Bacaan: Yunus 1:1-15
Tahun Gerejawi: Pra Paskah IV
Tema: Tanggung Jawab
Tujuan:
- Anak dapat menceritakan kembali kisah Yunus yang diutus ke Niniwe.
- Anak memberikan penilaian terhadap sikap Yunus.
- Anak dapat menyebutkan resiko mengabaikan tanggungjawab.
- Anak dapat membiasakan diri bertanggung jawab atas tugas-tugasnya
Lagu Tema: “Nabi Yunus” – Kidung Sekolah Minggu no. 146
PENJELASAN TEKS: (Untuk Pamong)
Yunus merupakan salah satu dari kumpulan kitab Nabi-nabi Kecil yang isinya memuat pengalaman seseorang bernama Yunus (Ibrani : Yonah – merpati), anak Amitai ketika diutus ke Niniwe. Bacaan kita berisi tentang pemberontakan Yunus kepada perintah Allah. Ia diutus ke Niniwe, kota besar dengan penduduk sangat banyak, terletak di tepian timur sungai Tigris dan merupakan ibukota kerajaan Asyur yang sangat dibenci Yunus. Karena dilalui jalur perdagangan, maka kota ini cukup berkembang. Tidak hanya peradabannya yang berkembang, dosa dan pelanggaran mereka terhadap Allah juga, misalnya penyembahan berhala. Apalagi pada masa itu, Israel masih dalam masa-masa pemulihan pasca pembuangan ke Babel, masih gemar mengembangkan sikap eksklusif, atau merasa bahwa hanya bangsa merekalah yang dipilih dan diselamatkan oleh Tuhan. Lagipula bangsa Asyur pernah mengalahkan Israel pada tahun 722 SM dan membawa para pemimpinnya ke pembuangan. Kebencian Israel terhadap Asyur dengan kuat juga digambarkan oleh Nabi Nahum.
Melihat kejahatan penduduk kota Niniwe yang demikian besar, Yunus enggan menuruti perintah Allah dan berencana melarikan diri ke Tarsis, kota yang jaraknya sekitar 4.000 kilometer dari Israel, berlawanan arah dengan Niniwe, tempat terjauh yang dapat ditempuh Yunus. Dengan kata lain, “bersiap melarikan diri dari hadapan Tuhan”.
Di atas kapal, dalam pelarian itu, terjadilah angin ribut dan badai besar yang berpotensi menenggelamkan kapal. Di saat semua orang takut dan berdoa kepada allah-allah mereka, Yunus bersantai saja. Ketika membuang undi untuk mengetahui siapa yang mengakibatkan terjadinya malapetaka itu, Yunuslah yang kena undi. Dalam percakapannya dengan awak-awak kapal lainnya, ia mengakui imannya kepada Tuhan Pencipta langit dan bumi serta menyadari bahwa dirinyalah penyebab malapetaka itu. Atas kehendaknya sendiri, ia dicampakkan ke lautan dan seketika berhentilah badai mengamuk. Dalam situasi genting itulah, orang-orang yang tadinya berdoa kepada para allah, lalu berdoa kepada Allah yang maha dahsyat.
Yunus yang diutus Tuhan untuk mengingatkan dan menyerukan pertobatan kepada penduduk Niniwe yang jahat di mata Tuhan supaya mereka diselamatkan. Tetapi kebencian di hatinya membuatnya enggan memberitakan keselamatan itu. Ia dengan sengaja melalaikan tanggung jawabnya yang besar, enggan taat dan setia kepada perintah dan maksud Tuhan yang hendak menyelamatkan bangsa yang besar itu. Pada akhirnya, tidak hanya ia, tetapi banyak orang yang harus menanggung akibat dari perbuatannya. Ketika lewat angin dan badai Tuhan mengingatkan ia akan tanggung jawabnya, hampir-hampir semua awak kapal binasa. Jika ia terus mengabaikan tanggung jawabnya, maka penduduk kota Niniwe yang sangat besar jumlahnya itu juga akan binasa akibat dari kejahatan mereka.
Apa yang dilakukan Yunus sebenarnya adalah cerminan dari apa yang seringkali terjadi dalam kehidupan kita. Seringkali kita mengabaikan tanggung jawab kecil sampai yang besar dan bertindak tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan. Manusia sering bertindak di luar tanggung jawabnya, memuaskan egonya, mengandalkan emosi, memperjuangkan kepentingan pribadi atau golongan dan hanya melakukan apa yang dianggapnya baik dan disenangi menurut ukurannya sendiri. Contoh, ketika pemerintah yang seharusnya memperjuangkan rakyat tidak lagi berjuang untuk kepentingan rakyat, mengabaikan tanggung jawabnya untuk berjuang bagi keadilan dan kebaikan bersama, malah sibuk mengejar kekayaan, jabatan dan sebagainya. Maka dapat dipastikan kasus korupsi semakin tinggi, semakin banyak rakyat yang menderita kemiskinan, ketidak adilan, ketimpangan. Dalam kehidupan bergereja misalnya, ketika gereja mengabaikan tanggung jawabnya untuk menyampaikan firman Tuhan dan membimbing anak-anak dan remaja dengan baik, pelayanannya dilakukan dengan asal-asalan, maka akibatnya, dalam pertumbuhan iman mereka jadi tidak kokoh, rentan untuk meninggalkan Tuhan ketika dunia menawarkan kesenangan yang lebih menggiurkan.
Maka dalam hal apapun, melalui kisah Yunus kita diajak untuk bertanggung jawab atas pekerjaan apapun yang dipercayakan Tuhan kepada kita, bahkan dalam hal-hal sepele. Karena selalu ada maksud baik Tuhan dalam setiap perutusan itu. Jadi setiap kali kita mengabaikan tanggung jawab kita, mungkin tidak hanya kita, tapi banyak orang yang akan turut menanggung akibatnya.
PERSIAPAN CERITA :
Pamong menyiapkan peta pelarian Yunus untuk menunjukkan seberapa jauh ia telah lari dari tanggung jawabnya. Peta dapat dilihat dalam “Peta Dunia Purba” di halaman akhir Alkitab.
CONTOH CERITA (Untuk Anak-anak)
Shalom, Anak-anak,
- Kalau sekolah kalian selalu dikasih PR atau tidak?
- Siapa yang biasanya kalau mengerjakan tugas di rumah menunggu disuruh orang tuanya?
- Siapa yang kalau ada PR atau diberi tugas malah orang tua atau kakaknya yang mengerjakan?
- Siapa yang kalau waktunya bangun, waktunya sekolah, waktunya katekisasi, waktunya menyapu rumah nunggu dimarahi orang tuanya dulu?
Nah, yang punya kebiasaan seperti itu, berarti senang mengabaikan tanggung jawab. Artinya, tidak melakukan sesuatu yang sudah dipercayakan kepadanya dengan baik.
Pada suatu hari, Yunus diutus oleh Tuhan pergi ke Niniwe. Niniwe adalah ibukota Asyur, bangsa yang pernah menjajah Israel. Penduduk kota Niniwe sering melakukan perbuatan-perbuatan yang jahat di mata Tuhan. Sekalipun demikian, Tuhan tetap menyayangi mereka. Maka sebelum mereka dihukum oleh perbuatannya, Tuhan mengutus Yunus untuk pergi ke kota itu. Ia diperintahkan Tuhan untuk memperingatkan penduduk kota Niniwe supaya segera bertobat. Tetapi Yunus mengabaikan tanggung jawabnya.
