Bacaan: 1 Korintus 4:6-10
Nats: “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?” (1 Korintus 4:7)
Kelas Katekisasi Madya sedang ramai membahas pembentukan kepanitiaan retret. Suasana makin panas karena ada yang tidak mau berada dalam tim yang sama. “Tim kami akan lambat bekerja jika Cory dan Evan bergabung bersama kami”, keluh Daren dengan nada ketus kepada pamong.
“Iya benar, soalnya Cory lemot kalau diajak diskusi. Dia kan orang Bali dan baru pindah ke gereja kita. Jadi dia ‘gak ngerti tentang kebiasaan kita di Jawa Timur ini”, tambah Max.
“Evan juga terlalu hitung-hitungan…maklumlah dia kan orang Tionghoa. Tim kami pasti tidak bisa mempersiapkan retret sebaik tim yang lain”, ujar Lovely memperjelas keberatan mereka.
Lovely, Max dan Daren merasa dirinya jauh lebih unggul daripada temannya yang lain karena beberapa alasan. Bagaimana menurut kalian sikap dari Lovely, Max, dan Daren tersebut?
Rasul Paulus pernah menasehati sebagian Jemaat Korintus yang sombong karena sikap mereka dapat memberi pengaruh buruk terhadap kehidupan berjemaat. Seperti yang terjadi dalam cerita di atas, memang sikap sombong bisa merusak kebahagiaan kita dalam persekutuan di Jemaat. Sikap itu membuat kita sering lupa bahwa kita juga memiliki kekurangan atau keterbatasan, dan sesungguhnya semua kelebihan yang kita miliki merupakan berkat dari Tuhan. Tidak memandang dari suku atau asal manapun, setiap kita bisa berkarya bagi gereja kita, bukan?
Doaku: “Tuhan, bantulah aku agar tidak bersikap sombong terhadap teman sekalipun aku memiliki banyak kemampuan atau kelebihan daripada mereka. Amin”.