We Listen We Don’t Judge Pancaran Air Hidup Junior 21 April 2025

21 April 2025

Bacaan: Kisah Para Rasul 17:22-23
Nats: Karena itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah, dan di pasar setiap hari dengan orang-orang yang dijumpainya di situ. (Kisah Para Rasul 17:23)

Alih-alih berseteru dan saling beradu pendapat satu sama lain, Genta lebih memilih untuk bersabar dan menerima sikap kembarannya – Ganta, yang selalu mengganggunya sedari pagi. Ganta merasa kesal karena Genta berhasil mendapatkan nilai tertinggi di kelasnya dan mendapatkan hadiah sepeda dari Ayah dan Ibu. Akhirnya, Ganta pun beberapa kali menguji kesabaran Genta. Ketika tiba pada batas kesabarannya, Genta akhirnya mengajak kembarannya itu untuk duduk berhadap-hadapan dan ngobrol seorang akan yang lain. Genta memiliki pengendalian emosi yang baik, ia tidak cepat marah dan sabar. Genta bertanya mengapa Ganta sangat menyebalkan hari itu. Genta mengajak Ganta berdiskusi bagaimana agar bisa mendapatkan nilai yang baik dan hadiah. Ganta pun meminta maaf dan mengakui rasa iri hatinya. Akhirnya, mereka berbaikan dan saling mendukung satu sama lain.

Rasul Paulus prihatin melihat orang-orang di kota Atena yang hidupnya menyembah berhala. Mereka meninggalkan Tuhan. Meskipun hati Rasul Paulus sangat sedih dan kecewa, namun ia tidak menghakimi maupun memarahi orang-orang Atena. Roh Allah yang menyertainya, memampukan dirinya untuk meluruskan jalan mereka dengan cara yang bijaksana, yaitu dengan berdialog, ngobrol atau bertukar pikiran dengan orang-orang di sana. Mari kita belajar seperti Genta dan Rasul Paulus yang tidak tersulut emosi dan bijaksana dalam menyikapi masalah dalam perbedaan – berani untuk berdiskusi, bersikap terbuka tanpa menghakimi. Amin.

Bagaimana cara Rasul Paulus menghadapi orang-orang di Atena yang menyembah berhala?

Doaku: Ya Tuhan Yesus, jauhkanlah aku dari segala perkataan yang menghakimi dan melukai hati sesamaku manusia. Amin.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak