel itu pada Monyet. ‘Biar ku lihat apel itu supaya aku dapat melihat milik siapa apel itu sebenarnya’kata Monyet pada mereka. Piko dan Poki pun menyerahkan apel itu pada si Monyet. Apel itu dibagi menjadi dua oleh si Monyet lalu dilihat-lihatnya. Tiba-tiba kata Monyet ‘Ah, yang sebelah kanan terlalu besar dari pada yang kiri, biar ku gigit sedikit supaya ukurannya seimbang untuk Piko dan Poki’. Digigitlah sedikit apel yang sebelah kanan. Setelah itu ternyata bagian apel sebelah kiri tampak lebih besar dari sebelah kanan. Kata Poki ‘lihat apel sebelah kiri itu lebih besar dari yang kanan, aku tidak mau yang kiri, biar milik Piko saja itu’. Dengan tenang monyet berkata ‘tenang akan ku buat apel ini sama ukurannya’ dan digigitnya apel sebelah kiri itu. Digigit lagi sebelah kanan lalu sebelah kiri, begitu seterusnya sampai hanya tersisa bijinya saja. Apel yang tinggal bijinya saja itu diserahkan pada Piko dan Poki. ‘Nah sekarang ukurannya sudah sama persis’ kata Monyet sambil pergi meninggalkan Piko dan Poki. Maka kecewa dan sedihlah hati Piko dan Poki melihat apel itu tinggal bijinya saja.
Nah, adik-adik…
Sebenarnya apel yang jatuh dari pohonnya itu adalah contoh berkat Tuhan untuk Piko dan Poki yang sedang kelaparan. Sayangnya Piko dan Poki malah bertengkar. Mereka tidak mau saling berbagi, memecah apel menjadi dua bagian. Karena mereka tidak mau mengalah dan hanya memikirkan diri sendiri, akhirnya apel itu dimakan oleh si monyet.
Adik-adik, hari ini kita belajar dari Piko dan Poki, apa itu? Kadang apa yang kita miliki (kue, makanan, air/minuman, uang jajan, alat tulis dll) jumlahnya hanya sedikit, seperti apel yang jatuh dekat Poki dan Piko tadi. Tetapi kalau kita mau belajar berbagi milik kita yang jumlahnya terbatas itu dengan rela hati, maksudnya dengan iklas dan hati yang senang/sukacita maka Tuhan juga akan senang. Sebab apa yang kita miliki itu adalah juga pemberian Tuhan. Makanan, minuman, uang jajan, alat tulis semua itu adalah contoh dari berkat dari Tuhan untuk kita melalui bapak/ibu kita, sama seperti apel tadi adalah berkat Tuhan bagi Piko dan Poki dari pohon di mana mereka beristirahat. Kalau sudah diberi berkat dari Tuhan, maka kita pun menerimanya juga harus dengan senang dan berterima kasih atau bersyukur kepada Tuhan. Lalu kita juga belajar berbagi dengan teman-teman kita.
Tahukah adik-adik, kalau Tuhan sedih melihat anak-anaknya bertengkar rebutan berkat (makanan dll) seperti Piko dan Poki tadi. Tetapi Tuhan sangat senang kalau anak-anaknya mau berbagi, memberi dengan penuh sukacita dan dengan iklas. Sama seperti kita memberikan persembahan pada Tuhan juga harus dengan hati yang gembira dan ikhlas. Sebab memberi persembahan itu sama dengan berterima kasih pada Tuhan karena sudah memberi kita macam-macam berkat. Kita berterima kasih pada Tuhan sambil menyerahkan apa yang kita miliki kepada Tuhan. Apa saja itu? dapat berupa uang, makanan, kalau adik-adik bisa menyanyi ya dengan suara adik-adik: misalnya kalau ibadah bernyanyi dengan semangat dll. Yang penting saat menyerahkan persembahan kita harus senang dan iklas, seperti saat kita berbagi makanan dengan teman kita.Kalau anak-anak Tuhan mau berbagi dan memberi persembahan dengan iklas dan hati yang gembira, Tuhan juga senang memberi berkat-berkat buat adik-adik.
AKTIFITAS:
- Ajak adik-adik mengeluarkan makanan/jajannya masing-masing.
- Ajak adik-adik berdoa, mensyukuri berkat dari Tuhan tersebut.
- Ajak adik-adik untuk saling berbagi makanan satu dengan yang lain dan memakannya bersama-sama.
Lagu Tema : Nyanyian Rohani no. 148 “Ku Bawa Persembahan”