Menggunakan Waktu Karunia Allah dengan Benar Khotbah Ibadah Tahun Baru 2021 (1 Januari 2021)

21 December 2020

Tahun Baru
Stola Putih

Bacaan 1 : Pengkhotbah 3 : 1 – 13
Bacaan 2 :
Wahyu 21 : 1 – 6a
Bacaan 3 :
Matius 25 : 31 – 46

Tema Liturgis : Allah Berdaulat dan Pegang Kendali Hidup Kita
Tema Khotbah: Menggunakan Waktu Karunia Allah dengan Benar

 Penjelasan Teks Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah) 

Pengkhotbah 3 : 1 – 13
Kitab Pengkhotbah ditulis kira-kira abad ke 4 sampai ke 3 SM, dimana keadaan Israel digambarkan begitu muram. Secara politis Israel hidup dibawah berganti-ganti kekuasaan penjajah. Mulai penjajahan Babil, kemudian Madai, Persia dan sejak tahun 332 SM oleh Yunani. Kekerasan, penindasan, perang, kriminalitas dan penderitaan terjadi silih berganti. Tidak ada pembaruan, tidak ada perbaikan masyarakat, Raja Al Masih yang dinantikan belum datang-datang. Nabi-nabi tidak muncul, Firman Tuhan yang menyegarkan menjadi langka, sehingga seorang ahli hikmat (pengkhotbah) menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang baru di bumi, segalanya sia-sia.

Di dalam kesia-siaan itu berita pengkhotbah, janganlah hidupmu menjadi sia-sia juga. Dalam hidup yang singkat dan penuh ketidakpastian ini hendaknya dapat mengambil sikap positif terhadap waktu, pekerjaan dan keluarga. Pengkhotbah 3:1-15 berisi tentang bagaimana menggunakan waktu dengan benar, karena Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya dan memberi kekekalan dalam hati.

Wahyu 21 : 1 – 6a
Kitab Wahyu 21:1-6a ini merupakan bagian dari penglihatan yang dilihat oleh Yohanes Rasul Tuhan Yesus di Pulau Patmos, tentang masa depan yang cemerlang bagi para milik Tuhan. Yaitu kedatangan langit baru, bumi baru dan Yerusalem baru. Langit baru, bumi baru dan Yerusalem baru itu turun dari langit, artinya bukan berasal dari dunia, bukan hasil pencapaian karya manusia, melainkan dari Allah sendiri. Ia akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatNya yang dikasihiNya, artinya terjadi persekutuan antara Allah dan manusia yang demikian indah dan baik. Tidak ada derita, perkabungan, maut dan air mata. Dia akan menghapus segala air mata. Ia menjadikan segala sesuatu baru, yang lama telah berlalu. Dia adalah Sang Alfa (awal) dan Omega (akhir).

Jadi langit baru dan bumi baru bukanlah pelipat gandaan dari kenikmatan di dunia, lebih-lebih kenikmatan fisik seperti makan, minum, seks atau apapun yang tidak didapatkan di dunia, melainkan persekutuan antara Bapa dan anak-anakNya. Semua itu menjadi sumber kebahagiaan.

Matius 25 : 31 – 46
Matius 25:31–46 berisi tentang penghakiman terakhir yang merupakan bagian dari khotbah Tuhan Yesus tentang akhir zaman (pasal 24-25). Anak Manusia akan datang dengan segala kemuliaanNya, semua bangsa akan dikumpulkan, kemudian Ia akan memisahkan seorang dengan yang lain, seperti gembala yang memisahkan domba dari kambing. Domba, yang melakukan yang baik kepada sesama ditempatkan di sebelah kananNya, sedangkan kambing, yang tidak melakukannya, ditempatkan di sebelah kiriNya.

Yang mengagetkan dasar penghakiman-Nya bukan masalah benar tidaknya doktrin atau ajaran agama, bukan pula seberapa rajin ke rumah ibadah atau mengikuti seremonial agama, melainkan bagaimana sikap mereka terhadap sesamanya, bahkan sesama yang paling hina, kecil, lemah dan membutuhkan. Tuhan Yesus mengidentifikasikan diri dengan mereka yang lapar, haus, terasing, telanjang, sakit dan terpenjara baik secara rohani maupun jasmani itu, maka apa yang dilakukan kepada mereka sebenarnya itu yang dilakukan terhadap Tuhan Yesus.

Benang Merah Tiga Bacaan
Betapa singkatnya waktu kita, namun dengan penggunaannya yang benar akan dapat membawa kepada bermaknanya hidup kita, bahkan kebahagiaan abadi. Karena itu isilah waktumu dengan benar dengan melakukan yang baik kepada sesama, bahkan sesama yang paling hina.

