Mengendalikan Tingkat Kekepoan tentang Kerajaan Allah Khotbah Minggu 8 Oktober2023

25 September 2023

Minggu Biasa | Bulan Ekumene
Stola Hijau

Bacaan 1: Yesaya 5 : 1 – 7
Bacaan 2: Filipi 3 : 4b – 14
Bacaan 3: Matius 21 : 33 – 46

Tema Liturgis: GKJW Bersama Umat Lain Terlibat mewujudkan Tanda-tanda Kerajaan Allah
Tema Khotbah: Mengendalikan Tingkat Kekepoan tentang Kerajaan Allah

Penjelasan Teks Bacaan :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yesaya 5 : 1 – 7
Dalam nyanyiannya ini, Nabi Yesaya mengungkapkan hubungannya dengan Allah sebagai kekasih. Dinyatakan dalam nyanyian ini bahwa Allah memiliki kebun Anggur di lereng bukit yang subur. Sekalipun demikian, kebun Anggur itu tetap dicangkul, dibuang batu-batunya, dan ditanami pokok Anggur pilihan. Sebuah menara jaga didirikan dan lubang tempat memeras Anggur digali. Perlakuan sedemikian rupa detailnya dan baiknya disertai harapan bahwa panennya nanti memiliki kualitas terbaik. Namun betapa mengecewakan ketika hasil kebun Anggurnya tidak baik.

Ketika di akhir nyanyiannya Yesaya menyebutkan bahwa kebun Anggur Tuhan adalah kaum Israel dan orang Yehuda, berarti bahwa nyanyian Yesaya ini merupakan ungkapan hati Allah tentang umat-Nya. Hidup berkelimpahan diberikan oleh Allah kepada umat-Nya. Allah tetap memelihara dan menjauhkan hal-hal yang dapat merusak umat-Nya. Allah bahkan memilihkan yang terbaik bagi kebutuhan umat-Nya. Allah benar-benar menjaga umat-Nya dan menyediakan tempat untuk umat-Nya agar dapat menikmati hidup bersama keturunannya.

Allah pun sempat menanyakan kepada umat-Nya tentang apa yang belum dilakukan-Nya agar kehidupan umat-Nya menunjukkan hidup yang adil dan benar. Dalam kecewa-Nya, Allah menyatakan akan membiarkan umat-Nya dihancurkan bangsa lain, umat-Nya akan dibiarkan terhimpit dan tersiksa oleh berbagai masalah kehidupan. Allah juga akan membiarkan mereka mengalami penderitaan.

Filipi 3 : 4b – 14
Paulus memberikan kesaksian tentang perubahan hidup yang dialaminya sejak mengenal Kristus. Paulus masih mengingat hidupnya sebelum mengenal Kristus adalah orang yang menaati hukum Taurat tanpa cacat. Paulus menyebut dirinya sebagai orang Farisi, dan kegiatannya adalah menganiaya jemaat yang percaya kepada Yesus. Dulu, kebenaran yang dimiliki Paulus adalah karena menaati hukum Taurat, namun semua berubah sejak Paulus mengenal Yesus. Kebenaran yang dimiliki Paulus adalah anugerah Allah karena percaya kepada Kristus. Sekalipun sudah dibenarkan oleh Allah karena percaya kepada Kristus, namun Paulus tidak merasa sudah sempurna. Paulus merasa bahwa Yesus yang menjadikan dia percaya kepada-Nya. Paulus ingin mengenal Yesus. Dengan mendapat anugerah Allah, Paulus harus mengarahkan hidupnya kepada Allah dan berusaha tidak kehilangan anugerah-Nya akibat kelalaiannya.

Matius 21 : 33 – 46
Ayat 45 mengungkapkan bahwa para imam kepala dan orang-orang Farisi yang mendengar perumpamaan Yesus bisa rumangsa kalau yang dimaksud Yesus dengan penggarap-penggarap kebun Anggur adalah mereka. Dengan rasa bisa rumangsa para imam kepala dan orang-orang Farisi ini, perumpamaan Yesus tentang penggarap-penggarap kebun Anggur menjadi jelas, bahwa mereka bukanlah pemilik kebun Anggur, namun penyewa yang sebenarnya memahami bahwa Tuan Tanah yang adalah Pemilik dari Kebun Anggur memiliki hak untuk meminta hasil dari kebun Anggur yang disewakan kepada para penggarap. Tapi kenyataannya, ketika masa panen, berkali-kali Pemilik kebun Anggur mengutus hamba-hambanya untuk meminta hasil yang menjadi bagiannya. Para penyewa ini menganiaya dan membunuh hamba-hamba itu. Bahkan saat Pemilik kebun Anggur mengutus anaknya untuk meminta haknya, para penyewa itu pun menganiaya dan membunuhnya. Ketika Yesus menanyakan pendapat para imam kepala dan orang-orang Farisi tentang apa yang akan dilakukan Pemilik kebun saat datang menemui para penggarap yang menyewa kebun, mereka menjawab bahwa Pemilik kebun membinasakan para penggarap yang jahat dan menyewakan kebun Anggurnya kepada para penggarap yang mau memberikan bagian sang pemilik kebun Anggur. Yesus pun membenarkan pendapat para imam kepala dan orang-orang Farisi itu. Yesus memperjelas makna perumpamaan tersebut bahwa Kerajaan Allah yang digambarkan sebagai kebun Anggur akan diambil dari mereka dan diberikan kepada mereka yang bisa menghasilkan buah Kerajaan. Artinya, Kerajaan Allah perlu diusahakan oleh orang-orang yang sudah diijinkan Allah mengusahakan Kerajaan Allah itu bisa dilihat dan dirasakan kehadirannya. Jadi, orang-orang yang diijinkan Sang Pemilik Kerajaan Allah untuk mengusahakannya tidak berhak mengklaim bahwa Kerajaan Allah adalah miliknya.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Nyanyian Yesaya berkisah tentang kebun Anggur yang sudah diperlakukan sedemikian rupa baiknya, namun hasilnya tidak baik. Perumpamaan Yesus mengisahkan tentang penggarap-penggarap kebun Anggur yang mengabaikan Sang Pemilik kebun Anggur dengan menganiaya sampai membunuh para utusan dan anaknya. Jika Yesaya menyebut kebun Anggur adalah umat Allah, Yesus menyebut kebun Anggur gambaran dari Kerajaan Allah. Baik umat Allah maupun Kerajaan Allah adalah sama-sama milik Allah. Menurut Paulus yang mengalami perubahan hidup setelah mengenal Yesus, dirinya perlu terus mengenal Yesus, mengarahkan hidup pada anugerah Allah, dan terus berusaha untuk mendapatkan janji Allah bagi yang sudah menerima anugerah-Nya.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing) 

Pendahuluan
Saat ada orang yang bertanya, apakah orang yang tidak percaya Tuhan Yesus namun hidupnya penuh kasih kepada semua orang, bisa masuk surga? Bagaimana panjenengan menjawabnya? (beri waktu umat untuk menjawab)

Isi
Dari masa ke masa, tingkat kekepoan tentang siapa yang bisa masuk surga masih cukup tinggi. Kepo adalah akronim dari Knowing Every Particular Object yang artinya sebutan untuk orang yang serba (ingin) tahu detail sesuatu. (Kompasiana.com dengan judul “Macam-macam Arti Kata Kepo”, Hazzah R Vaulin. Klik di sini untuk membaca).

Tingkat kekepoan tentang siapa yang bisa masuk surga bukan hanya berupa pertanyaan namun juga berupa pernyataan bahwa hanya penganut agama tertentu yang bisa masuk surga. Bahkan ada juga yang mengklaim bahwa sekalipun menganut agama yang sama tetapi alirannya berbeda, yang bisa masuk surga adalah penganut agama tertentu dengan aliran tertentu. Ajaran kekristenan tentang orang yang percaya kepada Tuhan Yesus pasti masuk surga merupakan hal yang benar. Namun bukan berarti bahwa orang yang percaya kepada Tuhan Yesus bisa mengklaim dirinya sebagai penentu siapa yang bisa masuk surga dan siapa yang tidak bisa masuk surga.

Perumpamaan Tuhan Yesus tentang para penggarap kebun Anggur sudah sangat jelas bahwa para penggarap kebun Anggur hanya rekan kerja Sang Pemilik kebun Anggur. Kita adalah orang-orang yang diperkenankan Allah mengelola Kerajaan Allah supaya bisa menghasilkan yang bisa dinikmati oleh Sang Pemilik. Kita adalah rekan kerja Sang Pemilik Kerajaan Allah. Siapa yang bisa masuk Kerajaan-Nya, apa syarat dan ketentuannya agar bisa masuk Kerajaan-Nya, bagaimana cara bisa masuk Kerajaan-Nya, mengapa ada yang bisa masuk dan ada yang tidak bisa, semua itu hanya Allah yang bisa mengetahui secara pasti. Kita perlu mengendalikan tingkat kekepoan kita tentang Kerajaan Allah, supaya kita tidak terjebak menjadi seperti para penggarap kebun Anggur dalam perumpamaan Tuhan Yesus.

Jika dilihat dari sisi Yesaya, sebagai umat Allah, kita adalah kebun Anggur-Nya yang sudah mendapat perlakuan sedemikian luar biasa dari Allah, agar kita bisa menghasilkan Anggur yang manis. Ungkapan Yesaya ini senada dengan pengakuan Paulus bahwa mendapat anugerah Allah karena percaya kepada Tuhan Yesus, bukan berarti bahwa hidupnya sudah sempurna. Paulus merasa perlu lebih mengenal Tuhan Yesus, perlu mengarahkan hidup kepada Allah, serta perlu terus berusaha agar tidak sampai lalai dan mendapatkan janji Allah bagi orang yang menerima anugerah-Nya.

Dengan menyadari bahwa menjadi umat Allah adalah anugerah, dan mendapat perlakuan sedemikian luar biasa dari Allah adalah anugerah, kita bisa menghasilkan buah yang manis, seperti yang dikehendaki Allah. Tidak merasa diri sudah sempurna, memudahkan kita tidak mengklaim bahwa hanya kita yang bisa masuk surga. Mengakui kita perlu lebih mengenal Tuhan Yesus, menyadarkan kita bahwa pengenalan kita tentang Tuhan Yesus masih sangat dangkal, dan kita tidak mudah mengklaim diri paling tahu tentang Allah. Memutuskan untuk mengarahkan hidup pada Allah, menolong kita untuk lebih memperhatikan yang Allah mau untuk kita lakukan daripada sibuk menilai bagaimana orang lain menjalani hidupnya. Memutuskan untuk berusaha tidak mengabaikan anugerah Allah dan menggapai yang dijanjikan Allah bagi orang yang sudah mendapat anugerah-Nya, menolong kita menjalani hidup untuk menyenangkan Allah.

Penutup

Kita bisa memposisikan diri sebagai umat Allah, kita bisa memposisikan diri sebagai rekan kerja Allah, kita pun bisa memposisikan diri sebagai keduanya. Apapun posisi yang kita pilih perlu disertai dengan kesadaran bahwa menjadi umat Allah atau menjadi rekan kerja Allah adalah anugerah Allah. Kita perlu terus menghayati pemahaman ekumene GKJW adalah mengusahakan hidup bersama di dunia yang menjadi rumah kita bersama sesama ciptaan Allah. Menghayati pemahaman ekumene GKJW yang demikian dapat kita lanjutkan ketika kita mengendalikan kekepoan kita tentang Allah. Amin. [SR].

 

Pujian: KJ. 462  Tolong Aku Tuhan

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Nalika wonten tiyang ingkang tanglet, menawi wonten tiyang ingkang boten pitados dhateng Gusti Yesus nanging gesangipun kebak ing katresnan kangge tiyang kathah, punapa tiyang punika saged mlebet swarga? Pripun wangsulan panjenengan? (Umat kaparingan wekdal kangge mangsuli)

Isi
Ing saben wekdal, tingkat kekepoan babagan sinten ingkang saged mlebet swarga taksih inggil. Kepo minangka akronim saking Knowing Every Particular Object ngemu teges tiyang ingkang (pengin) mangertosi sadaya prekawis. (Kompasiana.com dengan judul “Macam-macam Arti Kata Kepo”, Hazzah R Vaulin.)

Tingkat kekepoan babagan sinten ingkang saged mlebet swarga boten namung awujud pitakenan nanging ugi awujud pamanggih bilih namung tiyang penganut agami tartamtu ingkang saged mlebet swarga. Malahan wonten ingkang nggadhah pamanggih senaosa ngugemi agami ingkang sami nanging benten aliran, ingkang saged mlebet swarga punika penganut agami tartamtu kanthi aliran tartamtu. Piwucal ing agami Kristen bab tiyang ingkang pitados marang Gusti Yesus mesthi bakal mlebet swarga punika bab ingkang leres. Nanging punika boten ateges bilih para tiyang ingkang pitados Gusti Yesus saged tumindak dados tiyang ingkang nemtokaken sinten ingkang saged mlebet swarga lan sinten ingkang boten saged mlebet swarga.

Pasemonipun Gusti Yesus bab para tiyang ingkang ngolah kebon Anggur sampun cetha sanget menawi para tiyang ingkang nggarap kebon Anggur punika namung rencang damelipun Tuwan Ingkang Kagungan kebon Anggur. Kita minangka tiyang ingkang dipun parengken Gusti Allah ngatur Kratoning Allah supados saged ngasilaken ingkang saged dinikmati dening Ingkang kagungan kebon Anggur. Kita sadaya dados rencang damelipun Gusti Allah. Sinten ingkang saged mlebet kratoning Allah, punapa syaratipun, kados pundi amrih saged mlebet Kratoning Allah, sebabipun punapa wonten ingkang saged lan wonten ingkang boten saged mlebet Kratoning Allah, namung Gusti Allah ingkang pirsa. Kita kedah saged ngendhaleni tingkat kekepoan bab Kratoning Allah, supados kita boten kejiret kados para tiyang ingkang nggarap kebon Anggur ing pasemonipun Gusti Yesus.

Menawi dipun tingali saking sisihipun Yesaya, minangka umatipun Gusti, kita punika pakebonan Angguripun Gusti ingkang sampun pikantuk pangupajiwa ingkang mirunggan saking Gusti, temahan kita saged ngasilaken Anggur ingkang legi. Pangandikanipun Yesaya punika sami kaliyan pengakenipun Paulus bilih nampi sih rahmatipun Gusti Allah krana pitados dhateng Gusti Yesus punika boten ateges gesangipun Paulus sampun sampurna. Paulus rumaos bilih kedah sansaya tepang Gusti Yesus, kedah ngarahaken gesangipun dhateng Gusti Allah, sarta kedah terus ngupaya supados boten supe lan saged pikantuk janjinipun Gusti tumrap tiyang ingkang nampi sih rahmatipun Gusti.

Kanthi nyadhari bilih dados umatipun Gusti punika anugrahipun Gusti, lan nampi pangupajiwa ingkang mirunggan saking Gusti punika anugrahipun Gusti, kita saged ngasilaken woh ingkang manis kados ingkang dipun kersakaken Gusti. Ngrumaosi bilih dhiri kita punika boten sampurna ndadosaken kita boten gampil ngakeni bilih namung kita ingkang saged mlebet swarga. Ngakeni bilih kita kedah langkung tepang kaliyan Gusti Yesus, ndadosaken kita nyadhari bilih kawruh kita babagan Gusti Yesus punika taksih cethek, lan kita boten gampil ngakeni dados tiyang ingkang paling ngertos sanget bab Gusti. Mutusi kangge ngeneraken gesang dhateng Gusti Allah mitulungi kita langkung migatosaken punapa ingkang dados karsanipun Gusti, tinimbang sibuk mikir babagan caranipun tiyang sanes nglampahi gesangipun. Mutusi kangge nyobi boten nglirwakaken sih rahmatipun Gusti Allah lan nggayuh babagan ingkang kajanjeaken Gusti tumrap tiyang ingkang nampi sih rahmatipun Gusti, mitulungi kita nglampahi gesang ingkang ngremenaken Gusti.

Panutup
Kita saged mapanaken dhiri dados umatipun Gusti, utawi mapanaken dhiri dados mitranipun Gusti, utawi mapanaken dhiri dados kekalihipun. Punapa kemawon pilihan kita mapanaken dhiri miturut waosan Kitab Suci dinten punika, kedah dipun sarengi kaliyan kesadaran bilih dadosa umatipun Gusti utawi dadosa mitranipun Gusti Allah punika peparinge Gusti. Kita kedah tetep ngugemi babagan pangertosan bab ekumene GKJW, inggih punika ngudi gesang sesarengan ing donya ingkang dados griya kita kaliyan sesami titahipun Gusti. Kita bisa tetep ngugemi pangertosan bab ekumene GKJW ingkang mekaten punika nalika kita ngendhaleni tingkat kekepoan kita bab Gusti Allah. Amin. [SR].

 

Pamuji: KPJ. 445 Mugi Gusti Karsa Angutus

Renungan Harian

Renungan Harian Anak