Bacaan: Yesaya 50: 4-11
Nats: “Tetapi Tuhan ALLAH menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu…” (Yesaya 50:7)
Teman-teman, sosok yang selanjutnya akan kita kenal ini adalah Ketua Majelis Agung ke-VII, yaitu Pdt. Sardjonan. Pdt. Sardjonan lahir di Tunjungrejo-Lumajang, pada 25 November 1927. Beliau menyelesaikan pendidikan jenjang pertamanya di Hollandsch Inlandsche School (HIS) pada tahun 1940 sekolah Belanda setara dengan Sekolah Dasar (SD) bagi anak-anak pribumi.
Setelah menyelesaikan sekolah jenjang pertamanya tersebut, beliau kemudian berhasil menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Pertanian Menengah (Noo Gakko) yang setara dengan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 1946. Masa tersebut adalah masa pendudukan Jepang di Indonesia, di mana setiap anak diwajibkan untuk memilih sekolah kejuruan sebagaimana yang ditentukan oleh Jepang.
Sulitnya keadaan pada masa pendudukan Jepang tidak menyurutkan semangat Ds. Sardjonan dalam belajar apalagi menenggelamkan cita-citanya untuk menjadi seorang pendeta. Hingga akhirnya beliau memutuskan untuk menempuh pendidikan teologi di sekolah Teologi Balewiyata dan menyelesaikan pendidikan teologi itu pada tahun 1956. Beliau ditahbiskan menjadi pendeta pada tahun 1957 di Jombang. Selanjutnya, Pdt. Sardjonan ditunjuk untuk menempuh pendidikan di Aanvulings Cursus di Institut Kerk en Wereld yang berada di Dric Bergen – Nederland (Belanda) pada tahun 1957-1958.
Sekembalinya dari Belanda, Pdt. Sardjonan terpilih menjadi Sekretaris Umum Badan Pekabaran Injil GKJW (1967-1973). Karena kecerdasan dan kecakapan beliau dalam menjadi seorang pemimpin, maka beliau terpilih menjadi Ketua Majelis Agung selama tiga periode, yaitu tahun 1973-1986. Beliau meninggal dunia pada 29 Juni 2006 dan dimakamkan di Pemakaman Kristen Malang.
Doaku: “Tuhan, teguhkanlah tekad dan pendirianku, agar aku tidak mudah goyah diterpa badai. Amin”