 

Rancangan Khotbah : Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)

Pendahuluan
Saudaraku yang berbahagia, yang dikasihi Tuhan dan mengasihi Tuhan, puji syukur kehadirat Tuhan bahwa kita telah diperkenankan melewati tahun 2020 dengan selamat dan memasuki tahun yang baru, tahun 2021 dengan tidak kurang suatu apa.

Betapa tahun 2020 bagi banyak orang, bahkan banyak bangsa di seluruh dunia merupakan tahun yang berat. Karena sergapan virus kecil tidak kasat mata bernama Covid 19, tiba-tiba saja perjalanan kita bagaikan merayap dalam Lorong gelap dengan ancaman kematian di setiap saat. Korban berjatuhan: nyawa melayang, keluarga mengaduh ditinggalkan dengan senyap, perusahaan bangkrut, pabrik gulung tikar, mata pencarian lenyap, pekerjaan hilang, menyisakan keluarga yang compang-camping, bahkan terpuruk. Sementara itu virus belum dapat dikendalikan dengan tuntas. Terasa waktu berjalan demikian lambat. Adakah di tahun 2021 lorong gelap ini akan segera berakhir? Tidak ada yang tahu dengan pasti, banyak orang bingung, cemas, bahkan pesimis dan putus asa untuk melangkahkan kaki memasuki tahun ini.

Isi

  1. Tuhan Pencipta, Pengatur dan Pengarah Waktu
    Saudaraku yang dikasihi dan mengasihi Tuhan, Kitab Pengkhotbah ditulis kira-kira abad ke 4 sampai ke 3 SM, dimana keadaan Israel digambarkan begitu muram. Secara politis Israel hidup dibawah kekuasaan penjajah silih berganti. Mulai Penjajah Babil, kemudian Madai, Persia dan sejak tahun 332 SM dijajah Yunani. Kekerasan, penindasan, perang, kriminalitas dan penderitaan terjadi silih berganti. Tidak ada perbaikan masyarakat. Raja Al Masih yang dinantikan belum datang-datang. Nabi-nabi tidak muncul, Firman Tuhan yang menyegarkan menjadi langka, sehingga seorang ahli hikmat (pengkhotbah) menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang baru di bumi, segalanya sia-sia.“Untuk segala sesuatu ada masanya” (3:1a), kata Pengkhotbah. Dalam sukacita waktu terasa begitu cepat, namun di waktu menderita waktu berjalan begitu lambat. Namun sebenarnya itu hanyalah persepsi manusia saja. Kata waktu di dalam Bahasa Yunaninya dipakai dua kata: pertama, kronos, yaitu suatu proses dari peristiwa dan keadaan yang berawal dan berakhir. Proses ini seperti titik-titik yang membentuk garis. Yang kedua, Kairos artinya kesempatan. Bahwa setiap titik itu tidak akan terjadi lagi, oleh karena itu ia menjadi kesempatan yang tiada duanya untuk diisi. Jikalau dibandingkan dengan umur bumi dan planet-planet alam semesta yang jutaan tahun, lebih-lebih keabadian, waktu manusia sebenarnya sangat singkat dan sangat sementara sekali (Mzm 89:48; 90:5-7,10). Manusia hanya seperti titik atau debu yang kecil sekali. Dalam waktu yang sangat singkat itu berisi beranekaragam peristiwa dan keadaan, bahkan yang bertentangan antara satu dengan yang lain. Seolah tidak ada yang pasti, otak manusia tidak ada yang mampu menggapai. Banyak orang bingung!

    Manusia bingung, karena hanya mengetahui sekeping kecil waktu. Namun bagi Tuhan Sang Pencipta waktu, Dia mengetahui waktu tersebut secara utuh. Bahkan Dia mengaturnya dan mengarahkannya dengan cermat, sehingga tidak ada yang “kebetulan” bagiNya. Oleh karena itu hanya Dialah yang dapat diandalkan untuk menjadi dasar berdiri teguh di tengah berbagai guncangan dan penjungkir-balikan ketidakpastian dan ancaman penyirnaan ini. Bersama Tuhan Sang Pencipta, Pengatur dan Pengarah waktu itulah kita melangkahkan kaki memasuki tahun 2021 ini. Maka berita Pengkhotbah, bahwa di tengah kesia-siaan ini janganlah hidup kita menjadi sia-sia juga. Hiduplah secara positip terhadap waktu, pekerjaan dan keluarga.

