Dia Raja dalam Keluarga Khotbah Minggu 2 Juli 2023

19 June 2023

Minggu Biasa | Pembukaan Bulan Keluarga
Stola Hijau

Bacaan 1:  Yeremia 28 : 5 – 9
Bacaan 2: 
Roma 6 : 12 – 23
Bacaan 3: 
Matius 10 : 40 – 42

Tema Liturgis: Keluarga GKJW sebagai Keluarga Kerajaan Allah
Tema Khotbah: 
Dia Raja dalam Keluarga

Penjelasan Teks Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yeremia 28 : 5 – 9
Kehadiran nabi bagi umat begitu penting, karena dialah utusan Tuhan yang menyampaikan suara Tuhan bagi umat. Apa yang disampaikan bukan berangkat dari kesenangan diri atau umat, melainkan kehendak Allah semata. Jika bukan demikian, tentulah ia disebut sebagai nabi palsu. Hananya, sebagaimana dikisahkan dalam bacaan kita adalah nabi yang menyampaikan berita menyenangkan bagi rakyat Yehuda yang dibawa ke Babel oleh Raja Nebukadnesar, namun itu bukan berita kebenaran. Yeremia merespon dengan sebaliknya, menyampaikan kebenaran sekalipun tampaknya tidak menyenangkan.

Konflik nabi Yeremia dengan nabi Hananya di hadapan para imam dan seluruh rakyat Yehuda pastilah membuahkan kesulitan untuk melihat siapa yang benar-benar menjadi wakil Allah menyampaikan Firman yang sungguh ia terima dari Allah. Nabi Hananya memberitakan bahwa dalam waktu 2 tahun Yehuda akan dipulihkan, sedangkan Yeremia memberitakan bahwa Yehuda akan pulih setelah 70 tahun di Babel. Walaupun kedua nabi, Hananya dan Yeremia menyampaikan firman Allah dengan pola yang sama yaitu: “Beginilah firman Tuhan.” ada perbedaan dalam menjalani kehidupan sebagai nabi di hadapan umat. Hananya lebih menampakkan diri sebagai orang yang keras, bukan melakukan hal yang lebih mendatangkan damai sejahtera (Ay. 9). Kekerasan yang dilakukan oleh Hananya di hadapan seluruh rakyat dengan mematahkan gandar dari tengkuk nabi Yeremia direspon dengan kepergiannya. Nampak ketidaksetujuan Yeremia dengan cara dan pesan Hananya, sekalipun ia juga meng”amin”kan berita baik itu. Yeremia kembali menemui Hananya setelah Allah memerintahkannya untuk memberitakan kepastian penghukuman Allah atas Yehuda dan kematian Hananya karena telah memberitakan nubuat palsu dan menyesatkan bangsa Yehuda.

Roma 6 : 12 – 23
Sebagaimana kita tahu bahwa hamba atau budak tidak mempunyai kemerdekaan dalam hidup. Hidupnya menjadi milik tuannya dan ia hidup hanya untuk tuannya. Sang tuan memiliki kontrol penuh atas hidupnya. Situasi demikian menjadi gambaran keterikatan manusia apabila berbuat dosa atau menyerahkan diri kepada dosa. Kuasa dosa menguasai penuh kehidupannya. Menjadi orang yang memutuskan mengikut Kristus lalu dibaptis untuk pengampunan dosa, merupakan keputusan menjadi merdeka dari kuasa dosa. Situasi hidup baru dan bersih, karena yang awalnya manusia terpisah dari Allah dan cenderung melakukan dosa, sekarang lepas dari kuasa dosa yang berujung maut, lalu bergabung dengan kehidupan baru dalam Tuhan Yesus.

Pemahaman inilah yang mendasari bacaan kita kali ini. Dalam ayat 12, Paulus memberikan nasihat: janganlah dosa, kekuatan yang memisahkan dengan Tuhan itu, menguasai hidup seseorang. Jangan menyerah pada kerinduan, keinginan, dan kecenderungan yang hanya akan memposisikan dirimu berseberangan dengan Allah, hidup melawan Allah. Karena hidupmu sudah bergabung dengan Allah, yang pindah dari kematian kekal menuju hidup kekal, maka serahkanlah dirimu secara utuh hanya kepada Allah, menjadi hamba Allah (Ay. 18-19). Dalam Alkitab BIS – LAI “… hendaklah kalian menyerahkan diri seluruhnya sebagai hamba bagi kehendak Allah untuk maksud-maksud Allah yang khusus.” Inilah sebabnya, mengapa seorang Kristen yang dibaptis, itu berarti Hamba Tuhan di dalam  Kristus. Tidak seharusnya terus menerus menjadi hamba kekuatan dosa.

