Siap Menghadirkan Damai Sejahtera Khotbah Ibadah Tahun Baru 1 Januari 2025

16 December 2024

Tahun Baru
Stola Putih

Bacaan 1: Pengkhotbah 3 : 1 – 13
Mazmur: Mazmur 8
Bacaan 2: Wahyu 21 : 1 – 6
Bacaan 3: Matius 25 : 31 – 46

Tema Liturgis: Damai Sejahtera di Antara Manusia yang Berkenan kepada-Nya
Tema Khotbah: Siap Menghadirkan Damai Sejahtera

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Pengkhotbah 3 : 1 – 13
Pengkhotbah memulai tulisannya pada perikop ini dengan ungkapan: “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah kolong langit ada waktunya.” Ayat ini menunjukkan kemahakuasaan Tuhan atas waktu dan atas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu. Pengkhotbah juga menegaskan bahwa segala sesuatu di dunia ini terikat oleh waktu, dibatasi oleh waktu, bersifat sementara, tidak selamanya ada. Sebaliknya, Allah adalah maha kuasa, tidak terikat atau dibatasi oleh waktu. Itulah sebabnya semua peristiwa di bawah kolong langit ini punya masanya, ada waktunya. Suatu peristiwa terjadi di suatu waktu, dan nanti akan digantikan oleh peristiwa yang lain. Pengkhotbah menghadirkan empat belas peristiwa yang saling bertentangan, yang saling meniadakan. Itu semua diutarakan dalam ayat 2-8, yang adalah skema Allah atas segala sesuatu. Artinya ketika yang satu ada, yang lain lenyap. Peristiwa-peristiwa itu datang silih berganti. Makna paradoks dari peristiwa ini adalah :

  1. Dalam perputaran pengalaman manusia yang berlangsung terus-menerus, setiap peristiwa terjadi pada waktu yang tepat. Segala sesuatu datang dan pergi, ada dan kemudian tidak ada sesuai waktunya. Allah berkuasa di atas semua hal dan segala peristiwa. Allah berdaulat atas segala sesuatu, bahkan Ia yang membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Ay. 10).
  2. Setiap peristiwa berlangsung dalam skema Allah, maka usaha manusia untuk membuat sesuatu sesuai keinginannya tidak akan berhasil atau sia-sia (Ay. 9). Maka tak perlu ambisi berlebihan. Apakah ini berarti manusia boleh apatis terhadap kehidupan dan usahanya? Tentu tidak. Justru sebaliknya, manusia harus menyadari akan keterbatasannya dan mau belajar untuk menghormati Allah dan menerima segala pemberian Allah.
  3. Segala sesuatu yang dilakukan manusia harus tunduk di hadapan Allah, karena semuanya sia-sia, sementara, dan akan berakhir. Sebagaimana dikatakan di ayat 9-10, “Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih lelah? Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya.” Pengkhotbah melihat bahwa segala usaha dan kerja keras manusia tidak lebih dari cara Allah untuk membuatnya berjerih lelah, karena toh pada akhirnya semua hasilnya belum tentu dinikmati, atau hanya dinikmati sementara, karena manusia akan mati juga dan tidak lagi menikmatinya. Oleh karena itu, ambisi untuk berkuasa, atau nafsu untuk mengumpulkan banyak harta, perlu dikendalikan agar manusia tidak berlebihan dan kehilangan kasihnya kepada Allah.

Manusia memang terbatas. Justru hal ini harus menjadikannya sadar bahwa sumber pertolongan dan keselamatan baginya adalah Allah sendiri. Meski dalam menjalani kehidupan manusia menghadapi berbagai dinamika, umat haruslah terus optimis menjalani kehidupan karena Allah menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya (Ay. 11).

Wahyu 21 : 1 – 6
Bacaan ini merupakan pengalaman Yohanes di pulau Patmos. Di pulau Patmos, Yohanes menjalani kerja paksa di tambang batu bara. Ia memberi kesaksian hidup akan iman percayanya kepada Kristus. Ia menunjukkan sebuah penglihatan. Ia melihat sebuah langit baru dan bumi yang baru, langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. Ia juga melihat Yerusalem baru. Di Yerusalem baru, Allah turun dari Sorga. Kemudian Yohanes mendengarkan suara dari tahta-Nya. Tuhan menyatakan bahwa Allah berkenan diam (tinggal) bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata mereka dan maut tidak akan ada lagi. Tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu. Hal itu dilakukan-Nya karena Allah berkuasa menjadikan segala sesuatu menjadi baru. Ia adalah Sang Alfa dan Omega yang awal dan yang akhir. Dengan penglihatannya itu, Yohanes hendak menegaskan bahwa akan terjadi perubahan dan pemulihan akan dilakukan Allah.