    Betapa pentingnya tiap titik waktu yang kita miliki untuk kita isi dan gunakan dengan benar. Sebab Dia tidak hanya akan membuat segala sesuatu indah dan bermakna pada waktunya saja, melainkan juga akan memberikan kekekalan dalam hati kita (3:11). Betapa indahnya, di tengah dunia yang tidak sempurna, kemampuan manusia yang serba terbatas dan penuh kefanaan, kita dapat melihat dan mengimani apa yang melampaui apa yang kelihatan dan segera berlalu ini, yakni karya dan pengaturan Tuhan yang utuh akan waktu, bahkan tujuan Tuhan yang akan membawa kepada kekekalan masa depan setelah waktu itu sendiri berakhir. Hal itu akan membawa hidup kita tidak diombang ambingkan oleh gebyar nilai-nilai dunia yang serba terbatas dan fana ini, melainkan dituntun dan ditentukan oleh nilai-nilai kekekalan. Itulah yang akan membawa kepada hidup penuh hikmat dan ketenangan.

  2. Menikmati dan Mengisi Waktu dengan Benar
    Saudaraku yang berbahagia, masa depan yang cemerlang yang disediakan Tuhan itu adalah langit baru dan bumi baru, sebagaimana yang disaksikan oleh Yohanes di Pulau Patmos (Wahyu 21:1-6a). Langit baru, bumi baru dan Yerusalem baru itu turun dari langit, artinya bukan berasal dari dunia, bukan hasil pencapaian karya manusia, melainkan dari Allah sendiri. Ia akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatNya yang dikasihiNya, artinya terjadi persekutuan antara Allah dan manusia yang demikian indah dan baiknya. Tidak ada derita, perkabungan, maut dan air mata. Dia akan menghapus segala air mata. Ia menjadikan segala sesuatu baru, yang lama telah berlalu. Dia adalah Sang Alfa (awal) dan Omega (akhir).
    Yang mengagetkan, untuk masuk ke dalam langit baru dan bumi baru itu ditentukan oleh apa yang kita lakukan dengan waktu yang dikaruniakan Tuhan dalam hidup kita kini. Lebih mencengangkan lagi, dasar dan ukuran penilaiannya dalam mengisi waktu itu adalah bukan benar atau salahnya doktrin agamamu, bukan pula sejauh mana kerajinan ibadahmu atau mengikuti semua ritual agamamu, melainkan bagaimanakah sikapmu kepada sesamamu. Yakni sesamamu yang paling hina yang tidak dapat kau harapkan untuk memberikan balasan kepadamu. Sebab Sang Raja, Tuhan Yesus sendiri mengidentifikasikan dengan mereka yang paling hina dan membutuhkan itu: yang lapar, haus, telanjang, terasing, sakit dan terpenjara. Apa yang kau lakukan kepada mereka, itulah yang kau lakukan kepada Tuhan Yesus Sang Raja dan Sang Hakim itu sendiri. (Matius 25:34-40).

Penutup
Saudaraku yang berbahagia, yang dikasihi Tuhan dan mengasihi Tuhan, seperti para gembala dan orang Majus yang datang mengitari palungan menyaksikan Bayi Yesus di Natal yang kita rayakan seminggu yang lalu, kinipun kita juga mengitari palungan dan menyaksikan Sang Bayi itu sebelum bergegas pergi, melangkahkan kaki memasuki lebih dalam tahun 2021. Di sini kita tidak hanya mendapatkan jaminan kepedulian, penyertaan dan keselamatan-Nya saja, melainkan juga tuntunan-Nya untuk menuju langit baru dan bumi baru yang kekal. Sabdanya: “Inilah yang kuberikan kepadamu, apakah yang akan kauberikan kepadaKu? Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Matius 25:40). Amin. (BRU).

 Nyanyian : KJ. 331 : 1, 6 Siang, Malam, Musim, Tahun

 —

Rancangan Khotbah : Basa Jawi

Pambuka
Para sadherek ingkang kinasih ing dalem asmanipun Gusti Yesus Kristus. Puji sukur konjuk wonten ngarsanipun Gusti, bilih ing dinten punika kita kakeparengaken nglangkungi tahun 2020 kanthi wilujeng miwah lumebet ing tahun enggal, tahun 2021 kanthi mboten kekirangan satunggal punapa.