Matius 10 : 40 – 42
Hidup ini saling menopang dalam segala urusan kebaikan. Tidak semua orang memiliki kesempatan dan kemampuan untuk melakukan tugas khusus, namun dengan menyediakan bantuan dan topangan melayani dan mendukung mereka, upah yang diterima sama. Perikop ini menceritakan keindahan besar yang bisa dilakukan dengan hal-hal sederhana penuh kesungguhan. Hal itu diungkapkan Yesus dengan memakai cara yang biasa dipakai oleh orang Yahudi pada waktu itu. Mereka selalu beranggapan bahwa menerima seorang utusan itu sama dengan menerima si pengutusnya. Menghormarti seorang utusan atau wakil adalah sama dengan menghormati si petugas atau orang yang diwakili itu.

Perikop ini mengajak setiap orang untuk menghargai segala karya termasuk yang tak pernah nampak dan mendapatkan apresiasi apapun, karena sejatinya mereka juga melakukan tugas mulia dari Tuhan, sama halnya mereka yang hidupnya ditopang dan dibantu olehnya, ya, mereka yang berkarya untuk kebaikan dan diapresiasi oleh orang lain. Dengan demikian, setiap orang dalam keluarga dan gereja yang melakukan tugas dan karyanya dengan tulus dan sungguh, sekecil dan sesederhana apapun, layak dihargai sebagai karya bagi Tuhan dan dalam rangka menyambut Tuhan dalam hidup.

Benang Merah Tiga Bacaan
Tuhan menghendaki setiap orang melakukan apa yang baik, benar, dan damai seturut dengan kehendak-Nya. Itulah bukti seseorang itu hamba Tuhan. Ia rindu menyerahkan hidup hanya kepada Tuhan dengan melakukan kehendak-Nya. Sekalipun yang dilakukan kecil dan sederhana bagi sesama, ketika itu dilakukan karena dan untuk Tuhan, ia telah mendapatkan upah yang sama dengan mereka yang melakukan hal besar untuk Tuhan.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Bulan November lalu, ada seseorang yang membagikan aktivitas padat yang dilakukan oleh Presiden Jokowi. Mulai dari kegiatan kenegaraan yang padat setiap harinya, baik di dalam maupun di luar negeri termasuk aktivitas keluarganya menjelang mantu anak bungsunya. Beberapa mengomentari sosok pak Jokowi yang cukup sehat, kuat, dan tangguh dalam menanggung banyak pekerjaan baik yang harus diembannya. Beberapa yang lain mengomentari orang-orang yang bekerja dibalik layar. Mereka yang menjaga supaya Presiden selalu dalam kesehatan lahir batin yang baik, cukup kuat dan tangguh menghadapi padatnya aktivitas beserta dinamikanya.

Situasi demikian mengajak kita melihat bahwa pekerjaan yang besar itu tidak pernah berhasil karena buah karya seorang saja dengan sendirian. Selalu ada orang-orang yang mungkin tak dikenal, tidak diapresiasi, dan diberi ucapan terima kasih yang berjasa besar. Mereka adalah orang yang menganggap bahwa sekalipun sederhana, tugas yang mereka lakukan itu penting sehingga mereka tidak merasa itu hal yang menyedihkan dan melelahkan. Dalam hidup keluarga mungkin juga demikian adanya. Aktivitas mengatur rumah tangga, memasak dan menyediakan makanan sehat setiap hari, mengurus pakaian dan tetek bengek keperluan keluarga serta mengasuh anak-anak, tidak perlu dilihat sebagai beban yang sia-sia. Tugas-tugas dalam keluarga itu bisa menjadi bagian dari tugas dari Tuhan juga.

Isi
Bacaan Injil hari ini mengingatkan kita untuk menghargai segala karya yang dilakukan dengan tulus dan sungguh, sekecil dan sesederhana apapun. Itu se-istus, Kristus mengutus para murid sebagai rasul-Nya untuk berkarya. Maka setiap orang yang menyambut para murid dengan segala yang baik, sejatinya ia juga melakukan pekerjaan rasuli. Upah yang mereka terima sama dengan upah seorang rasul, karena apa yang ia lakukan itu untuk Tuhan yang dilayani oleh para murid itu. Orang yang demikian ini disebut Yesus sebagai orang yang menyambut Aku dan menyambut Bapa.