Matius 25 : 31 – 46
Perikop ini berisi pengajaran Tuhan Yesus, sebelum Ia memasuki penderitaan. Dalam teks ini Tuhan Yesus mengidentifikasikan diri-Nya sebagai :

  1. Gembala
    Sang gembala itu akan memisahkan kambing dari domba. Pada waktu siang hari, kambing dan domba biasanya akan makan bersama di padang rumput. Namun menjelang malam, sang gembala akan memisahkan kedua jenis binatang ini. Kambing akan ditempatkan ke tempat yang lebih hangat dan domba di tempat yang terbuka sebab domba biasanya tidak bisa tidur di tempat yang tertutup. Kata yang dipakai dalam bahasa Yunani untuk kambing adalah eriphos. Eriphos bermakna kurang bernilai. Oleh karena itulah, kambing disebutkan sebagai binatang yang kurang bernilai dibanding domba. Gembala itu menempatkan domba di sebelah kanan dan kambing di sebelah kiri. Pemahaman Yahudi menekankan bahwa sebelah kanan adalah sebuah posisi yang terhormat atau sering disebut dengan tempat karunia khusus.
  2. Orang-orang yang Hina
    Orang-orang itu disebut sebagai saudara Yesus. Siapakah yang disebut orang hina? Dalam bahasa Yunani, orang hina itu disebut dengan hena ton micron touton, yang artinya orang yang paling kecil, orang-orang miskin, tersisih dan membutuhkan pertolongan. Dalam bacaan ini dijelaskan bahwa mereka adalah orang yang lapar, haus, orang asing, telanjang, sakit dan dalam penjara.
  3. Raja
    Dalam penghakiman terakhir, Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan-Nya, sebagai Raja. Ia akan menghakimi semua orang berdasar pada tindakan belas kasih yang mereka lakukan terhadap orang-orang hina di sekitar mereka. Setiap perbuatan yang dilakukan bagi orang-orang yang hina itu berdampak kekal. Raja itu memulai penghakiman dengan mengumpulkan semua bangsa di hadapan-Nya. Siapakah semua bangsa itu? Semua bangsa itu adalah semua manusia secara menyeluruh, tanpa terkecuali. Raja berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya bahwa mereka akan menerima kerajaan yang telah disediakan sebab mereka melakukan hal-hal berikut: memberi makan, memberi minum, memberi tumpangan, memberi pakaian, melawat ketika sakit, mengunjungi ketika berada dalam penjara, memperhatikan orang yang hina. Sementara kepada orang-orang yang tidak memberi bantuan kepada yang hina akan dicampakkan. Sebab mereka membiarkan orang kehausan, kelaparan, kedinginan, tidak berada di tempat tinggal yang layak, membiarkan penderitaan orang lain terjadi. Orang-orang ini memanfaatkan hidup bagi dirinya sendiri, tanpa mau berbagi, tanpa mau peduli pada sesamanya. Orang macam ini disebut oleh Tuhan Yesus sebagai golongan yang akan masuk ke tempat siksaan kekal. Tetapi orang-orang benar akan hidup kekal.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Tuhan tidak pernah membiarkan kita terus hidup dalam penderitaan. Ia akan memberikan damai sejahtera dengan menghapus segala air mata, maut tidak akan ada lagi, tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita. Semua ada waktunya dan Ia akan menjadikan semua indah pada waktunya. Jika kita sudah merasakan itu semua, tugas kita adalah menghadirkan damai sejahtera itu, dengan mewujudkan kepedulian kepada umat yang dianggap hina.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Selamat tahun baru 2025. Hari ini kita memulai perjalanan panjang tahun 2025. Apakah yang saudara pikirkan dan rencanakan di tahun 2025 ini? Kemungkinan sudah banyak yang saudara pikirkan dan rencanakan di tahun baru ini. Namun demikian kita senantiasa diajak untuk tetap semangat dan selalu optimis dalam menjalani kehidupan di tahun 2025 ini. Untuk menjalani kehidupan di tahun 2025 ini, mari kita belajar dari perjalanan hidup kita di tahun-tahun sebelumnya. Tidaklah dapat dipungkiri bahwa perjalanan kehidupan kita terus diwarnai dengan berbagai dinamika kehidupan. Ada duka-suka, gagal-berhasil, susah-senang, putus-nyambung, yang terus mewarnai kehidupan kita. Hal yang pasti adalah kehidupan kita tidak akan terus dalam kondisi terpuruk, namun juga tidak selalu dalam kondisi yang penuh dengan sukacita. Hal itu terjadi jika kita mempercayakan kehidupan kita kepada Sang Penata Waktu Abadi, yakni Tuhan Allah. Pertanyaannya, jika perubahan-perubahan positif dapat kita rasakan, apakah kita juga mau berbagi sukacita itu dengan mereka yang menderita? Mari kita hayati ini semua dalam firman Tuhan yang kita terima hari ini.