Kita sadaya sami ngalami, iba tahun 2020 saestu tahun ingkang awrat sanget, mboten namung kangge kita bangsa Indonesia kemawon, ananging bangsa-bangsa sadonya. Karana munculipun virus alit, mboten kasat mata ingkang karan Covid 19, dumadakan gesang kita kadya lumampah ing lurung ingkang peteng ndhedhet lelimengan, ingkang kebak ing ancamanipun pejah. Korban sampun mboten saged kaetang: nyawa ingkang pralaya, perusahaan bangkrut, pabrik ambruk, warung kukut, pangupa jiwa sirna, pendamelan ical, nilaraken brayat kesrakat, pagesangan ambyar. Tanmangka pageblug dereng mengker. Kraos wekdal mrambat kanthi awrat. Punapa tahun 2021 punika lurung peteng punika badhe anjog ing korining guwa ingkang binuka? Saestu mboten wonten tiyang ingkang sumerep kanthi pasthi, mila kathah tiyang ingkang sami bingung, kebak was sumelang, malahan pesimis miwah semplah ing manah ing saklebeting jumangkah lumebet ing tahun enggal punika.

Isi

  1. Gusti Allah ingkang Nyipta, Ngatur miwah Ngarahaken Mangsa
    Para sadherek kinasih, Kitab Kohelet kaserat kinten-kinten abad kaping 4 dumugi 3 Sakderengipun Sang Kristus, kawontenanipun Israel kagambaraken kanthi surem. Sacara politis, Israel gesang gontas-gantos kajajah dening Kraton Babil, lajeng Madai, Parsi lan wiwit tahun 332 Sakderengipun Sang Kristus kajajah dening Kraton Yunani. Panindhes, dhegsiya, perang, kriminalitas miwah kasangsaran kaalami mboten wonten telasipun ing sadinten-dinten. Mboten wonten ingkang enggal, mboten wonten pambangunan ing bebrayan, Sang Mesih, Sang Ratu Adil ingkang kaantos-antos mboten rawuh. Nabi-nabi mboten muncul, pangandikanipun Gusti ingkang paring kasegeran lan pangajeng-ajeng sangsaya langka. Mila Kohelet utawi Pengkhotbah nyatakaken bilih mboten wonten ingkang enggal ing bumi punika, sadaya nglaha kemawon.“Samubarang kabeh iku ana wayahe”, mekaten pangandikanipun Kohelet (3:1a). Ing wekdal bingah wekdal kraos mlajar cepet sanget, ananging ing wekdal sangsara, wekdal mrambat nguler kambang, alon sanget. Nanging saestunipun sadaya punika namung ing paningal utawi persepsipun manungsa. Tembung Jawi Wekdal, Mangsa, Wayah, ing Basa Yunanipun wonten kalih. Sepisan kronos, inggih punika proses urut-urutan prastawa lan kawontenan ingkang wonten awal lan akhiripun. Punika kadosdene titik-titik ingkang jentrek-jentrek dados garis. Kaping kalih, kairos, artosipun kesempatan. Bilih saben titik ingkang dumados punika mboten badhe wangsul kedadosan malih, mila titik wekdal punika dados kesempatan ingkang kedah kaisi lan kaginakaken kanthi leres. Menawi kabandingaken kaliyan umuring bumi, jagad raya lan planet-planetipun ingkang jutaan tahun, punapa malih kalanggengan, saestunipun umuring manungsa punika kadosdene rumput ingkang cekak sanget, namung sakedhep netra (Jabur 89:48; 90:5-7,10). Manungsa kadosdene lebu ingkang alit sanget. Ing wekdal ingkang cekak punika isinipun manekawarni prastawa, kawontenan, malahan ingkang lelawanan antawisipun satunggal lan satunggalipun kados-kados mboten wonten ingkang pasthi, matemah pikiranipun manungsa mboten kaconggah mangertosi. Kathah tiyang lajeng bingung!

    Tiyang sami bingung, karana namung nyumerepi setitik wekdal ingkang alit sanget. Ananging kagem Yehuwah Allah ingkang nyipta mangsa, Panjenenganipun pirsa kanthi wetah sedayanipun. Malahan Panjenenganipun ngatur miwah ngarahaken kanthi titi lan titis. Mila kagem Panjenenganipun mboten wonten ingkang dhapur “kaleresan”. Kanthi mekaten inggih namung Panjenenganipun piyambak ingkang saged kaendelaken dados dhasar ingkang teguh ing saktengahing wolak-waliking zaman miwah ancaman panguwaosing pemusnah punika. Sesarengan kaliyan Sang Gustining mangsa ingkang sampun ngasta gesang kita punika sumangga kita jumangkah kanthi manteb lumebet ing tahun 2021. Mila pawartosing Kitab Kohelet, bilih ing saktengahing samukawis ingkang nglaha punika sampun ngantos gesang kita ugi ndherek nglaha pisan. Kita katimbalan gesang kanthi positip sesambetan kaliyan wekdal ingkang kaparingaken punika, pendamelan tuwin gesanging bebrayatan kita.

    Iba pentingipun saben titik wekdal ingkang kaparingaken dhumateng kita, kita ginakaken tuwin isi kanthi leres. Awit Panjenenganipun mboten namung maringi samukawis endah ing wekdalipun kemawon, ananging ugi badhe maringi kalanggengan ing manah kita (3:11). Iba endahipun, ing saktengahing donya ingkang mboten sampurna, kasagedaning manungsa ingkang sarwa winates lan fana, kita saged nyumerepi tuwin ngimani prekawis ingkang nglangkungi sadaya ingkang ketingal lan enggal sirna punika, inggih punika pakaryan miwah pranataning mangsa ingkang wetah saking Allah sarta kersanipun Gusti ngasta kita dhumateng dinten ngajeng ingkang langgeng. Saengga gesang kita mboten gampil kaombang-ambingaken dening gebyaring donya ingkang sarwa winates miwah owah-gingsir punika, ananging katuntun lan katamtokaken dening pathokan-pathokaning gesang langgeng ingkang mijil saking Gusti.

  2. Nikmati Miwah Ngisi Wekdal kanthi Leres
    Para sadherek ingkang kinasih ndalem asmanipun Gusti Yesus, dinten ngajeng ingkang endah ingkang kasediyakaken dening Gusti kadosdene ingkang dipun tingali dening Rasul Yokanan ing Pulo Patmos, inggih punika Langit enggal lan Bumi enggal (Wahyu 21:1-6a). Langit enggal, Bumi enggal miwah Yerusalem enggal punika sanes saking Jagad, sanes asil yasaning manungsa, ananging tumedhak saking ngaluhur, saking Allah piyambak. Sang Yehuwah badhe dedalem lan nunggil kaliyan umatipun. Panjenenganipun dados Allahing umatipun lan umatipun dados kagunganipun, wosipun kedadosan patunggilan ingkang endah lan sae antawisipun Gusti kaliyan kawula lan kawula kaliyan Gustinipun. Mboten wonten malih kasangsaran, kasedhihan, karubedan, pasambat, pepejah miwah dumlewering waspa karana sadaya ingkang lami sampun mengker. Panjenenganipun ndadosaken samukawis sadaya enggal. Panjenenganipun Sang Alfa (ingkang murwani) miwah Sang Omega (ingkang mungkasi).
    Ingkang ngeramaken, kangge lumebet ing langit enggal lan bumi enggal punika badhe katamtokaken dening punapa ingkang kita tindakaken sesambetan kaliyan wekdal ingkang dipun paringaken dening Gusti rikala kita gesang ing donya sakpunika. Malahan ingkang langkung ngagetaken malih, dhasaring ukuraning pengadilanipun Gusti Sang Ratu Adil punika sanes leres utawi lepatipun ajaran agami, sanes sregep utawi mbotenipun ngibadah lan nindakaken sadaya upacaraning agami, ananging kadospundi sikapipun tiyang dhumateng sesaminipun, malahan sesami ingkang paling asor, ingkang mboten saged kaajeng-ajeng males punapa-punapa. Awit Sang Raja, inggih Gusti Yesus kalawau nyamekaken dhirinipun kaliyan para papa cintaka punika. Inggih punika para tiyang ingkang keluwen, kasatan, kawudan, lelana, sakit lan kinunjara sae sacara rohani utawi jasmani. Punapa kemawon ingkang katandukaken dhumateng tiyang-tiyang papa punika saestunipun ingkang sampun katandukaken dhumateng Gusti Yesus (Matius 25:34-40).

Panutup
Para sadherek kinasih, kadosdene para pangen lan tiyang-tiyang Majus ingkang sowan miwah ngupengi palunganing Bayi Suci ing dinten Natal ingkang saweg kemawon kita riyadinaken seminggu kepengker, saestunipun sakpunika kita ugi taksih ngupengi palungan Bayi Suci punika sakderenging gegancangan medal lan jumangkah mecaki lampah tahun 2021. Gusti mboten namung paring jaminan pangreksa miwah kawilujengan kita, ananging ugi tuntunanipun tumuju dhumateng langit enggal lan bumi enggal ingkang langgeng. Pangandikanipun: “Iki kang wus Sunparingake marang sira, apa kang bakal sun aturake marang ingsun? Saktemene pituturingSun marang sira: samubarang kabeh kang sira tindakake kanggo salah sawijining saduluringSun kang asor dhewe iki, iku iya sira tindakake kagem Ingsun” (Matius 25:40). Amin. (BRU).

Pamuji : KPJ. 390 : 1 – 3 Gunakna Wektumu Paringe Gusti

Renungan Harian

Renungan Harian Anak