Dalam kehidupan bersama, saling menopang dalam segala urusan kebaikan adalah kenyataan yang tak terelakkan. Tidak semua orang memiliki kesempatan dan kemampuan untuk melakukan tugas khusus, baik dalam pelayanan di gereja maupun pelayanan khusus yang lain. Namun dengan menyediakan bantuan, dukungan dan topangan supaya tugas khusus itu bisa berjalan dengan lancar dan baik, maka upah yang sama akan diterima. Perikop ini menceritakan keindahan besar yang bisa dilakukan dengan hal-hal sederhana penuh kesungguhan. Hal itu diungkapkan Yesus dengan memakai cara yang biasa dipakai oleh orang Yahudi pada waktu itu. Mereka selalu beranggapan bahwa menerima seorang utusan itu sama dengan menerima si pengutusnya sendiri, sehingga menghormati seorang utusan atau wakil adalah sama dengan menghormati si pengutus atau orang yang diwakili itu.

Sebagai pribadi yang sudah ditebus Sang Kristus, kita dipanggil untuk berjuang melakukan karya baik itu sebagai wujud menyerahkan diri pada Allah dan melayani pekerjaan-Nya. Paulus mengingatkan jemaat Roma supaya jangan menyerah pada kerinduan, keinginan, dan kecenderungan yang hanya akan memposisikan dirimu berseberangan dengan Allah, hidup melawan Allah. Karena hidupmu sudah bergabung dengan Allah, yang pindah dari kematian kekal menuju hidup kekal, maka serahkanlah dirimu secara utuh hanya kepada Allah, menjadi hamba Allah (Ay. 18-19). Dalam Alkitab BIS – LAI “…hendaklah kalian menyerahkan diri seluruhnya sebagai hamba bagi kehendak Allah untuk maksud-maksud Allah yang khusus.” Inilah sebabnya, mengapa seorang Kristen yang dibaptis, itu berarti Hamba Tuhan di dalam  Kristus. Tidak seharusnya terus menerus menjadi hamba kekuatan dosa. Orang Kristen adalah bagian dari keluarga Kerajaan Allah yang harus berjuang menjadikan Allah sebagai raja dalam hidupnya. Apa yang dipikirkan dan dilakukan adalah kehendak baik Sang Raja itu sendiri. Nasihat Paulus kepada jemaat ini sebagai upaya Paulus mematuhkan diri pada kehendak Allah juga.

Mungkin, tidak selalu menyenangkan hati, sebab apa yang kita lakukan untuk melayani kehendak Allah. Namun demikian, kita dipanggil meneladan Yeremia yang mengatakan apa yang benar dan bukan seperti Hananya yang lebih memilih mengatakan yang menyenangkan saja. Sehingga, setiap waktu dan dimanapun juga, kita dipanggil untuk menjadikan dasar dan alasan karya kita itu adalah Tuhan sendiri. Latihan paling tepat pertumbuhan iman yang demikian adalah keluarga.

Keluarga Kristen perlu menempatkan Tuhan sebagai Raja dan Kepala Keluarga yang sesungguhnya. Apa yang direncana dan dilakukan oleh semua anggota keluarga diarahkan dan diserahkan kepada Tuhan. Masing-masing perlu melihat apa yang dilakukan dalam hidup keluarga adalah upaya menyambut karya Tuhan dalam keluarga. Tidak perlu ada yang menganggap bahwa dirinya dan tugasnya lebih penting dan berharga dari yang lain. Semuanya perlu dibicarakan dalam bingkai kasih dan karya baik Tuhan. Ketika orang tua menasihati anak untuk lebih banyak makan sayur dan buah daripada makanan instan dan kemasan, mungkin akan diprotes anak-anak karena ini tidak menyenangkan. Namun, orang tua perlu menjelaskan bahwa “semua itu bapak ibu lakukan karena kami harus taat pada apa yang baik menurut kesehatan. Makan dengan gizi seimbang. Jika tidak, BAHAYA. Kesehatan kita akan terganggu.”