Ia tidak mau penduduk Niniwe diselamatkan karena mereka jahat. Sehingga ia tidak mau pergi ke Niniwe dan malah melarikan diri ke Tarsis. Tarsis adalah kota yang berlawanan arah dengan Niniwe (pamong dapat menunjukkan letak kota Niniwe dan Tarsis). Dalam pelariannya, ketika di atas kapal, Tuhan meniupkan angin ribut dan terjadilah badai besar yang menghantam kapal itu hingga hampir mencelakai seluruh penumpangnya. Semua orang yang ada di kapal itu berdoa masing-masing kepada dewa-dewa mereka. Lalu mereka membuang undi supaya tahu siapa yang menyebabkan badai itu terjadi. Yunuslah yang terkena undi. Lalu ia mengakui segala kesalahannya, bahwa badai itu terjadi karena ia telah lari dari tanggung jawabnya. Ia tidak melakukan titah Tuhan untuk pergi ke Niniwe. Cara untuk meredakan badai itu adalah dengan membuang dirinya ke laut. Maka atas permintaannya sendiri, ia dilemparkan ke laut dan seketika redalah badai itu.
Anak-anakku, apakah yang dilakukan Yunus dengan mengabaikan tanggung jawabnya itu benar? Tentu saja tidak. Banyak orang yang harus menanggung resikonya ketika ia tidak menaati perintah Tuhan. Selain dirinya sendiri, orang-orang satu kapal juga hampir binasa karena badai itu. Tidak hanya itu, jika Yunus menolak untuk pergi ke Niniwe, maka penduduk kota Niniwe yang sangat besar jumlahnya itu pasti tidak akan bertobat dan tidak selamat dari hukuman. Padahal, Tuhan ingin agar mereka semua selamat.
Dari kisah Yunus kita belajar mengerti bahwa ternyata kita semua juga perlu belajar untuk bertanggung jawab. Bertanggung jawab artinya mengerjakan sesuatu dengan taat sesuai dengan apa yang dipercayakan kepada kita. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari kita pasti punya tugas masing-masing. Entah tugas membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah, tugas di sekolah, juga di gereja. Jika kita mengabaikan tanggung jawab kita, tidak hanya diri kita, tetapi orang lain juga bisa ikut menanggung akibatnya. Misalnya, jika kita tidak mau menyapu rumah, bisa-bisa kita dimarahi orang tua, rumah juga menjadi kotor, banyak nyamuk. Kalau kita tidak mau belajar dengan baik atau mengerjakan PR, bisa-bisa nilai kita jelek, kita tidak mengerti pelajaran dan tidak naik kelas. Seperti pak Yunus, lari dari tanggung jawab akan membuat kita sendiri dan orang lain susah.
Anak-anak, sebagai anak-anak Tuhan, kita juga punya tanggung jawab untuk melakukan firman Tuhan dengan taat dan setia. Belajar bertanggung jawab selalu dimulai dari mengerjakan hal-hal sederhana. Kira-kira apa saja tanggung jawab anak-anak Tuhan yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari? (Ajak anak-anak melakukan aktivitas di bawah!)
AKTIVITAS:
- Bagikan reminder notes paper (kertas catatan pengingat adalah kertas yang biasanya sudah dipotong kecil atau bahkan ada yang ukuran KTP. Kertas tersebut memiliki perekat di bagian belakang) tempel atau kertas memo kecil yang sudah diberi dobeltip untuk menempel di dinding atau papan kepada anak-anak. Notes dapat dibeli di toko-toko alat tulis atau memotong-motong kertas asturo atau manila menjadi beberapa bagian. Satu anak bisa diberi 3 atau lebih.
- Mintalah mereka mengisi apa saja hal-hal sederhana yang bisa mereka lakukan untuk berlatih tanggung jawab. Misalnya: belajar, menyapu rumah, menyiram bunga, mencuci piring, mengerjakan PR, membaca Alkitab, berdoa, dan lain-lain.
- Kartu-kartu itu bisa ditempel di meja belajar, di kaca atau di tempat-tempat strategis di rumah mereka supaya mudah mengingatkan mereka akan tanggung jawabnya.
Contoh : Kartu bertuliskan “Saya Mau Rajin Menyapu”
Gambar: https://sweetpublishing.com/