Komunitas yang Saling Menyelamatkan Khotbah Minggu 8 Desember 2024

25 November 2024

Minggu Adven 2
Stola Ungu

Bacaan 1: Maleakhi 3 : 1 – 4
Mazmur: Mazmur 66 : 1 – 12
Bacaan 2: Filipi 1 : 3 – 11
Bacaan 3: Lukas 3 : 1 – 6

Tema Liturgis: GKJW menjadi Ruang Pemulihan dan Pembiasaan Nilai
Tema Khotbah: Komunitas yang Saling Menyelamatkan

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Maleakhi 3 : 1 – 4
Kitab Maleakhi ditulis, sekitar tahun 430-420 SM. Ini berarti terjadi setelah pembuangan dari Babel, yakni orang Israel sudah pulang ke kampung halamannya. Ini juga berarti Bait Allah sudah dibangun kembali, sekembalinya mereka dari pembuangan. Struktur Kitab Maleakhi :

  1. Judul (Mal. 1:1). Ada hubungan antara ayat pembuka dalam pasal 1 dan awal dari pasal 3, yaitu penyebutan istilah “malakhi” (dapat diartikan: nama “Maleakhi”; atau kata “utusan-Ku”). Di ayat ini, “malakhi” (Maleakhi) merupakan nama nabi yang memberikan penegasan bahwa ia merupakan seorang pembawa pesan dari Tuhan. Kasih Tuhan kepada Israel (Maleakhi 1:2). Allah menyatakan kasih-Nya kepada orang Israel dengan menyatakan bahwa ia memilih Yakub dan menolak Esau.
  2. Gambaran dosa Israel (Mal. 1:6 – 2:9). Dalam bagian ini, Maleakhi hendak menggambarkan dosa bangsa Israel yang membangkitkan murka Allah. Allah digambarkan sebagai ayah atas semua orang. Para imam memandang rendah nama Allah. Para imam tidak belajar dari kesalahan yang telah mereka lakukan pada masa lampau yang membuat orang Israel jatuh ke dalam pembuangan.
  3. Hukuman atas kawin campur dan perceraian (Mal. 2:10). Orang-orang Israel yang melakukan perceraian atau kawin campur dianggap telah mencemarkan nama Allah.
  4. Kedatangan hari Tuhan (Mal. 3:1). Maleakhi memberitakan Kedatangan Hari Tuhan ini juga muncul bersama dengan hukuman Allah. Pertobatan dan cara memberi persembahan yang benar
  5. Janji keselamatan bagi orang-orang saleh (Mal. 3:13 – 4:3). Di tengah kesalahan yang dilakukan oleh bangsa Israel, ada beberapa orang yang tetap setia melakukan kehendak Allah. Orang-orang ini mendapat perhatian dari Allah. Allah melindungi mereka pada hari yang telah Ia siapkan. Hari penghakiman itu pasti datang dan orang-orang yang takut akan Tuhan akan diselamatkan pada hari itu.
  6. Kesimpulan (Mal. 4:4). Nubuat mengenai Maleakhi diakhiri dengan sebuah nasihat kepada bangsa Israel. Nasihat ini berisi mengenai peringatan akan Taurat-taurat Israel.

Tema besar Maleakhi 3 adalah tentang kedatangan Tuhan kepada umat-Nya, kedatangan-Nya untuk memurnikan umat-Nya seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak, dan Ia menahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar.

Artinya kedatangan Tuhan mengubah kehidupan ke arah yang lebih baik. Ini tergantung bagaimana umat menyambut kedatangan-Nya dengan respons positif atau negatif. Menyambut kedatangan Tuhan harusnya dilakukan dengan hati dan sikap hidup yang bersih. Setelah bangsa Israel hidup dalam pembuangan mereka sungguh merindukan kedatangan Allah yang membawa keselamatan. Berita Maleakhi ini membawa peneguhan bahwa kedatangan Allah harus disambut dengan perubahan hidup yang menyeluruh sehingga persembahan Yehuda dan Yerusalem akan berkenan kepada Allah. Dan sebaliknya, tanpa perubahan hidup, maka kedatangan Tuhan akan nampak seperti kengerian yang dahsyat.