Isi
Dalam kitab Pengkotbah, kita diingatkan untuk segala sesuatu ada masanya. Hal ini menunjukkan kemahakuasaan Tuhan atas waktu dan atas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu. Pengkhotbah menegaskan bahwa segala sesuatu di dunia ini terikat oleh waktu, dibatasi oleh waktu, bersifat sementara, dan tidak selamanya ada. Sebaliknya, Tuhan Allah adalah maha kuasa, tidak terikat atau dibatasi oleh waktu. Itulah sebabnya semua peristiwa di bawah kolong langit ini punya masanya, waktunya. Suatu peristiwa terjadi di suatu waktu dan nanti akan digantikan oleh peristiwa yang lain. Setiap peristiwa berlangsung dalam skema Allah. Segala sesuatu yang dilakukan manusia harus tunduk di hadapan Allah. Karena Allah menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya. Di sini kita semua diajak menyadari bahwa semua akan berubah. Jika saat ini kita dalam kondisi yang terpuruk, maka percayalah bahwa keterpurukan itu tidak akan terus terjadi, Allah sang penguasa waktu akan mengubahnya. Semua akan indah pada waktunya.

Sungguh besar kasih Allah kepada kita, karena Ia tidak pernah membiarkan kita dalam kondisi terpuruk. Begitu jugalah dengan kesaksian Yohanes. Saat ia menjalani kerja paksa di pulau Patmos. Kondisinya sangatlah menderita. Namun ia mendapatkan penglihatan akan adanya perubahan yang akan terjadi. Ia melihat langit baru dan bumi yang baru. Langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. Ia juga melihat Yerusalem baru, di Yerusalem baru, Allah turun dari Sorga. Yohanes juga mendengarkan suara dari tahta Allah, dimana Tuhan Allah menyatakan bahwa Ia berkenan diam (tinggal) bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Tuhan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka, maut tidak akan ada lagi, tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu. Hal itu dilakukan Tuhan Allah karena Ia berkuasa menjadikan segala sesuatu menjadi baru. Ia adalah Sang Alfa dan Omega, yang awal dan yang akhir. Dengan penglihatannya itu, Yohanes hendak menegaskan bahwa akan terjadi perubahan dan pemulihan yang dilakukan Tuhan Allah. Itulah kasih Allah yang diberikan kepada kita. Untuk itu kita harus terus bersemangat dan optimis menjalani kehidupan di tahun 2025 ini, karena damai sejahtera akan kita rasakan.

Namun demikian janganlah kita hanya memikirkan diri sendiri untuk mendapatkan damai sejahtera itu. Damai sejahtera itu harus juga dirasakan oleh orang lain yang menderita/hina. Ini adalah panggilan hidup kita sebagai orang percaya yang sudah mendapatkan kasih Allah. Kasih kita kepada Allah haruslah kita wujudkan melalui kasih kita kepada mereka yang hina, lemah, dan terpinggirkan karena Allah mengidentifikasikan diri-Nya dalam wajah orang-orang hina, lemah, dan terpinggirkan. Siapakah yang disebut orang hina, lemah, dan terpinggirkan ini? Dalam bahasa Yunani, orang hina itu disebut dengan hena ton micron touton, yang artinya orang yang paling kecil, orang-orang miskin, tersisih dan membutuhkan pertolongan. Mereka adalah orang lapar, haus, orang asing, telanjang, sakit dan dalam penjara. Apakah yang harus kita lakukan terhadap mereka? Hal yang harus kita lakukan terhadap mereka yang hina adalah memberi mereka makan, memberi mereka minum, memberi mereka tumpangan, memberi mereka pakaian, melawat mereka ketika sakit, mengunjungi mereka ketika berada dalam penjara. Tindakan ini akan menentukan “nasib” kita saat Tuhan Yesus datang sebagai Raja. Dalam penghakiman terakhir, Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan-Nya, sebagai Raja. Ia akan menghakimi semua orang berdasar pada tindakan belas kasih yang mereka lakukan terhadap orang-orang hina, lemah dan terpinggirkan di sekitar mereka. Mereka yang menunjukkan kepedulian kepada mereka yang hina, lemah dan terpinggirkan ini akan menerima kerajaan yang telah disediakan baginya.

Penutup
Perjalanan panjang tahun 2025 akan kita tempuh. Berbagai dinamika kehidupan akan kita hadapi. Tidak menutup kemungkinan penderitaan masih mewarnai kehidupan kita. Namun percayalah bahwa Tuhan Allah tidak pernah membiarkan kita terus berada dalam situasi itu, karena segala sesuatu ada masanya. Semua akan indah pada waktunya. Ia akan menjadikan segala sesuatu menjadi baru. Itulah kasih Allah yang akan terus diberikan kepada kita umat-Nya, agar kita merasakan damai sejahtera. Jika kita terus merasakan itu, mari kita juga mau berbagi dengan mereka yang hina, lemah dan terpinggirkan, agar mereka juga merasakan damai sejahtera Allah. Amin. [SWT].

 

Pujian: KJ. 332  Kekuatan Serta Penghiburan

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Sugeng warsa enggal 2025. Dinten punika, kita miwiti lelampahan ing warsa 2025. Punapa ingkang panjenengan galih lan rancang ing warsa 2025 punika? Mbok menawi sampun katah ingkang sampun panjenengan galih lan rancang ing warsa enggal punika. Senaosa mekaten kita sami kaajak tansah semangat lan yakin saged nglampahi gesang ing tahun 2025 punika. Kangge nglampahi gesang ing warsa 2025 punika, sumangga kita sinau saking lampahing gesang kita ing warsa-warsa saderengipun. Kita mboten saged selak menawi lampahing gesang kita kairing mawarni-warni kawontenan. Wonten ingkang mboten kasil-kasil, sisah-bingah, pedot-sambung lan sapiturutipun. Ingkang terang: gesang kita mboten namung wonten ing kawontenan ingkang sisah kamawon, nanging ugi mboten namung ing kawontenan ingkang kebak kabingahan. Punika saged kelampahan menawi kita masrahaken gesang kita dhateng ingkang mranata wegdal ingkang langgeng, inggih punika Gusti Allah. Pitakenanipun, menawi ewah-ewahan ingkang sae saged kita raosaken, punapa kita ugi purun mbagekaken kabingahan punika dhateng para sedherek kita ingkang nandhang kasangsaran? Sumangga kita gatosaken prekawis punika wonten ing dhawuhipun Gusti ingkang kita tampi dinten punika.

Isi
Wonten ing kitab Kohelet, kita dipun engetaken bilih sadaya prekawis wonten wancinipun. Punika nedahaken panguwaosipun Gusti Allah tumrap wekdal lan kedadosan-kedadosan ing salebeting wekdal. Kohelet ugi negesaken bilih sadaya prekawis ing ndonya punika kaiket dening wekdal, winates ing wekdal, mboten langgeng, mboten salaminipun anggenipun kelampahan. Kosok wangsulipun Gusti Allah maha kuwaos, mboten kaiket utawi winates ing wekdal. Mila saking punika sadaya kedadosan ing sangandhaping langit wonten wekdalipun. Saben kedadosan punika kelampahan woten ing rancanganipun Gusti Allah. Sadaya prekawis ingkang dipun lampahi dening manungsa kedah manut Gusti Allah. Sadaya prekawis katitahaken endah ing wekdal ingkang sampun kapesthekaken. Ing ngriki kita sami kaajak nyadari bilih sadaya badhe ngalami ewah-ewahan. Menawi samangke kita ing salebeting kasangsaran, mangga sami pitados bilih kasangsaran punika mboten tansah kelampahan, Gusti Allah minangka panguwasa wekdal badhe paring ewah-ewahan. Sadaya katitahaken endah ing wekdal ingkang sampun kapesthekaken.

Saestu ageng katersnanipun Gusti Allah dhateng kita, awit mboten nate negakaken kita ing salebeting kasangsaran. Mekaten ugi miturut paseksinipun Yokanan. Rikala Yokanan nglampahi kerja peksa ing pulo Patmos kawontenanipun saestu sangsara. Nanging Yokanan pirsa wontenipun ewah-ewahan ingkang badhe kelampahan. Yokanan pirsa langit enggal lan bumi enggal, awit langit ingkang kapisan lan bumi ingkang kapisan sampun sirna, lan saganten ugi mboten wonten malih. Yokanan ugi pirsa kutha suci, Yerusalem ingkang enggal. Yokanan mireng suwanten saking dhamparipun Gusti Allah. Gusti Allah ngandika bilih Panjenenganipun badhe dedalem ing antaranipun manungsa. Punika badhe dados umatipun lan Panjenenganipun dados Allahipun. Sarta Panjenenganipun badhe ngusapi sakatahing luh saking mripatipun lan mboten wonten pejah malih; kasisahan lan pasambat punapa malih karubedan ugi mboten wonten malih amargi sadaya prekawis ingkang lami sami kapungkur. Punika dipun tendhakaken dening Gusti Allah, awit Panjenenganipun nggadhahi panguwaos nitahaken sadaya prekawis dados enggal. Panjenenganipun punika Sang Alfa lan Sang Omega, ingkang Miwiti lan ingkang Mungkasi. Saking punapa ingkang dipun pirsani Yokanan negesaken bilih badhe wonten ewah-ewahan, pamulihan badhe dipun tindhakaken Gusti Allah. Mila saking punika mangga kita tansah semangat lan yakin nglampahi gesang ing tahun 2025 punika, awit tentrem rahayu badhe kita raosaken.

Nanging sampun ngatos kita namung mikiraken dhiri kita piyambak kangge manggihaken tentrem rahayu. Tentrem rahayu kedah dipun raosaken ugi dening tiyang sanes ingkang asor/nandang kasangsaran. Punika timbalan kita minangka tiyang pitados ingkang sampun nampi katresnanipun Gusti Allah. Katresnan kita dhumateng Gusti Allah kedah kita wujudaken kanthi peduli sesami ingkang asor/nandhang kasangsaran. Awit Gusti Allah nepangaken Sarira-Nipun wonten ing tiyang ingkang saweg nandhang kasangsaran. Sinten ingkang kasebat tiyang asor punika? Ing basa Yunani, tiyang asor punika kasebat: hena ton micron touton, ingkang ategesipun paling alit, tiyang miskin, tiyang ingkang kasisihaken lan mbetahaken pitulungan. Ing waosan kita, kasebut tiyang ingkang kerapan, kasatan, lelana, kelukaran, gerah lan kinunjara. Punapa ingkang kedah kita lampahi? Ingkang kedah kita lampahai inggih punika paring dahar, unjukan, palereban, pengageman lan ugi nuweni tiyang-tiyang wau. Punapa ingkang kita lampahi punika nemtokakaen “nasib” kita rikala Gusti Yesus rawuh minangka Sang Nata. Ing dinten pangadilan, Putraning Manungsa (Gusti Yesus – Sang Nata) rawuh ing kamulyanipun. Panjenganipun badhe ngadili adedhasar pandamel katresnan dhateng tiyang ingkang asor ing sakiwa tengen kita. Sinten tiyang ingkang saged mujudaken raos tresna lan puduli dhateng tiyang ingkang asor badhe nampi warisan Kratoning Allah.

Panutup
Lelampahan ingkang panjang warsa 2025 badhe kita lampahi. Mawarni- warni kawontenan badhe kita adepi. Mbok menawi taksih wonten kemawon kasangsaran lan pambengan ing pigesangan kita. Nanging mangga kita pitados bilih Gusti Allah mboten nate negakaken ing kawontenan punika, awit sadaya prekawis wonten wekdalipun. Panjenenganipun kagunggan panguwaos ndadosaken sadaya prekawis dados enggal. Punika katresnan ingkang tansah dipun paringaken dhateng umat kagunganipun, supados pikantuk tentrem rahayu. Menawi kita ngraosaken prekawis punika, sumangga kita ugi sumadya mujudaken kapedulian kita dhateng sesami ingkang asor, supados para tiyang punika ugi nampi tentrem rahayu. Amin. [SWT].

 

Pamuji: KPJ. 390  Gunakna Wektumu Paringe Gusti

Renungan Harian

Renungan Harian Anak