Bersedia Ikut Membawa Anak untuk Belajar Mengenal Yesus Sang Juru Selamat Khotbah Minggu 9 Juli 2023

Minggu Biasa | Pekan Anak
Stola Hijau

Bacaan 1: Zakharia 9 : 9 – 12
Bacaan 2: Roma 7 : 15 – 25
Bacaan 3: Matius 11 : 16 – 19, 25 – 30

Tema Liturgis: Anak GKJW sebagai Bagian Keluarga Kerajaan Allah
Tema Khotbah:  Bersedia Ikut Membawa Anak untuk Belajar Mengenal Yesus Sang Juru Selamat

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Zakharia 9 : 9 – 12
Zakharia dan Nabi Hagai hidup di zaman yang sama, yaitu zaman bangsa Israel sudah kembali dari masa pembuangan di Babel. Ketika pulang ke Yerusalem, mereka mendapati Bait Allah sudah hancur dan mereka memang akan membangunnya kembali. Arti nama Zakharia adalah Allah mengingat. Zakharia membawa pesan bahwa meskipun keadaan Yerusalem tengah porak poranda, Allah tetap mengingat umat-Nya. Allah akan menggenapi janji-Nya walaupun karena penghukuman Allah keadaan, tengah hancur lebur. Harapan tetap ada, karena Allah menyertai umat-Nya yang bertobat. Zakharia bahkan memberikan janji tentang kedatangan Mesias yang sangat unik. Mesias itu adalah raja yang akan datang dengan menunggang keledai. Ia lemah lembut dan membawa berita damai yang akan diberitakan sampai kepada semua bangsa. Seorang raja tidak biasa menunggang keledai. Biasanya raja menunggang kuda yang gagah perkasa dan dengan kekuatannya akan mengalahkan musuh-musuhnya. Tetapi ternyata cara Allah lain dengan cara manusia. Sesungguhnya masyarakat Yahudi dalam bacaan ini sedang mengalami situasi serupa. Mereka lelah di tengah kekerasan demi kekerasan akibat konflik berkepanjangan antara Yahudi dan Samaria. Mereka berharap datangnya sang raja adil yang membawa damai. Di tengah pengharapan itulah nabi Zakharia memberitakan rekonsiliasi, perdamaian dan pengharapan yang membangkitkan semangat hidup yang patah. Zakharia mengajak umat bersemangat dan bersukacita bahkan bersorak-sorak menyambut datangnya raja baru yang dihadirkan ALLAH di tengah-tengah Yerusalem (Israel). Sang Raja baru ini bukanlah sosok pahlawan perang yang seram, yang memakai kekuatan dan senjata perang untuk menghancurkan musuh. TUHAN menghadirkan sosok raja yang lemah lembut, rendah hati, dan membawa damai. Ia tidak diiringi pasukan tentara yang membuat banyak orang takut melihatnya. Raja baru yang datang adalah sosok Ratu Adil yang lembut, bersahaja, dan rendah hati. Kehadirannya jauh dari simbol-simbol kekuasaan yang menindas. Kendaraannya adalah seekor keledai beban yang muda. Ia tidak mengendarai kuda perang yang kuat dan perkasa, tetapi seekor keledai beban muda. Ia adalah pemimpin yang mengakhiri perseturuan dengan jalan kerendahan hati, kelemahlembutan, dan pengampunan. Nubuatan itu dipenuhi dalam diri Yesus. Yesus mengendarai keledai memasuki Yerusalem di mana orang banyak menyambut-Nya dan berseru, “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!” (bdk. Mat. 21:5).

Subyek dan obyek kalimat dalam ayat 11-12 berubah menjadi Aku (TUHAN) dan engkau (Israel). Ini menunjukkan keterlibatan TUHAN sendiri dalam pemulihan Israel, berdasar pada darah perjanjian yang telah diikat TUHAN dengan Israel. Pemulihan kembali Israel seakan diharapkan menjadi semangat baru bagi umat untuk tetap setia pada TUHAN. Didahului dengan seruan, “kembalilah ke kota bentengmu” sebagai perumpamaan akan Tuhan sebagai “kota benteng yang teguh”. Dalam kota inilah umat akan terjaga dan harapannya tak menjadi redup.

Roma 7 : 15 – 25
Paulus dalam beberapa kesempatan mencoba menjelaskan sifat atau watak pembawaan manusia yang penuh dengan dosa. Manusia tidak berdaya untuk menolak tindakan atau perbuatan dosa, sehingga manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa. Di ayat 19 jelas mencerminkan keberadaan ini, bahwa bukan apa yang baik dan dikehendaki yang diperbuat namun hal sebaliknya, yang jahatlah yang diperbuat. Paulus seakan-akan ingin memberi tahu jemaat Roma bahwa ketika mereka berhadapan dengan keinginan daging dan hawa nafsu, maka sia-sialah usaha mereka. Kemudian Paulus seakan mempertentangkan antara batin dan tubuh, hati dan roh. Bahwa batin atau hati manusia terarah kepada Tuhan, namun tubuh yang penuh dengan dosa melakukan dan membawa pada arah yang sebaliknya. Untuk itulah Paulus menyebut keadaan ini sebagai, “tawanan hukum dosa”. Jiwa atau Roh manusia yang terkungkung di dalam tubuh manusia, seperti itulah kondisi manusia sejatinya. Bagi Paulus, Yesuslah yang dapat melepaskan manusia dari tubuh tersebut (Ay. 24-25). Bahwa karena karya Kristuslah manusia dapat terlepas dan bebas dari tawanan dosa. “Syukur kepada Allah!” seru Paulus. Karena kita yang secara naluriah tak mampu menyelamatkan diri sendiri ini justru dilepaskan oleh kuasa Kristus sendiri. Sehingga di dalam Kristus Yesus, ada pengharapan untuk selamat.

Matius 11 : 16 – 19, 25 – 30
Yesus telah melakukan panggilan pelayanan-Nya. Karya-karya-Nya membebaskan dan memberi kelegaan bagi banyak orang. Meski banyak karya pembebasan yang telah dilakukan oleh Yesus, baik melalui mujizat atau pengajaran-pengajaran-Nya, tetapi hal itu tidak serta merta membuat orang percaya pada Yesus. Bahkan Yohanes Pembaptis yang dipakai oleh Allah untuk mewartakan kedatangan Sang Mesias pun juga tidak didengarkan oleh orang-orang. Hal tersebut tampak pada saat Yohanes Pembaptis menghayati hidup dengan memilih hidup di padang gurun, bertarak: tidak makan seperti orang lain dan minum anggur serta tekun mewartakan firman Tuhan. Ia justru dicela, dipandang sebagai orang kerasukan setan: hidup dengan cara tidak wajar seperti kebanyakan orang. Begitu Yesus melakukan pelayan-Nya dengan memilih cara yang berbeda dengan Yohanes Pembaptis. Yesus memilih untuk duduk dan makan bersama siapa saja. Yesus pun juga dicela. Karena itulah, Yesus menyindir keras orang-orang yang demikian. Mereka diumpamakannya sebagai sekolompok anak yang selalu memiliki alasan untuk menolak dan jadi oposisi. Yesus memberikan gambaran tentang sekelompok anak di pasar yang mengajak kelompok lainnya untuk menari gembira dengan meniup seruling, mereka menolak. Saat diajak untuk menyanyikan kidung duka, mereka pun menolak. Pokoknya… diumbah ora teles, diobong ora kobong. Bebal!

Namun bagi setiap orang yang jiwanya seperti anak-anak: bersih, murni dan jujur; yang datang dengan satu harapan bahwa Tuhan pasti akan menolongnya, merekalah yang dapat merasakan kebaikan dan kasih Tuhan. Dengan terbuka Tuhan sendiri yang mempersilahkan datang dan memberi kelegaan, yakni ketenangan batin. Bukan berarti persoalan hidup akan langsung hilang, tetapi diberinya kelegaan, ketenangan batin dan energi penuh pengharapan untuk menjalani hidup. Masalah/pergumulan ada, tetapi kekuatan kita menghadapinya diperbaharui.

Benang Merah Tiga Bacaan
Yesus adalah Allah yang hadir untuk menjadi Juru Selamat atau Mesias bagi umat manusia. Sebagai Mesias, Yesus memiliki sifat lemah lembut, rendah hati dan penuh damai. Dia bersedia untuk menyambut orang-orang yang sedang mengalami beban berat karena dosa, untuk mendapatkan kelegaan. Setiap orang yang mau datang kepada-Nya dengan jiwa yang bersih, murni dan jujur serta berpengharapan bahwa Tuhan akan menolongnya, akan bisa merasakan kebaikan dan kasih Tuhan. Tetapi orang yang mengandalkan pengertiannya sendiri, tidak akan bisa mengenal Yesus, bahkan orang tersebut bisa melakukan penolakan terhadap Yesus. Meskipun dia sudah diingatkan, bahkan Yesus sendiri yang datang mengingatkan, tetapi orang yang sudah tidak percaya, akan menjadi orang bebal.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Saat ini, siapa yang tidak tahu bapak Jokowi? Bisa jadi, mulai dari anak-anak sampai orang tua pasti tahu siapa itu bapak Jokowi. Tapi berapa banyak yang mengenal beliau, yang tahu berapa nomer hp-nya, berapa ukuran sepatunya, apa yang disukainya atau bisa mengobrol di WhatsApp dengannya? Mengenal seseorang memang tidak mudah. Tahu nama, alamat rumah dan nomer hpnya tidak membuat kita mengenal seseorang. Orang tua pasti mengenal anaknya, sebab mereka yang melahirkan dan membesarkan anaknya itu, tetapi belum tentu orang tua mengenal anaknya itu 100%, karena bisa jadi anaknya meyembunyikan pergumulan dan beban perasaanya. Karena itu kita perlu terus belajar untuk bisa mengenal seseorang dengan baik.

Isi
Demikian pula halnya dengan Tuhan Yesus, kita juga tidak akan bisa mengenal Dia dengan baik, jika kita tidak mau belajar mengenal Dia. Jika kita tidak mengenal Tuhan Yesus dengan baik, maka dalam memuji dan menyembah-Nya, hanya kita lakukan berdasarkan kewajiban dan rutinitas belaka, tanpa penghayatan yang sungguh-sungguh. Karena itu, kita perlu belajar untuk mengenal Tuhan Yesus secara pribadi agar kita memiliki rasa bangga kepada-Nya. Kebanggaan kepada Tuhan Yesus inilah yang akan menjadikan kita tidak gampang kehilangan iman, meskipun banyak godaan dan tantangan di sekitar kehidupan kita. Ketika kita bisa mengenal Tuhan dengan baik, maka kita bisa sungguh-sungguh bangga, mencintai, membutuhkan, menghormati dan selalu ingin menyenangkan hati Tuhan. Untuk belajar mengenal Tuhan dengan baik, dibutuhkan kerendahan hati dan tidak mengandalakan kepandaian, hikmat, dan pengertian sendiri. Jangan seperti orang-orang yang hidup di zaman Tuhan Yesus, dimana mereka tidak mau percaya meskipun sudah mendengar berita mengenai siapa Yesus itu melalui Yohanes Pembaptis dan juga melalui Yesus sendiri yang hadir. Karena dalam upaya mengenal Yesus, mereka menggunakan pengertian mereka sendiri, sehingga mereka sulit bahkan tidak mau percaya dan menolak kehadiran Tuhan Yesus sebagai Mesias/Juru Selamat. Mereka sudah menjadi bebal (Mat. 11:16-19).

Yesus adalah Mesias, Juru Selamat bagi manusia yang berdosa. Yesus yang membebaskan manusia dari kuasa dosa, sebagaimana berita yang disampaikan malaikat saat kelahiran-Nya (bdk. Mat.1:21). Saat itu, orang-orang Yahudi sedang menantikan kehadiran Mesias atau Juru Selamat mereka. Orang-orang Yahudi mempunyai pemahaman bahwa Mesias yang akan hadir itu adalah pribadi yang perkasa, yang akan membebaskan mereka dari penjajahan bangsa Romawi. Dan pemahaman mereka akan Mesias dirasa tidak ada dalam diri Yesus, sehingga banyak di antara mereka yang tidak mau percaya, bahkan menolak Yesus sebagai Mesias atau Juru Selamat mereka.

Saat manusia dikuasai oleh dosa, manusia tidak kuasa untuk melawan dosa, sehingga manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa di dalam hidupnya. Karena itulah, Allah berkarya melalui Tuhan Yesus yang datang ke dunia, untuk menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Melalui karya-Nya, Tuhan Yesus menyelamatkan manusia dari kuasa dosa, supaya manusia bisa mengalami keselamatan yang sejati, yaitu bebas dari dosa. Karena itu kita patut bersyukur kepada Allah di dalam Tuhan Yesus yang sudah menyelamatkan kita (Roma 7:15-25).

Sebagai Mesias atau Juru Selamat, Tuhan Yesus hadir tidak dengan kekerasan, tetapi dengan kelemah lembutan, kerendahan hati, dan kedamaian. Dia datang untuk menunjukkan bagaimana keterlibatan TUHAN Allah untuk menyelamatkan umat-Nya. Dan itu menunjukkan bahwa Allah itu peduli kepada umat-Nya. (Zak. 9:9-12).

Kepedulian Allah itu juga ditunjukkan oleh Tuhan Yesus melalui kesediaan-Nya untuk menerima setiap orang yang berbeban berat dalam hidupnya, terlebih yang sedang berbeban berat karena dosa-dosanya. Dengan terbuka Tuhan sendiri yang mempersilahkan datang dan memberi kelegaan, yakni ketenangan batin. Hal ini bukan berarti persoalan hidup akan langsung hilang, tetapi kita diberi-Nya kelegaan, ketenangan batin, dan energi penuh pengharapan untuk terus menjalani hidup. Masalah/pergumulan ada, tetapi Tuhan memberi kekuatan, sehingga kita memiliki energi untuk menghadapi masalah atau pergumulan tersebut. Dan itu akan dialami oleh setiap orang yang mau datang kepada-Nya dengan jiwa yang bersih, murni, dan jujur serta berpengharapan bahwa Tuhan akan menolongnya. (Mat. 11:25-30)

Penutup
Tuhan Yesus adalah Allah yang hadir sebagai Mesias, Juru Selamat yang menebus dosa manusia. Sebagai Mesias, Dia hadir dengan kelemah lembutan, kedamaian, kerendahan hati. Dia juga peduli kepada kita yang berbeban berat. Bukan hanya kita yang dewasa secara usia yang diterima Tuhan Yesus, anak-anak pun juga diterima-Nya, bahkan anak-anak dijadikan sebagai teladan iman (bdk. Mrk. 10:14). Maka dari itu, mari kita datang kepada Yesus dan membawa anak-anak kita kepada-Nya, supaya mereka juga belajar mengenal Yesus lebih dekat.

Membawa anak untuk belajar mengenal Tuhan Yesus bisa kita lakukan dengan mendukung kegiatan anak di gereja, misalnya sebagai orang tua bersedia mengingatkan bahkan mengantar dan menunggui anaknya dalam ibadah anak, katekisasi (jika anak belum bisa berangkat sendiri), bersedia terlibat menjadi pamong anak, memberi ruang kepada anak untuk terlibat dalam pelayanan saat pekan anak, atau saat ibadah keluarga, mengajarkan berdoa kepada anak, dan masih banyak lagi yang bisa kita lakukan.

Semoga kita, baik sebagai orang tua maupun sebagai gereja bisa mendampingi dan membawa anak-anak kita untuk belajar mengenal Tuhan Yesus agar mereka bisa memiliki iman dan akhirnya mereka bisa secara sadar menerima dan mengakui bahwa Yesus adalah Juru Selamat mereka juga. Amin. [DC].

 

Pujian: KJ 360 : 1 – 2  Biar Kanak-kanak Datang Kepada-Ku


Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Tumrap kita samangke, sinten ingkang boten sumerep bapak Jokowi? Saged ugi wiwit anak ngantos tiyang sepuh nyumerepi sinten punika bapak Jokowi. Nanging sepinten kathahe tiyang ingkang tepang kaliyan bapak Jokowi punika? Ingkang pirsa nomer hp-nipun, pinten ukuran sepatu-nipun, punapa ingkang dipun remeni, lan saged wicantenan ing WhatsApp kaliyan panjenenganipun? Nepangi salah setunggale tiyang punika pancen boten gampil. Sumerep nami, alamat dalemipun, lan ugi nomer hp-nipun punika boten ateges kita tepang kaliyan tiyang punika. Minangka tiyang sepuh, tamtunipun tepang kaliyan yoganipun awit ingkang mbabaraken lan ngrimati, nanging punika taksih dereng saged dados jaminan bilih minangka tiyang sepuh saged nepangi yoganipun 100%, awit saged ugi anak punika boten purun nyariosaken prekawis lan momotan ing manahipun dhateng tiyang sepuhipun. Awit saking punika, kita kedah terus sinau supados saged nepangi tiyang kanthi sae, kanthi estu.

Isi
Mekaten ugi tumrap Gusti Yesus. Kita boten saged nepangi Gusti Yesus kanthi estu lan sae bilih kita boten purun sinau nepangi Panjenenganipun. Bilih kita boten saged tepang (wanuh) kaliyan Panjenenganipun kanthi sae lan estu, anggen kita ngabekti dhateng Panjenenganipun punika kita tindakaken namung karana kuwajiban, lan minangka kegiatan rutin padintenan kemawon. Anggen kita ngabekti, boten dipun kantheni manah ingkang ikhlas lan tulus, punika ndadosaken kita kirang tumemen. Awit saking punika kita prelu nepangi pribadinipun Gusti Yesus, wanuh dhateng Panjenenganipun pribadi, supados kita saged nggadhahi raos bingah dhumateng Gusti Yesus (memiliki kebanggaan terhadap Tuhan Yesus). Nggadhahi raos bingah dhumateng Gusti Yesus punika ingkang saged ndadosaken kita boten gampil kecalan iman pracaya kita, sinaosa kathah pacoben, pakewed, panggodha ing pigesangan kita. Nalika kita saged nepangi (wanuh) kaliyan Gusti, ing ngriki ingkang saged ndadosaken tuwuhing raos bungah, nresnani, mbetahaken, ngurmati lan tansah pengin ngremenaken manahe Gusti.  Supados kita saged nepangi Gusti, wanuh kaliyan Gusti punika dipun betahaken manah ingkang andhap asor lan boten namung ngandelaken kapinteran, kawicaksanan/kawasisan lan pangertosan kita piyambak. Sampun ngantos kita kados tiyang-tiyang ingkang gesang ing jamanipun Gusti Yesus, ing pundi tiyang-tiyang punika boten purun pitados sinaosa sampun mireng pawartos ngengingi sinten punika Gusti Yesus lumantar Nabi Yokanan, malahan ugi saking Gusti Yesus piyambak ingkang sampun rawuh ing jagad. Awit tiyang-tiyang punika anggenipun ngupadi nepangi Gusti kalayan pangertosanipun piyambak, matemah ndadosaken ewed malahan boten purun pitados lan nampik rawuhe Gusti Yesus minangka Sang Mesih/Juru Wilujenge jagad. Tiyang-tiyang punika sampun dados gemblung (bebal) (Mt. 11:16-19).

Gusti Yesus punika Sang Mesih, Juru Wilujeng tumrap para manungsa dosa. Gusti Yesus punika ingkang ngluwari manungsa saking dosanipun, kados pawartos saking malaekat nalika miyosipun Gusti Yesus. (bdk.Mt.1:21). Nalika semanten, tiyang Yahudi punika saweg ngrantos rawuhe Sang Mesih utawi Juru wilujengipun. Tiyang Yahudi nggadhahi pemanggih bilih Sang Mesih ingkang badhe rawuh punika pribadi ingkang prakosa, ingkang badhe nguwalaken saking panindhese bangsa Rum. Pemanggihipun tiyang Yahudi bab Sang Mesih punika boten dipun panggihi ing pribadinipun Gusti Yesus, pramila kathah ing antawisipun para tiyang Yahudi ingkang boten purun pitados, malahan nampik Gusti Yesus minangka Sang Mesih-ipun utawi Juru Wilujengipun.

Nalika manungsa dipun kuwaosi dening dosa, manungsa boten nggadhahi kuwaos kangge nglawan dosa punika, matemah manungsa punika tansah pingin nglampahi tumindak dosa ing pigesanganipun. Awit saking punika Gusti Allah makarya lumantar Gusti Yesus ingkang rawuh ing jagad punika saperlu milujengaken manungsa saking panguwaosipun dosa. Lumantar pakaryan-Ipun, Gusti Yesus milujengaken manungsa, supados manungsa punika saged ngalami kawilujengan ingkang sejati, inggih punika uwal saking panguwaos dosa. Awit saking punika, kita kedah saos sokur dhumateng ngarsanipun Gusti Allah ingkang sampun paring kawilujengan dhateng kita lumantar Gusti Yesus (Rom. 7:15-25).

Minangka Sang Mesih utawi Juru Wilujeng, Gusti Yesus rawuh boten mawi panganiaya, nanging mawi alusing bebuden (kelemahlembutan), andhap asoring manah, lan katentreman. Panjenengane rawuh kangge nedahaken campur astanipun Gusti ing satengahe kawilujenganipun para umat kagungane. Lan punika nedakahen bilih Gusti Allah punika preduli dhateng kita. (Zak. 9:9-12).

Gusti Allah punika preduli dhateng kita, lan punika dipun tedahaken lumantar Gusti Yesus ingkang kersa nampi sadaya tiyang ingkang ngalami kesayahan lan kamomotan ing pigesanganipun, langkung-langkung kesayahan lan kamomotan karana dosa. Tumrap tiyang ingkang kasayahan lan kamomotan, Gusti kersa paring ayeming manah kita. Punika boten ateges prekawis ing pigesangan langsung ical, nanging dipun paringi ayem ing manah, matemah punika ndadosaken kita saged nggadhahi daya, semangat juang, lan tansah nggadhahi pangajeng-ajeng dhumateng Gusti ing satengahe nglampahi gesang. Prekawis/pacoben punika taksih wonten, nanging Gusti maringi kakiyatan matemah kita nggadhahi daya lan kakiyatan kangge ngadhepi prekawis lan pacoben ing pigesangan punika. Lan punika badhe dipun alami dening sadaya tiyang ingkang purun nyelak dhateng Gusti Yesus kalayan manah ingkang resik, jujur, sarta tansah nggadhahi pangajeng-ajeng bilih Gusti tansah paring pitulungan tumrap gesangipun (Mt. 11:25-30).

Panutup
Gusti Yesus punika Allah ingkang rawuh minangka Sang Mesih, Juru Wilujeng ingkang mbirat dosanipun para manungsa. Minangka Sang Mesih, Panjenengane rawuh dados pribadi ingkang alus ing bebuden, lembah manah lan mbekta katentreman. Panjenenganipun ugi preduli dhateng kita ingkang saweg ngalami kesayahan lan kamomotan. Boten namung kita tiyang diwasa ingkang dipun tampi, anak-anak ugi dipun tampi dening Gusti Yesus, malahan anak-anak dipun agem dados tuladha ing kapitadosan (bdk. Mrk. 10:14). Awit saking punika, sumangga kita sami nyelak dhumateng Gusti Yesus sarana mbekta anak-anak kita, supados anak-anak kita ugi saged sinau nepangi Gusti Yesus lan saged raket lan wanuh kaliyan Panjenengane.

Mbekta anak-anak sinau nepangi Gusti Yesus punika saged kita tindakaken sarana dukungan kita dhateng kegiatan anak-anak ing greja, kadosta purun dados pamong anak, ngengetaken anak-anak kita nalika wancinipun kebaktian, malahan ugi purun ndherekaken anak-anak kita ingkang dereng saged bidal piyambak, punapa malih purun nenggani anak-anak kita kebaktian, kataksasi, maringi wekdal/kesempatan anak-anak kita ndherek leladi ing satengahing pangabekti brayat, mucal anak-anak kita ndedonga lan sanesipun ingkang saged kita tindakaken.

Mugi kita minangka tiyang sepuh, minangka greja saged mucal lan mbekta anak-anak kita sinau bab Gusti Yesus, supados anak-anak kita saged nggadhahi iman, pracaya, lan pungkasanipun anak-anak punika klayan sadar purun nampi Gusti Yesus lan ngakeni Gusti Yesus minangka Juru Wilujengipun. Amin. [DC].

 

Pamuji:  KPJ. 386 : 1 – 3   Welingku Mring Anak Putu

 

Bagikan Entri Ini: