Hidup adalah Kesempatan untuk Melakukan Kehendak Allah Khotbah Minggu 9 Januari 2022

27 December 2021

Minggu Baptisan Tuhan
Stola Putih

Bacaan 1: Yesaya 43 : 1 – 7
Bacaan 2: Kisah Para Rasul 8 : 14 – 17
Bacaan 3: Lukas 3 : 15 – 17; 21 – 22

Tema Liturgis: Hidup adalah Kesempatan untuk Melakukan Kehendak Allah
Tema Khotbah: Hidup adalah Kesempatan untuk Melakukan Kehendak Allah

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yesaya 43 : 1 – 7
Nama Yesaya berarti “Tuhan menyelamatkan.Ia adalah nabi keselamatan. Yesaya memakai istilah: “keselamatan” hampir tiga kali lebih banyak dari seluruh kitab nabinabi lainnya. Yesaya menyatakan bahwa maksud penyelamatan Allah digenapi dalam kaitannya dengan Mesias. Bacaan kita termasuk dalam garis besar kitab Yesaya yang berisi berbagai nubuat tentang keselamatan dan pengharapan (Yes. 40:1 – 66:24), khususnya mengenai pemulihan Kaum Sisa yang ditebus (Yes. 43:1 – 45:25). Di bagian Yesaya 43: 1-7, Allah mengungkapkan kasihNya untuk Israel dan keuntungan-keuntungannya. Semua berkat yang terdaftar di sini lebih banyak berhubungan dengan orang yang menjadi anak Allah. Allah telah menciptakan dan menebus kita. Kita adalah milik-Nya dan Ia mengenal nama kita masing-masing (Ay. 1). Apabila kita mengalami kesulitan dan kesengsaraan, kita tidak akan hancur, karena Dia ada bersama kita (Ay. 2, 5). Kita ini berharga dan mulia dalam pandangan-Nya, sasaran kasih-Nya yang besar (Ay. 4).

Kisah Para Rasul 8 : 14 – 17
Rasul-rasul di Yerusalem mendengar bahwa tanah Samaria telah menerima firman Tuhan, tetapi mereka belum menerima Roh Kudus. Kemudian mereka mengutus Rasul Petrus dan Yohanes. Setibanya mereka di Samaria, mereka berdoa supaya orang – orang Samaria beroleh Roh Kudus, sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun dari mereka dengan cara yang sama seperti Ia turun atas orang percaya pada hari Pentakosta (Kis. 2:4). Roh Kudus belum datang atas mereka sebagaimana dijanjikan oleh Bapa (Kis. 1:4) dan seperti dinubuatkan oleh Kristus “kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus” (Kis. 1:5). Rupanya mereka belum menunjukkan tanda-tanda rohani yang diharapkan.

Melalui penumpangan tangan, orang-orang Samaria menerima Roh Kudus dengan cara sama seperti baptisan dalam Roh Kudus yang terjadi pada Hari Raya Pentakosta (Kis. 1:8, 2:4). Ada dua tahap pengalaman orang Samaria, yaitu percaya dahulu, kemudian dipenuhi dengan Roh Kudus. Ini menunjukkan pengalaman dua tahap yang dialami oleh orang-orang percaya pada hari Pentakosta sesuatu yang normal. Begitu juga pengalaman Paulus (Kis. 9:5-17) dan pengalaman murid-murid di Efesus (Kis. 19:1-6) adalah sama seperti orang Samaria ini. Mereka percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan, kemudian mereka dipenuhi dengan Roh Kudus, dalam rentang waktu yang tidak lama seperti yang dipertunjukkan mereka yang ada di Kaisaria (Kis. 10).

Lukas 3 : 15 – 17; 21 – 22
Yesus Kristus akan membaptis umat-Nya dengan Roh Kudus, ini merupakan tanda baru untuk mengenal umat-Nya. Hal ini telah dijanjikan dalam Yoel 2:28 dan diteguhkan kembali setelah kebangkitan Kristus (Luk. 24:49, Kis. 1:4-8). Nubuat ini digenapi pada Hari Raya Pentakosta (Kis. 2:4).