Pada Minggu pembukaan bulan keluarga di GKJW ini, masing-masing kita diingatkan: “Sudahkah setiap hal yang keluarga kita lakukan adalah mahakarya bagi Tuhan semata atau demi kesenangan diri saja?” Keluarga adalah tempat tumbuh bersama, anak pun orang tua. Ketika orang tua mengasuh anak, mengajaknya bertumbuh melakukan yang baik dan benar sekalipun tidak selalu senang, maka di saat itu juga ia sedang mengasuh dirinya sendiri untuk melakukan hal yang sama.

Penutup
Sebagai keluarga Kerajaan Allah, kita dipanggil untuk melakukan apa yang baik, benar dan damai seturut dengan kehendak Dia yang menjadi Raja dalam keluarga kita. Mari bertumbuh bersama keluarga untuk melakukan segala hal, yang sekalipun kecil dan sederhana, kita lakukan karena dan untuk Tuhan. Amin. [KRW].

 

Pujian: KJ. 308 : 1, 2   Tuhan, Kau Kekal Raja Hati Kami


Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Wulan November kepengker, wonten tiyang ingkang andum pawartos bab sesering pakaryan lan tugas ingkang dipun ayahi dening Presiden Jokowi. Wiwit saking ayahan kanegaran ingkang seser, sae ing Indonesia punapa dene ing manca, kalebet pakaryaning brayat anggenipun mahargya putra ragil ingkang mbangun gesang bebrayan. Sawetawis tiyang ngalem pak Jokowi ingkang sehat, kiyat lan tangguh ngayahi kathah pakaryan. Sawetawis tiyang sanesipun ngalem tiyang ingkang makarya ing wingking layar. Inggih tiyang-tiyang ingkang tansah siyaga supados Presiden tansah sehat lahir lan batos, saestu kiyat lan tangguh ngadhepi sesering pakaryan ingkang katata.

Kaanan punika ngatag kita supados ningali bilih pakaryan ingkang sae lan ageng punika boten saged kababar karana ayahanipun setunggal tiyang ijenan kemawon. Tansah wonten tiyang ingkang mbok bilih boten dipun tepangi, boten angsal apresiasi, lan atur panuwun. Punika tiyang-tiyang ingkang mastani bilih senaosa alit lan prasaja, ayahanipun punika saestu wigati pramila boten ngraosaken sayah lan nelangsa. Ing satengahing gesang bebrayan mbok menawi ugi mekaten. Ayahan nata griya, masak utawi nyekapi tetedhan saben dinten, nata ageman, momong, lan sadaya kabetahaning brayat, boten kaanggep momotan lan pakaryan ingkang nglaha. Punika sadaya kawastanan minangka ayahan ingkang pinangkanipun saking Gusti Allah ugi.

Isi
Waosan Injil dinten punika ngatag kita supados saged ngregani samukawis pakaryan ingkang dipun ayahi kanthi tumemen lan tulusing manah, senaosa ta punika alit lan prasaja. Sadaya punika pantes kaanggep minangka pakaryanipun Gusti Allah kangge kita lan ugi dados wujuding panampi kita dhumateng Allah. Allah Rama ingkang ngutus Sang Kristus, Sang Kristus nimbali lan ngutus para sakabat makarya. Pramila saben tiyang ingkang nampeni para sakabat kanthi sae, sejatosipun piyambakipun ugi nglampahi pakaryan rasuli. Pituwas ingkang katampi ugi sami kaliyan pituwasipun rasul, karana punapa ingkang dipun lampahi punika ugi kagem Gusti ingkang sampun ngutus. Tiyang ingkang kagungan pemanggih mekaten punika ingkang dening Gusti Yesus sinebat minangka tiyang ingkang “nampani Aku lan nampani Allah Rama kang ngutus Aku”

Boten saged dipun selaki, menawi ing gesang punika manungsa tansah paring pambiyantu satunggal lan satunggalipun. Pranyatanipun, boten sadaya tiyang nggadahi kesempatan lan kesagedan nglampahi pakaryan mirunggan, sae wonten sing greja punapa sanesipun. Nanging, kanthi sumadya paring pambiyantu supados pakaryan mirunggan punika saged kalampahan kanthi lancar lan sae, inggih badhe nampi pituwas ingkang sami ugi. Waosan punika nyariosaken, kaendahan ageng ingkang saged kalampahan lumantar prekawis ingkang prasaja lan tumemen. Bab punika ingkang dipun dhawuhaken dening Gusti Yesus kanthi ngampil tata cara ingkang limrah dipun ugemi dening tiyang Yahudi kala semanten. Tiyang Yahudi nggadhahi pemanggih bilih nampeni utusan punika sami kadosdene nampeni ingkang ngutus piyambak. Pramila, paring urmat dhumateng utusan sami kaliyan paring urmat dhumateng ingkang ngutus.

Minangka pribadi ingkang sampun katebus dening Sang Kristus, kita katimbalan tansah ngupadi kasaenan dados wujuding kapasrahan dhumateng Allah lan leladi pakaryanipun Gusti. Paulus paring pangenget dhumateng pasamuwan ing Rum supados sampun ngantos masrahaken dhiri dhumateng pepenginan ingkang namung mapanaken diri ing gesang ingkang nglawan Gusti Allah. Karana gesang kita punika sampun nyawiji kaliyan Allah, saking pepeteng lan pati kaangkat tumuju pepadhang lan gesang langgeng. Mila gesang punika kadah kapasrahaken sawetahipun dhumateng Allah, minangka abdinipun Allah (Ay. 18-19). Punika nedahaken bilih tiyang ingkang sampun kabaptis, punika kasebat abdi Allah ing Sang Kristus. Boten samesthinipun dados abdinipun dosa. Tiyang Kristen minangka brayatipun Kratoning Allah kedah ndadosaken Gusti Allah minangka ratuning gesang. Punapa ingkang dipun rancang lan lampahi inggih karsanipun Sang Ratu. Pitedahipun Paulus dhumateng pasamuwan punika dados sarana anggenipun Paulus sedya lan setya nglampahi karsanipun Allah.

Mbok menawi, boten mesthi mbingahaken punapa ingkang kita lampahi kagem leladi karsanipun Gusti punika. Nanging, kita tansah katimbalan nulad Yeremia ingkang paring pawartos ingkang leres senaosa boten ngremenaken. Sanes kados Hananya ingkang langkung paring pawartos ingkang boten leres nanging mbingahaken tiyang kathah. Saben wekdal ing pundi kemawon, kita katimbalan nglampahi gesang adhedhasar Gusti piyambak. Panggenan ingkang pantes kangge ngladhi dhiri kados mekaten inggih ing satengahing brayat.

Brayat Kristen kedah mapanaken Gusti dados ratu dan sesirahing brayat ingkang sayekti. Punapa ingkang dipun lampahi ing gesang bebrayan kedah tumuju lan kapasrahaken dhumateng Gusti dados wujuding nampeni Gusti ing satengahing brayat. Sampun wonten ingkang mastani bilih dhiri lan ayahipun langkung wigati lan aji tinimbang sanesipun. Sadaya urusan kedah karembag kanthi katresnan kagem kaluhuranipun asmanipun Gusti. Nalika tiyang sepuh nuturi putranipun supados langkung kathah nedha sayuran lan buah tinimbang jajanan instan lan kemasan, mbok menawi badhe dipun protes dening para putra karana punika boten ngremenaken. Pramila, tiyang sepuh kedah paring katrangan bilih “kabeh iku kalampahan, karana bapak ibu kudu patuh lan manut marang apa kang becik miturut kesehatan. Prayogane mangan kanthi gizi kang imbang. Menawa ora, iku, BAHAYA. Kesehatane awake dhewe bakal rusak”.

Ing Minggu pambukaning bulan keluarga GKJW punika, kita kaengetaken malih: “Apa saben bab kang diayahi brayatku iku minangka mahakarya kagem Gusti utawa kanggo kasenengane brayatku dhewe?” Brayat punika panggenan kagem nuwuhaken kasaenan sesarengan, putra punapa dene tiyang sepuh. Nalika nggulawenthah putra, ngudi kayekten, sejatosipun ing wekdal ingkang sami tiyang sepuh punika nggulawenthah dhiri pribadinipun ngudi kayekten ugi, senaosa ta punika boten mesthi nyekecakaken.

Panutup
Minangka brayat kratoning Allah, kita katimbalan nglampahi kesaenan, kayekten, lan katentreman miturut karsanipun Gusti ingkang dados ratuning brayat. Sumangga, kita ngupadi gesang bebrayan namung karana lan kagem Gusti, senaosa ingkang kita lampahi punika ketingalipun alit lan prasaja. Amin. [KRW].

 

Pamuji: KPJ. 416  Saprakara Kang Pantes

Renungan Harian

Renungan Harian Anak