Filipi 1 : 3 – 11
Keadaan Jemaat
Jemaat di Filipi terdiri dari orang-orang Kristen bukan Yahudi (Kis. 16:33b), orang-orang Yahudi yang sudah menjadi Kristen (Kis. 16:13) dan disebutkan pula orang-orang yang takut akan Tuhan (Kis. 16:14). Hubungan Paulus dengan jemaat ini terjalin dengan baik, bahkan jemaat Filipi menyatakan kesediaan mereka untuk memberikan dukungan finansial terhadap pelayanan Paulus melalui perantaraan Epafroditus. Namun, di dalam kehidupan berjemaat di Filipi rupanya ada sekelompok orang yang menentang Paulus seperti tertulis dalam Filipi 1:27–30; 2:21. Paulus menyatakan kritikannya kepada orang-orang ini secara tajam dalam Filipi 3:2. Cukup banyak wanita menjadi anggota jemaat di Filipi. Di antara mereka ada Sintikhe dan Euodia yang seringkali tidak sehati dan sepikiran dalam pelayanannya.

Penulis dan Tempat
Penulis surat ini adalah Paulus. Pada waktu menuliskan surat ini, Rasul Paulus sedang berada di dalam penjara (Fil. 1:7,14,17). Lokasi penjaranya tidak diketahui dengan pasti. Muncul beberapa dugaan bahwa Paulus mungkin ditempatkan di penjara Roma, Kaisarea atau Efesus. Namun, bila mengacu pada Filipi 1:22, yang menyebutkan tentang ‘istana kaisar’ maka besar kemungkinan penjara yang dimaksud adalah penjara di kota Roma. Surat ini ditulis perkiraan tahun 53-56 M.

Maksud dan Tujuan
Untuk memberikan nasihat kepada jemaat di kota Filipi, karena di kota itu terjadi suatu perpecahan sehingga Paulus menuliskan surat ini dan mengutus seorang anak rohaninya untuk mengantar surat tersebut, sebab Paulus sendiri saat itu sedang berada di dalam penjara.

Struktur Surat
Struktur Surat Paulus kepada jemaat Filipi adalah sebagai berikut:
A. Pembukaan (1:1-11)

  1. Salam (1:1-2)
  2. Ucapan Syukur dan Doa (1:3-11)

B. Kesaksian dan Nasihat-nasihat (1:12-2:30)

C. Peringatan tentang Ajaran-ajaran Sesat dan Pengalaman Paulus serta
Kehidupannya sebagai Teladan (3:1-21)

  1. Peringatan tentang bermegah diri (3:1-3)
  2. Kehidupan Paulus, dulu dan kini: Sebuah Jawaban bagi Yudaisme (3:4-11)
  3. Peringatan tentang Kesempurnaan (3:12-16)
  4. Kehidupan Paulus sebagai Sebuah Keteladanan (3:17)
  5. Peringatan Melawan Pengajar-pengajar Sesat (3:20-21)
  6. Kehidupan Paulus: Harapan akan Dunia yang akan Datang (3:20-21)
  7. Nasihat-nasihat Terakhir ( 4:1-9)

E. Ucapan Terima Kasih atas Keramahan orang-orang Filipi (4:10-20)

G. Penutup (4:21-23)
Surat Paulus kepada Filipi dibuka dengan doa dan ucapan syukur (Fil. 1:3-11), surat ini dibuka dengan sesuatu yang positif. Kata-kata positif yang diberikan Paulus untuk jemaat di Filipi meskipun dia tahu bahwa keadaan jemaat Filipi tidak sebaik pembukaan yang memberikan harapan ini. Ada benih perpecahan (Fil. 4:2-3) dan pengaruh ajaran sesat yang kuat yang bisa membahayakan keutuhan jemaat.

Paulus melihat ada potensi positif dalam jemaat ini yang perlu dikuatkan dengan doa dan kata-kata pendampingan yang membuat mereka percaya diri akan tugas panggilan mereka sebagai para pewarta berita sukacita dan para pribadi yang dipakai Allah untuk semua pekerjaan baik demi kemuliaan Allah. Bahkan Paulus bisa melihat sisi penderitaan di penjara, di saat tersulit sekalipun, mereka telah dipakai Allah sebagai bagian dari pelayanan pemberitaan Injil yang besar. Dan ditutup dengan doa bagi jemaat (Ay. 9-11) semoga kasih mereka makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga mereka dapat memilih apa yang baik, supaya mereka suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.

Kata kuncinya adalah kasih yang melimpah, mengandung makna dua arah, yaitu kasih dari Allah dan kasih manusia yang harus dikembangkan dalam hati dan tindakan. Kasih Allah akan menurunkan kekuatan spiritual yang menguatkan pribadi, dan kasih manusia yang dikembangkan dalam hati akan mewujud dalam tindakan. Dua kekuatan kasih ini akan membuat pribadi manusia dapat membedakan mana yang baik dan jahat supaya mereka suci dan tak bercacat dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.

Lukas 3 : 1 – 6
Ketika menampilkan nabi Yohanes dalam Lukas 3:1-6, penulis juga memperkenalkan para pemegang kekuasaan: (1) Kaisar (Tiberius), (2) Wali Negeri (Pontius Pilatus), (3) Tiga Raja Wilayah (Herodes di Galilea, Filipus di Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias di Abilene), dan (4) Dua Imam Besar (Hanas dan Kayafas). Para penguasa ini (kaisar, wali negeri, raja, dan imam besar) mewakili kekuasaan duniawi pada waktu itu: tanah/wilayah regional, agama, politik, dan ekonomi yang berdiri di pusat kota Yerusalem. Secara kolektif mereka memegang semua otoritas dan kekuatan yang mencakup antara lain: kekayaan, militer, atau leluhur. Penjelasan ini bisa mengandung makna: Penegasan bukti waktu yang dapat dipertanggungjawabkan atas masa hidup Yohanes adalah pada masa para pemimpin tersebut memerintah. Ini penting bagi pembaca Lukas, supaya kisah Yohanes Pembaptis tidak dikenal sebagai tokoh fiktif belaka.
Bacaan kita disejajarkan dengan Yesaya 40:3-5 yang menjadi penggenapan atas hal tersebut. Mengapa kedatangan Mesias harus disiapkan? Bukankah Dia adalah Sang Juru Selamat, mengapa Yohanes Pembaptis harus repot-repot? Mengapa perumpamaan meratakan jalan yang dipakai? Mari kita masuk dalam konteks Alkitab bahwa jalan pada masa itu tidak sama dengan jalan masa kita saat ini dimana jalanan banyak yang bagus dan beraspal. Jalan waktu itu masih berupa tanah, kalaupun ada jalan berbatu tentu hanya di daerah perkotaan. Jadi jika raja hendak lewat, para pengawal akan memastikan apakah jalan tersebut baik dan aman untuk dilewati raja. Jika jalannya tidak rata akan diratakan untuk memastikan kereta raja dapat lewat dengan aman. Demikianlah tugas Yohanes, memastikan bahwa karya Sang Mesias akan diterima dengan baik sesudah apa yang dilakukannya dengan berita pertobatan.
Hati yang bertobat akan terbuka pada karya keselamatan dari Allah, sebab hatinya dipenuhi Roh Allah. Tetapi kenyataannya Yesus tetap disalibkan dan ditolak di Yerusalem. Setidaknya pasti tetap ada hati yang terpaut pada-Nya, mungkin jika tidak ada peran Yohanes Pembaptis sebelumnya untuk memberitakan pertobatan, maka hasil yang didapatkan bisa jadi zonk. Pertobatan bukan tentang kuantitas tetapi kualitas. Bukan berapa banyak perbuatan baik yang dilakukan tetapi bagaimana kualitas hati yang mendorong perubahan hidup.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Kedatangan Tuhan Yesus harus dipersiapakan dengan baik agar terjadi perubahan kualitas hidup yang lebih baik di tengah kehidupan umat Tuhan.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Kita telah memasuki masa Adven, masa dimana kita menyambut kedatangan Tuhan. Apakah yang harus kita persiapkan dan bagaimana kita mempersiapkannya? Sebagai pribadi dan gereja, apakah tanggung jawab kita dalam mempersiapkan kedatangan Tuhan?

Isi
Menyambut kedatangan Tuhan, harus dipersiapkan dengan baik. Bagaimana kita akan menjumpai kedatangan Tuhan dalam hidup kita? Apakah kedatangan Tuhan seperti kengerian yang menyakitkan layaknya api tukang pemurni logam yang memurnikan emas dan perak? (Mal. 3). Atau kedatangan Tuhan seperti hujan di musim kemarau? Yang menghidupkan dan menentramkan, sesuatu yang diharapkan tanpa luka dan kengerian. Bagi orang yang hatinya berpaut kepada Tuhan maka kedatangan Tuhan akan sangat dinantikan. Sedangkan bagi mereka yang masih terikat dengan dosa maka kedatangan Tuhan akan sangat menyakitkan. Melepaskan diri dari ikatan dosa yang menyenangkan tentu sangat menyakitkan mereka. Diperlukan usaha keras untuk melakukannya, seperti sabun yang membersihkan di tangan penatu dan api yang memurnikan emas di tangan tukang emas.

Entah dalam sisi orang yang hatinya terpaut kepada Tuhan atau sisi orang yang hatinya masih terikat dosa, kedatangan Tuhan sangat penting. Oleh karena itu, menyambut kedatangan Tuhan perlu dipersiapkan dengan baik. Ada tiga dimensi tentang kedatangan Tuhan:

  1. Menyambut kedatangan Tuhan dalam kerangka eskatologis, yaitu menantikan kedatangan Tuhan di akhir zaman.
  2. Menyambut kedatangan Tuhan dalam diri Yesus Kristus di dunia, yang senantiasa dikenang pada masa Adven ini.
  3. Menyambut kedatangan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari sekarang dan di sini.

Dalam tiga dimensi kedatangan Tuhan ini, kedatangan Tuhan harus dipersiapkan dengan baik. Ini bukan hanya tentang hidup yang akan datang saja tetapi juga tentang kehidupan sekarang dan di sini. Setiap pribadi memiliki tanggung jawab untuk hidupnya sendiri, dan sebagai gereja, kita juga memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan komunitas kita. Gereja harus menjadi komunitas yang saling menyelamatkan agar seluruh anggota komunitas orang percaya mendapatkan keselamatan dengan selalu bersiap menyambut kedatangan Tuhan dalam tiga dimensi tersebut.

Paulus ingin membangun komunitas orang percaya yang saling menopang satu sama lain dalam keselamatan. Surat Paulus kepada jemaat Filipi dibuka dengan doa dan ucapan syukur (Fil. 1:3-11), surat ini dibuka dengan sesuatu yang positif. Kata-kata positif diberikan Paulus kepada jemaat Filipi meskipun dia tahu bahwa keadaan jemaat Filipi tidak sebaik pembukaan yang memberikan harapan ini. Ada benih perpecahan (Fil. 4:2-3) dan pengaruh ajaran sesat yang membahayakan keutuhan jemaat. Paulus melihat ada potensi positif dalam jemaat Filipi yang perlu dikuatkan dengan doa dan kata-kata pendampingan yang membuat mereka percaya diri akan tugas panggilan mereka sebagai pewarta berita sukacita dan pribadi yang dipakai Allah untuk semua pekerjaan baik demi kemuliaan Allah. Bahkan Paulus bisa melihat sisi penderitaan jemaat Filipi saat dia di penjara. Untuk itu Paulus berpesan: di saat tersulit sekalipun, mereka telah dipakai Tuhan sebagai bagian dari pelayanan pemberitaan Injil yang besar. Karena itu, Jemaat Filipi perlu terus membangun dirinya menjadi komunitas yang saling menyelamatkan, dengan menjadi teladan hal baik bagi generasi yang lebih muda.

Yohanes Pembaptis berperan sebagai pewarta yang mempersiapkan kedatangan Sang Mesias dengan memberitakan pertobatan bagi umat Tuhan. Di sini Gereja juga perlu untuk menyerukan pertobatan yang mengubah kehidupan seseorang, tidak hanya pada masa pra paskah atau adven saja, tetapi juga dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Gereja harus menjadi kekuatan yang meratakan jalan bagi kedatangan Tuhan, bukan menggali kubangan bagi orang berdosa.

Gereja perlu menyadari perannya dengan baik, memperluas ruang pencegahan bagi orang berdosa melalui beragam pendampingan, penggembalaan, penguatan, pemberdayaan, dan pembinaan. Bukan memperluas ruang penanganan dengan menghindari pembiaran dan ketidakpedulian di balik kata, “Itu bukan urusan saya, itu masalah pribadi.” Beberapa tindakan nyata yang bisa dilakukan oleh gereja, antara lain:

  1. Jemaat-jemaat se-GKJW memperkuat P2A supaya anak-anak dapat didampingi, bertumbuh dengan sehat lahir batin, bertumbuh menjadi anak-anak Kristen yang bahagia dan memuliakan Tuhan dalam hidup mereka.
  2. Penguatan keluarga yang menjadi pewarta kabar baik, bagi keluarga dan lingkungan mereka, melalui pendampingan pancawisma yang di dalamnya ada Pemahaman Alkitab dan Parenting, agar terjadi pembaharuan dan perubahan tingkah laku dalam keluarga yang makin memuliakan Tuhan Yesus.

Penutup
Sebagai gereja, kita adalah komunitas yang saling menyelamatkan. Mari kita belajar dari lidi, ketika sebatang lidi sendirian, dia menjadi rapuh dan mudah patah, serta tidak memiliki daya pembersihan. Tetapi ketika lidi diikat menjadi satu, menjadi sapu lidi, maka lidi tersebut akan menjadi kuat dan mempunyai kemampuan untuk membersihkan. Masing-masing diri kita dalam gereja adalah saudara bagi yang lainnya. Kita memiliki tugas dan tanggung jawab mempersiapkan jalan kedatangan Tuhan bagi sesama kita. Karena itu, marilah kita membangun komunitas yang saling menyelamatkan. Kita sambut kedatangan Tuhan dengan penuh sukacita, tanpa rasa sakit seperti api yang memurnikan logam. Amin. [AM].

 

Pujian: KJ. 85  Kusongsong Bagaimana

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Kita sami lumebet ing masa Adven, ing pundi kita sami nyawisaken rawuhipun Gusti Yesus. Punapa lan kadospundi anggenipun kita nyawisaken minangka pribadi lan greja nyambeti rawuhipun Gusti Yesus?

Isi
Mapag rawuhipun Gusti punika kedah dipun cawisaken kanthi sae. Kadospundi kita badhe manggihaken rawuhipun Gusti ing gesang kita? Punapa ketingal nggegirisi kadosdene latunipun pembesot logam ingkang ngresiki mas lan salaka? (Mal. 3). Utawi saged ugi rawuhipun Gusti punika kadosdene jawah ing mangsa ketiga, ingkang paring katentreman, dados situasi ingkang dipun ajeng-ajeng tanpa nuwuhaken raos sakit lan nggegirisi. Kanggenipun tiyang ingkang ajrih asih dhumateng Gusti, rawuhipun Gusti punika dipun ajeng-ajeng, ananging kanggenipun tiyang duraka, rawuhipun Gusti punika saged nuwuhaken raos sakit awit uwal saking dosa ingkang ngemenaken lan dipun paringi pepeling punika mboten gampil dipun tampi awit kraos eman lan sakit bilih badhe uwal saking dosa. Dipun betahken usaha ingkang kiyat supados saged uwal saking tumindak dosa ingkang tansah nggodha. Rawuhipun Gusti kadosdene latu ing astanipun tukang emas.

Kangge tiyang ingkang ajrih asih dhumateng Gusti lan tiyang duraka, rawuhipun Gusti punika penting sanget, pramila mapag rawuhipun Gusti punika kedah dipun cawisaken kanthi sae. Wonten 3 prekawis bab rawuhipun Gusti:

  1. Mapag rawuhipun Gusti Yesus secara eskatologis, inggih punika ngrantos rawuhipun Gusti ing pungkasaning zaman.
  2. Mapag rawuhipun Gusti ing Gusti Yesus ing alam donya punika, ingkang tansah dipun kenang ing mangsa Adven punika.
  3. Mapag rawuhipun Gusti ing gesang padintenan samangke.

Amargi Gusti rawuh punika mboten namung bab mbenjang ananging ugi ing wekdal samangke, mila kedah dipun cawisaken kanthi sae. Saben tiyang nggadhah tanggel jawab tumrap gesangipun piyambak, ananging krana dados bagian saking greja, mila ugi nggadhah tanggel jawab tumrap komunitasipun. Greja kedahipun dados komunitas ingkang nylametaken supados sedaya anggota komunitas pikantuk kawilujengan saking Gusti, awit tansah cumadang mapag rawuhipun Gusti ing 3 dimensi kalawau.

Paulus punika salah satunggilipun penginjil ingkang mbangun komunitas tiyang pitados ingkang tansah guyub mbangun karahayon. Serat Paulus kangge pasamuwan Filipi dipun bikak kanthi pandonga lan saos sokur (Flp. 1:3-11). Serat Filipi punika dipun bikak kanthi bab ingkang positif ing pundi Paulus maringaken ukara-ukara positif senaosa mangertosi bilih wonten pasulayan ing Filipi (Flp. 4:2-3) lan ugi wonten pengaruh piwulang blasar ingkang mbebayani kangge kautuhaning pasamuwan. Paulus mirsani wonten potensi positif ing Pasamuwan Filipi ingkang kedah dipun kiyataken kanthi pandonga lan tembung-tembung pendampingan supados Pasamuwan Filipi punika dados Pede (percaya diri) tumrap timbalan dados tiyang pitados. Pawartos kabingahan lan pribadi ingkang dipun agem Gusti kagem sedaya pakaryan sae kagem kamulyan-Ipun. Malahan Paulus ugi saged nedahaken bilih senaosa wonten ing kawontenan ingkang ewet ing pakunjaran, piyambakipun taksih saged dipun agem Gusti dados pawartosipun kabar kabingahan. Mila, greja perlu terus ngupadi lan mbangun dhiri dados komunitas ingkang tansah nylametaken kanthi dados tuladha kangge generasi ingkang langkung timur.

Kados dene Yokanan Pambaptis ingkang dados pawartos nyawisaken rawuhipun Sang Masih kanthi mbabar pawartos pamratobat kangge umat. Mila, greja ugi kedah dados panggenan ingkang mbabar pawartos pamratobat ingkang saged ngribah gesangipun umat dados langkung sae. Mboten namung ing masa pra paskah utawi advent kemawon, taksih kathah kegiatan bab pawartos pamratobat ing gesang padintenan. Greja kedah dados kekiyatan ingkang nyawisaken margi ingkang sae kagem rawuhipun Gusti, mboten malah ndamel njeglongan kangge tiyang duraka.

Greja perlu nyadari peranipun kanthi sae. Kedahipun langkung katah kegiatan-kegiatan utawi program kangge pendampingan, penggembalaan, penguatan, pemberdayaan lan pembinaan kangge warga. Mboten malah mboten peduli dhumateng tiyang duraka kanthi ukara “punika sanes urusanipun gereja, punika urusanipun pribadi.” Conto kegiatan ingkang saged dipun tindakaken punika:

  1. Pasamuan sak GKJW perlu ngiyataken P2A supados anak-anak pasamuwan saged dipun dampingi kangge gesang sehat lair lan batinipun. Saged gesang dados anak-anak Kristen ingkang bingah lan ngluhuraken asmanipun Gusti.
  2. Penguatan brayat dados pawartos kabar kabingahan tumrap brayat lan lingkungan ingkang dipun tindakaken sarana pendampingan panca wisma, ingkang dipun isi kaliyan Pemahaman Alkitab (PA) lan ilmu parenting supados wonten pembaharuan gesang lan wonten perubahan tingkah laku ing salebeting brayat ingkang ngluhuraken asmanipun Gusti.

Panutup
Kita punika greja ingkang kedahipun dados komunitas ingkang sami nylametaken. Sumangga kita sinau saking sodho. Nalika namung setunggal, sodho punika gampil ceklek, lan mboten saged kangge ngresiki uwuh. Ananging nalika sodho punika dipun kempalaken dados sapu, punika nggadhahi kakiyatan kangge resik-resik. Kita punika dados sedherek ing pasamuwan, ingkang nggadhahi tanggel jawab nyawisaken rawuhipun Gusti kangge para umat. Kita punika komunitas ingkang sami nylametaken. Mila rawuhipun Gusti Yesus punika, mangga kita papag kanthi manah sukarena, mboten kanthi manah raos sakit kados dene latu ing astanipun tukang emas. Amin. [AM].

 

Pamuji: KPJ. 348 : 1, 2  Pasamuwan Kang Nyawiji

Renungan Harian

Renungan Harian Anak