Pelayanan Kristus untuk membaptis dengan Roh Kudus merupakan suatu pelayanan yang berlangsung terus sepanjang zaman sampai sekarang. Seperti yang ditegaskan dalam Yoh. 1:33, ”Dia yang akan membaptis dengan Roh Kudus”, ungkapan ini memakai kata kerja “bentuk sedang” (ho baptizon), artinya “Dia yang akan terus menerus membaptis. Oleh karena itu, ayat-ayat dalam Lukas dan Yohanes tidak hanya menunjuk kepada pencurahan Roh Kudus yang pertama pada Hari Pentakosta, tetapi juga kepada peran penting dan pelayanan Yesus sebagai pembaptis dalam Roh Kudus sepanjang zaman ini. Disebutkan dalam Kis. 2:29, “Bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh. Bagi mereka yang berpaling dari dosa serta menerima Kristus dan Firman-Nya akan dibaptis dengan Roh Kudus. Sebaliknya mereka yang berpegang pada dosa mereka akan dihukum dengan api yang tidak terpadamkan (Mat. 10:28).

Yesus dibaptis sebagai salah seorang dari “orang banyak/ kalayak ramai” atau “rakyat biasa” yang dibaptis. Ia menyatakan diri bersatu (solider) dengan orang banyak. Ia dibaptis karena Ia mau solider dengan manusia. Sebab baptisan pentahiran dan baptisan pertobatan, seperti yang dilakukan Yohanes, tidak diperlukan oleh Yesus. Baptisan Yesus mempunyai arti karena Yesus dibuat menjadi wakil dan pengganti manusia yang berdosa, yakni sebagai “Anak Manusia” yang sejati.

Melalui dua ayat ini ada dua hal yang ingin ditekankan oleh Lukas: (1) Pada hari itu, Roh turun atas Yesus, dan (2) Ada suara terdengar yang mengucapkan, “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Ay. 22). Perlu kita pahami bahwa Roh itu tidak turun ketika Yesus dibaptis, sebab baptisan Yohanes tidak ada hubungannya dengan penerimaan Roh. Roh itu baru turun, ketika Yesus berdoa. Roh turun ke atas-Nya, dalam rupa burung merpati (atau: dalam bentuk yang kelihatan seperti badan seekor merpati). Dua hal yang ingin ditegaskan oleh Lukas:

  1. Apa yang diceritakannya bukanlah pengalaman batiniah yang terjadi dalam hati atau pikiran Yesus, tetapi benar-benar terjadi sesuatu, seperti kemudian pada hari Pentakosta juga benar-benar terjadi (Kis. 2:2-4).
  2. Pada kesempatan itu, benar-benar ada sesuatu yang dapat dilihat dan didengar, bukan hanya oleh Yesus, melainkan juga oleh orang-orang yang lain, sedemikian rupa hingga kemudian hari ada orang-orang yang dapat memberi kesaksian mengenai hal ini (Yoh. 1:32-34).

Apa yang ingin dikemukan oleh Lukas bukanlah sekedar kenyataan bahwa Yesus dibaptis oleh Yohanes, tetapi kenyataan bahwa Yesus sebelum tampil bekerja dan mengajar di depan umum, Ia diperlengkapai dengan Roh Kudus supaya Ia sanggup memenuhi tugas-Nya. Ada suara surgawi dalam ayat 22b, kata-kata ini berarti bahwa Allah sendiri berkata: Yesus orang Nasaret ini ialah Anak-Ku, artinya berhak mendapat gelar “Anak Allah”, sebab Dialah Mesias (=Kristus), yang “diurapi” oleh-Ku (bdk 4:18). Kata anak dalam bahasa aslinya disertai oleh kata kepunyaan orang pertama tunggal, mengingatkan kita pada Mazmur 2:7.

Dalam Lukas 3:22 diproklamasikan berdasarkan Yesaya 42:1, bahwa Yesus adalah Mesias yang akan menderita sebagai pengganti umat manusia, dengan siapa Ia merasa bersatu (solider). Dengan demikian, ditegaskan bahwa Mesias bukanlah untuk mewujudkan kebebasan politik (seperti diharapkan banyak orang Yahudi), dan Ia datang pertama-tama bukan sebagai Hakim dunia (seperti yang disangka oleh Yohanes Pembaptis, bdk ayat 17), tetapi Ia adalah “Hamba Tuhan yang menderita.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Allah menebus umatNya dari penderitaan lahir batin, di dalam Yesus Kristus yang rela solider menggantikan manusia yang berdosa. Kepada mereka yang percaya kepada Yesus Kristus, Allah berkenan mengaruniakan iman dan Roh Kudus-Nya dengan tujuan supaya umat percaya menggunakan kesempatan dalam hidup mereka untuk melakukan kehendak Allah.

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silahkan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Pasti kita kenal bahkan hafal syair lagu: Hidup Ini Adalah Kesempatan

Hidup ini adalah kesempatan;
Hidup ini untuk melayani Tuhan;
J
angan sia-siakan waktu yang Tuhan bri;
H
idup ini harus jadi berkat;

Oh Tuhan pakailah hidupku,
Selagi aku masih kuat;
Bila saatnya nanti kutak berdaya lagi;
Hidup ini sudah jadi berkat.

Atau syair lagu Nyanyikanlah Kidung Baru 211:1-3: Pakailah Waktu Anug’rah Tuhan

  1. Pakailah waktu anug’rah Tuhanmu,
    hidupmu singkat bagaikan kembang.
    Mana benda yang kekal di hidupmu?
    Hanyalah kasih tak akan lekang.
    Refrein:
    Tiada yang baka di dalam dunia,
    s’gala yang indahpun akan lenyap.
    Namun kasihmu demi Tuhan Yesus
    sungguh bernilai dan tinggal tetap.
  2. Janganlah sia-siakan waktumu,
    hibur dan tolonglah yang berkeluh.
    Biarlah lampumu t’rus bercahaya,
    muliakanlah Tuhan di hidupmu.
  3. Karya jerihmu demi Tuhan Yesus,
    ‘kan dihargai benar olehNya.
    Kasih yang sudah ‘kau tabur di dunia,
    nanti ‘kau tuai di sorga mulia.

Kedua lagu diatas bisa dinyanyikan oleh pengkhotbah

Kedua lagu ini memberikan wawasan, inspirasi, motivasi, alasan serta cara bagaimana kita menggunakan kesempatan/ waktu dalam hidup kita untuk melakukan kehendak Allah.

Isi
Di saat kita melakukan kehendak Allah, kita harus bertanya pada diri kita, Apa yang menjadi alasannya? Mengapa kita melakukannya? dan Bagaimana caranya kita melakukan? Mengapa kita harus menggunakan kesempatan dalam hidup kita untuk melakukan kehendak Allah? Ada beberapa alasan bagi kita, mengapa kita harus melakukan kehendak Allah, antara lain:

  1. Firman-Nya dalam Roma 11:36, Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Itu artinya, hidup dan kesempatan yang ada pada kita adalah milik Tuhan. Kita dapat hidup dan memiliki kesempatan hanya karena anugerah Tuhan semata, sehingga kita hanya “wenang ngaku ananging ora wenang daku”, maka hidup dan kesempatan ini juga bagi Dia serta bagi Dialah kemuliaan selama-lamanya.
  2. Hidup kita singkat bagaikan kembang, di dunia ini tidak ada yang kekal. Kesempatan dalam hidup kita hanya terjadi sekali dan tidak dapat diulang lagi. Senyampang masih hidup dan masih dianugerahi kesempatan, jangan kita sia-siakan. Mari kita gunakan untuk melakukan kehendak-Allah.
  3. Allah telah menciptakan dan menebus kita, kita adalah milikNya. Ia mengenal nama kita masing-masing (Yes. 43:1). Kita berharga dan mulia dalam pandangan-Nya. Kita adalah sasaran kasih-Nya yang besar (Yes. 43:4). Allah selalu ada bersama kita, apabila kita mengalami kesulitan dan kesengsaraan, kita tidak akan hancur (Yes. 43:2,4,5).
  4. Kita telah menerima karunia iman di dalam Yesus Kristus dan telah menerima tanda baru sebagai umat-Nya, yaitu baptisan di dalam Roh Kudus yang memberi kemampuan serta kekuatan bagi kita untuk melakukan kehendak-Nya.

Bagaimana caranya kita menggunakan kesempatan dalam hidup kita untuk melakukan kehendak Allah? Tokohtokoh yang ada dalam bacaan kita kali ini memberikan contoh bagi kita:

  1. Yesaya
    Yesaya menjadi alat di tangan Tuhan untuk menyampaikan kasih Allah yang begitu besar kepada manusia. Kasih Allah itu memulihkan, menebus, dan menyelamatkan serta memberikan pengharapan kepada umat manusia yang sedang berada dalam keputusasaan, kehilangan semangat hidup, dan penderitaan lahir batin. Dunia dimana kita berada sekarang ini situasi dan kondisinya hampir serupa walaupun tidak sama dengan situasi dan kondisi zaman Yesaya. Kita sedang dilanda kecemasan, ketakutan, keputusasaan, berkeluh kesah, bahkan mungkin stres akibat pandemi Covid19 varian baru yang semakin “ganas”. Di sini kita dipanggil untuk berbagi kasih, menghibur, dan menolong sesama yang membutuhkan pertolongan. Kita menjadi Yesaya-Yesaya masa kini.
  2. Para Rasul di Yerusalem
    Ketika mendengar orang-orang Samaria telah menerima Firman Allah, Para Rasul tergerak hatinya, menaruh empati kepada orang-orang Samaria. Dengan cepat dan sigap, Para Rasul di Yerusalem mengutus Petrus dan Yohanes. Setibanya mereka di Samaria, mereka berdoa supaya orang-orang Samaria yang menerima Firman Tuhan, beroleh Roh Kudus. Kemudian Petrus dan Yohanes menumpangkan tangan atas orang-orang Samaria itu dan mereka menerima karunia Roh Kudus.

    Dalam kerangka pastoral gereja terhadap warganya, bagaimana sikap/ respon kita apabila kita mendengar: ada orang yang ingin mengenal Yesus? Ada warga kita yang undur imannya? Ada warga yang mempunyai masalah/ pergumulan dalam hidupnya? Bagaimana respon kita? Menaruh empati, cepat merespon dan menindak lanjuti atau tidak peduli, pasif dan apatis?

  3. Yohanes Pembaptis
    Yohanes Pembaptis menyerukan pertobatan kepada orang-orang Yahudi saat itu, agar mereka memberi diri untuk dibaptis dalam baptisan pentahiran dan pertobatan. Baptisan Yohanes ini dilakukannya di tengah-tengah dunia yang sedang dirasuki dosa jabatan. Misalnya pemungut cukai yang memungut pajak melebihi ketentuan yang ada, prajurit militer yang menyalahgunakan kekuasaannya untuk merampas dan memeras orang, para penguasa menyalahgunakan kewenangan yang ada pada dirinya untuk memperkaya diri, sehingga terjadilah tindakan korupsi. Bagaimana dengan dunia kita sekarang? Bagaimana dengan kita? Apakah yang bisa kita lakukan? Beranikah kita menyuarakan suara kenabian kita? Apakah kita masih menjadi garam dan terang dunia? Atau malah hanyut dan larut?
  4. Yesus
    Saat dibaptis Yesus menjadi salah satu dari orang banyak. Yesus menyatakan diri solider dengan orang banyak. Yesus menjadi wakil dan pengganti manusia yang berdosa, sebagai “Anak Manusia” yang sejati, yang menyatakan kasih-Nya. Dia memberikan yang paling baik dan paling berharga. Dia rela mengorbankan diri demi terwujudnya keselamatan manusia. Semuanya ini sesuatu yang nyata, yang dapat dilihat dan didengar oleh orang banyak pada saat itu.

    Dimanapun kita berada, kapanpun waktunya, dan bagaimanapun situasinya terlebih dalam situasi saat ini. Pada masa pandemi Covid19 ini, kita dipanggil untuk menyatakan solidaritas kita dengan mewujudnyatakan kasih kepada sesama, seperti kepada diri kita sendiri (Matius 22:39). Kasih agape, kasih yang tidak hanya teori, tetapi kasih yang diwujudkan dalam sikap, perilaku, tindakan nyata dalam kebenaran (1 Yoh. 3:18). Kasih yang tidak hanya menjadi pengalaman pribadi, tetapi betul-betul terjadi sesuatu. Kasih yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan oleh orang lain.

Penutup
Hidup adalah kesempatan untuk melakukan kehendak Allah. Senyampang kita masih kuat dan ada kesempatan, mari kita wujudkan kehendak Allah, menjadi alat di tangan-Nya untuk menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah di bumi ini. Tuhan sangat menghargai jerih lelah kita demi namaNya. Kasih yang kita tabur di dunia adalah kasih yang tak akan lekang oleh waktu, yang pada saatnya akan kita tuai di sorga. Di saat kita tidak berdaya lagi, hidup kita sudah menjadi berkat. Biarlah hidup kita tetap bercahaya dan memuliakan Tuhan. Amin. [SS].

 

Pujian: KJ. 424 : 1, 2 Yesus Menginginkan Daku


Rancangan Khotbah: Basa Jawi

Pambuka: Kula pitados kita sedaya sampun tepang kepara sampun apil kaliyan ukara ing pamuji: Hidup Ini Adalah Kesempatan

Hidup ini adalah kesempatan;
Hidup ini untuk melayani Tuhan;
J
angan sia-siakan waktu yang Tuhan bri;
H
idup ini harus jadi berkat;

Oh Tuhan pakailah hidupku,
Selagi aku masih kuat;
Bila saatnya nanti kutak berdaya lagi;
Hidup ini sudah jadi berkat.

Utawi ukara pujian Nyanyikanlah Kidung Baru 211 : 1 – 3: Pakailah Waktu Anug’rah Tuhan

  1. Pakailah waktu anug’rah Tuhanmu,
    hidupmu singkat bagaikan kembang.
    Mana benda yang kekal di hidupmu?
    Hanyalah kasih tak akan lekang.
    Refrein:
    Tiada yang baka di dalam dunia,
    s’gala yang indahpun akan lenyap.
    Namun kasihmu demi Tuhan Yesus
    sungguh bernilai dan tinggal tetap.
  2. Janganlah sia-siakan waktumu,
    hibur dan tolonglah yang berkeluh.
    Biarlah lampumu t’rus bercahaya,
    muliakanlah Tuhan di hidupmu.
  3. Karya jerihmu demi Tuhan Yesus,
    ‘kan dihargai benar olehNya.
    Kasih yang sudah ‘kau tabur di dunia,
    nanti ‘kau tuai di sorga mulia.

lagu-lagu punika saged dipun kidungaken dening pengkhotbah.

Lumantar pujian punika kita angsal pitedah kenging punapa kita kedah ginakaken wekdal ing gesang kita kangge nindakaken kersanipun Gusti lan kadospundi caranipun nindakaken.

Isi
Kasinggihan, gesang kita saged mujudakan wewengan/ wekdal kangge nindakaken kersanipun Gusti. Kenging punapa kok mekaten? Wonten sawetawis alesanipun, ing antawisipun :

  1. Kitab Rum 11:36 dawuhaken: Awitdene anane samubarang kabeh iku saka ing Panjenengane, lan marga dening Panjenengane, sarta lumadi marang Panjenengane: Kamulyan kagema ing Panjenengane salawas-lawase! Punika ateges gesang lan wewengan/ wekdal ingkang wonten punika kagunganipun Gusti. Kita saged gesang lan nggadahi wewengan namung karana sih rahmatipun Gusti kemawon. Satemah kita namung wenang ngaku ananging boten wenang daku. Mila sampun samesthenipun sedaya punika kedah lumados dhateng Gusti. Linuhurna asmanipun langgeng ing salami-laminipun.
  2. Gesang kita punika, kadya kembang ing ara-ara, enjang mekar, sonten alum. Paribasan mung kaya wong mampir ngombe. Ing donya punika boten wonten ingkang langgeng. Wewengan ing gesang kita, kelampahanipun namung sepisan lan boten saged dipun ambali malih. Mumpung taksih gesang lan taksih kaparingan wewengan dening Gusti, sumangga sami kita angge nindakaken kersanipun Gusti.
  3. Gusti Allah sampun nitahaken lan nebus kita. Kita kagunganipun lan Panjenenganipun tepang nami kita piyambak-piyambak (Yes 43:1). Kita punika aji lan mulya wonten ing paningal-Ipun sarta kinasihan (Yes 43:4). Panjenenganipun nunggil kita, matemah menawi kita ngalami pekewet lan kasangsaran, kita boten badhe lebur (Yes. 43:2,4,5) awit Gusti tansah nunggil kita.
  4. Kita sampun nampi kanugrahan iman dhateng Gusti Yesus lan sampun nampi pratandha ingkang enggal minangka umat kagunganipun Gusti inggih punika babtisan ing Roh Suci, ingkang maringi wewengan, kasagedan, kekendelan, sarta kikiyatan dhateng kita kangge nindakaken karsanipun Gusti.

Kadospundi caranipun kita ngginakaken wewengan ingkang wonten kangge nindakaken kersanipun Gusti? Paraga ing waosan kita dinten punika paring tuladha:

  1. Yesaya
    Yesaya kaagem dados pirantos ing astanipun Gusti. Yesaya katimbalan kangge martosaken sih katresnannipun Gusti ingkang ageng. Katresnanipun Gusti punika ingkang mulihaken, nebus, milujengaken, sarta maringi pangajeng-ajeng dhateng manungsa ingkang putus asa, kecalan semangating gesang, kecalan pangajeng-ajenging gesang, kasangsaran lahir lan batos. Jagad samangke saemper kaliyan kawontenan nalika zamanipun Yesaya senadyan boten sami persis, ing pundi kita sedaya kabidhung raos ajrih, kuwatos, was sumelang, putus asa, bingung, sami ngresula, bokmenawi malah wonten ingkang stress, karana pageblug Covid 19 model enggal ingkang langkung ganas. Ing kahanan ingkang mekaten kalawau, kita katimbalan sami andum katresnan, paring panglipur, lan tetulung, dados Yesaya-Yesaya zaman samangke.
  2. Para Rasul ing Yerusalem
    Nalika Para Rasul mireng tiyang-tiyang Samaria sampun nampi pangandikanipun Gusti, Para Rasul sami trenyuh ing manah amargi saking welasipun. Para Rasul tumunten kanthi rerikatan ngutus Petrus lan Yokanan. Saksampunipun dumugi ing Samaria, Petrus lan Yokanan dedonga supados tiyang Samaria ingkang sampun nampi Sabdanipun Gusti kaparingan Roh Suci. Piyambakipun lajeng mulung astanipun dhateng tiyang-tiyang punika, tumunten tiyang-tiyang punika karingan kanugrahan Roh Suci.

    Gegayutan kaliyan peladosan pastoral ing satengahing greja dhateng warganipun, kadospundi
    sikap kita, menawi kita mireng/ ningali wonten tiyang ingkang kepengin tepang kaliyan Gusti Yesus lan kepengin mirengaken sabdanipun? utawi wonten warga pasamuwan ingkang nggadahi masalah/ pergumulan ing gesangipun? Wonten warga pasamuwan ingkang mundur imanipun? Sami trenyuh ing manah amargi welas? Tumunten kanthi rerikatan tumandang damel? Punapa kosokwangsulipun, boten ngreken, rumaos sanes urusanipun, pasif lan apatis?
  3. Yokanan Pambaptis
    Yokanan Pambaptis kanthi sora nyuwantenaken timbalan pamratobat lan kabaptis ing babtisan pentahiran lan pertobatan ing satengah-tengahing jagad ingkang nembe karasukan dosa jabatan, inggih punika dosa ingkang gegayutan kaliyan kelenggahan tartamtu ing wekdal punika. Umpaminipun: juru mupu bea ingkang nyuwun bea nglangkungi katamtuan ingkang sampun katamtukaken. Tentara militer ingkang nylewengaken pangwasanipun kangge ngrampas lan meres tiyang, para punggawa negari nyelewengaken kewenanganipun kangge nyugihaken dirinipun, matemah korupsi.
    Kadospundi jagad kita samangke? Kadospundi kita? Punapa ingkang saged kita tindakaken? Punapa kita inggih katut ombyaking zaman? Punapa kita taksih nggadahi kekendelan nyuwantenaken swanten ke-nabi-an kita? Punapa kita taksih dados uyahing bumi lan pepadhanging jagad? Punapa malah katut kenyut kaliyan ombyaking zaman?
  4. Yesus
    Yesus kabaptis sesarengan kaliyan tiyang kathah. Yesus nedahaken bilih Panjenenganipun nyatunggil (solider) kaliyan tiyang kathah. Gusti Yesus dados wakil lan gantosipun manungsa ingkang dosa, minangka “Putranipun manungsa” ingkang sejati. Karana Gusti Yesus boten perlu kabaptis ing baptisan pentahiran lan pertobatan, ingkang dipun tindakaken dening Yokanan Pembabtis.

    Bab punika nedahaken katresnanipun ingkang ageng, katresnan agape, maringaken ingkang paling sae lan paling aji, inggih punika nyawanipun pribadi. Gusti Yesus ngurbanaken Sariranipun namung kangge kebabaring kawilujenganipun manungsa, boten wonten gegayuhan sanesipun. Sedaya punika mujudaken tumindak ingkang kasat mripat ingkang saged dipun tingali lan dipun pirengaken. Ing pundi kemawon papan dumung kita, dikados pundi kemawon wekdal lan kawontenan kita, langkung-langkung ing mangsa pageblug covid 19, kita sami katimbalan mujudaken solidaritas kita, srana babaraken katresnan agape dhateng sesami dikados dhateng badan kita piyambak (Mat 22:39).

    Katresnan agape punika katresnan ingkang boten namung kandheg ing teori, boten namung kanthi tembung utawi namung wonten ing lati. Katresnan agape punika kinantenan pandamel ing salebeting kayekten (1 Yok. 3:18). Katresnan ingkang boten namung mujudaken pengalaman pribadi ingkang nresnani lan ingkang dipun tresnani, ananging estu-estu mujudaken kedadosan ingkang nyata. Katresnan ingkang saged dipun pirengaken lan dipun tingali, boten namung dening ingkang nresnani lan ingkang dipun tresnani, ananging ugi dhateng tiyang-tiyang sanesipun.

Panutup
Kita dipun timbali Gusti Allah kangge mujudaken wewengan gesang nindakaken kersanipun Gusti. Mumpung kita taksih kiyat lan taksih kaparingan wewengan dening Gusti, mangga kita nindakaken kersanipun Gusti, dados pirantos ing astanipun babaraken pratandaning Kratonipun Allah ing bumi. Sampun ngatos gesang kita punika dados muspra tanpa gina. Ing wekdal kita boten nggadahi daya malih, gesang kita sampun dados berkah. Katresnan agape ingkang kita sebar ing jagad punika, ing benjangipun kita badhe ngundhuh ing swarga. Mangga dibakuh lan kekeh ing timbalan dados uyahing bumi lan pepadanging jagad. Gusti tansah nganthi gesang kita. Amin. [SS].

 

Pamuji: KPJ. 441 Kita Sami Tinimbalan

 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak