GKJW Mewujudkan Perdamaian dan Keadilan Sosial sebagai Panggilan Iman Khotbah HUT Ke-93 GKJW, Rabu 11 Desember 2024

1 December 2024

HUT Ke-93 GKJW
Stola Putih

Bacaan 1: Yesaya 35 : 3 – 7
Mazmur: Mazmur 126 : 1 – 6
Bacaan 2: Lukas 7 : 18 – 30
Bacaan 3:

Tema Liturgis: GKJW Mewujudkan Perdamaian dan Keadilan Sosial sebagai Panggilan Iman
Tema Khotbah: GKJW Mewujudkan Perdamaian dan Keadilan Sosial sebagai Panggilan Iman

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yesaya 35 : 3 – 7
Kitab Yesaya, khususnya pasal 35 diawali dengan ungkapan “padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorai dan berbunga.” Kalimat tersebut menggambarkan bahwa secara harafiah, istilah padang gurun menunjuk pada suatu kondisi tanah yang tandus. Kita menduga bahwa padang gurun yang dimaksudkan adalah daerah-daerah yang dilalui oleh Bangsa Israel ketika mereka melakukan perjalanan dari tanah Mesir menuju ke tanah Kanaan. Padang kering juga merujuk pada tanah yang tandus atau dapat diartikan sebagai daerah di mana beberapa kota ada di daerah tersebut (Yes. 42:11).

Sedangkan padang belantara memiliki arti yang lebih luas. Akar katanya memiliki beberapa makna, antara lain “percampuran”, “pertukaran”, atau “menjadi kering”. Kemudian berkembang menjadi padang gurun. Biasanya dalam Perjanjian Lama, hal ini merujuk kepada daerah padang berumput di sekitar Laut Mati, khususnya di daerah Barat dan Selatan yang diakui oleh Yehuda sebagai milik mereka, namun daerah tersebut ternyata diduduki oleh Edom.

Keberadaan padang gurun, padang kering, padang belantara dipersonifikasikan dalam ungkapan “… akan bersorak-sorai dan berbunga”, menjadi kabar baik bagi bangsa Israel, sebuah kegirangan yang dinantikan. Ekspresi kebahagiaan itu diungkapkan dalam tiga kata yang berbeda dalam bahasa Ibrani, yaitu giyl/gul, gilyah/gilyat, dan ranan. Kata-kata tersebut dapat diterjemahkan dengan rejoice, joy, dan singing (kegirangan, kegembiraan, dan nyanyian). Hal Ini menunjukkan ekspresi sukacita akan kabar pemulihan yang akan terjadi pada bangsa pilihan Allah, Israel itu sangat semarak.

Kemudian muncullah kata Libanon. Istilah “Libanon” menunjuk pada suatu tempat yang dipenuhi dengan kemilau salju putih yang menutupi puncak-puncaknya selama enam bulan dalam setahun. Libanon memiliki hutan-hutan yang lebat, selain itu juga memiliki punggung gunung yang terdiri dari batu kapur yang menjadi sumber dari banyak mata air dan anak sungai yang mengalir dari Timur ke Barat. Pohon-pohon Aras yang kokoh dari Libanon menggambarkan kebesaran dan kekuatan. Libanon memiliki pohon Aras dan pohon campur jarum (berbagai jenis pohon Cemara) yang merupakan bahan bangunan kayu yang paling baik di Timur Dekat Kuno. Beberapa fakta tentang kekayaan Libanon yang telah disebutkan di atas nampaknya hendak menunjukkan bahwa Israel akan dipulihkan secara luar biasa oleh Tuhan.

Bahkan, pada bagian selanjutnya, dinyatakan bahwa Israel akan merasakan semarak Karmel dan Saron. Kata “semarak”, dalam bahasa Ibrani menggunakan kata hadar. Dalam ungkapan bahasa Inggris, yaitu magnificent, ornament atau splendors: – beauty, excellency, glorious, glory, honour, majesty. Dalam bahasa Indonesia kata-kata tersebut dapat diartikan kecemerlangan, perhiasan atau kemuliaan, yang mulia, kecantikan, keagungan, kejayaan, hormat, dan keagungan. Beberapa kata tersebut menunjukkan bahwa bangsa Israel akan mendapatkan kejayaan dan keagungan Karmel dan Saron. Kata Karmel berasal dari bahasa Ibrani yang memiliki arti ladang yang penuh dengan buah atau tanah subur. Sedangkan Saron mengarah pada Lembah Saron terkenal dengan bunga mawarnya yang indah dan menjadi taman bunga yang indah-permai di sepanjang pantai. Daerah ini menjadi daerah paling subur di Israel pada saat ini yang ditanami oleh tanaman semacam jeruk. Beberapa hal tersebut menunjukkan bahwa Allah akan memberikan pemulihan yang besar kepada Israel selepas hukuman yang Ia berikan kepada Israel karena ketidakpercayaan mereka kepada-Nya.

Pada bagian selanjutnya, dipaparkan seruan kepada orang-orang Yehuda/sisa Israel, agar mereka semua menguatkan tangan mereka yang sudah mulai lemah lesu dan mereka harus meneguhkan kaki lutut yang goyah. Hukuman yang diberikan oleh Allah kepada mereka sepertinya membuat semangat mereka menjadi patah dan seakan-akan mereka tidak lagi memiliki pengharapan akan pemulihan pada bangsa mereka. Bertahun-tahun mengalami masa pembuangan membuat bangsa Israel putus pengharapan kepada Allah.

Selain itu, nampak pula seruan kepada bangsa Israel untuk meneguhkan lutut mereka yang goyah. Hal ini menunjukkan agar mereka memerintahkan kepada orang-orang Israel lain yang sudah mulai lemah semangatnya dan mulai pudar keteguhan hatinya, untuk tidak lagi menjadi kecut hatinya, sebab Allah akan datang dengan pembalasan. Allah sendirilah yang akan melakukan pembalasan disertai dengan pertengkaran dengan musuh-Nya dan musuh umat-Nya. Tuhan akan menyatakan kuasa-Nya kepada bangsa Israel yang sempat meragukan kekuatan-Nya.

Saat Allah datang untuk menyelamatkan bangsa Israel dan memberikan kemenangan kepada mereka, maka pada saat itu mata orang-orang buta akan dicelikkan. Mata yang dimaksudkan nampaknya merupakan kiasan yang tengah menggambarkan mata rohani bangsa Israel yang selama ini tertutup dan seakan-akan mengalami kebutaan rohani dengan tidak dapat melihat kekuatan Allah mereka yang sangat sanggup untuk memberikan kemenangan kepada mereka atas musuh-musuh mereka.

Lukas 7 : 18 – 30
Menghadapi orang-orang sezaman-Nya, Tuhan Yesus mengibaratkan mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. Israel mencoba untuk mengatur kehendak Tuhan sesuai dengan keinginan mereka (Lukas 7:33-34) (TB) Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan.

Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: “Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.” Baik Yohanes Pembaptis maupun Tuhan Yesus adalah pernyataan Allah dalam rangka menyelamatkan dunia. Yohanes Pembaptis yang mempersiapkan jalan bagi Sang Mesias, dan Tuhan Yesus sebagai Mesias yang dinanti. Namun orang Israel ingin tanda keselamatan dari Tuhan sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Mereka (dan seringkali juga kita) lupa bahwa Allah punya rancangan-Nya sendiri bagi hidup ini. Oleh karena itu, Tuhan Yesus mengingatkan: “Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.” (Ay. 35). Selalu ada kesempatan untuk pertolongan Tuhan ketika mereka dan kita mau memahami dan menghayati hikmat dari Tuhan supaya kita benar-benar mengerti kehendak dan jalan-Nya bagi hidup kita.

Setelah ada 2 mujizat yang begitu besar, Alkitab mengatakan bahwa Yesus Kristus makin dikenal oleh banyak orang. Banyak orang memberitakan Dia, banyak orang mengenal Dia, banyak orang mendiskusikan Dia, banyak orang mulai bertanya, “Siapa Dia ini sebenarnya, mengapa Dia bisa mengerjakan semua hal yang luar biasa ini?”. Maka di antara mereka, dikatakan dalam ayat 17 dan 18, ternyata ada murid-murid Yohanes. Jadi murid-murid Yohanes sudah menyaksikan perkara-perkara yang sangat besar, Tuhan Yesus membangkitkan orang mati dan ini membuat mereka begitu kagum sehingga mereka kembali menyatakannya kepada Yohanes Pembaptis. Mereka menceritakan, “Orang itu luar biasa, Dia membangkitkan orang mati dan nama-Nya tersebar kemana-mana.”

Tetapi Yohanes Pembaptis berada dalam keadaan yang sedang dalam pergumulan. Ia di dalam penjara sedang menantikan kemungkinan kematian, dan ini adalah hal yang sangat menakutkan. Hal ini membuatnya ragu dan bertanya, “Kalau Mesias ini benar, mengapa tidak jalankan apa yang Tuhan nubuatkan?”, dan salah satu yang Tuhan nubuatkan adalah Mesias akan membebaskan orang dari tahanan. Ini semua adalah nubuatan Mesias yang sangat penting, seperti termuat di dalam Yesaya 35, 61: 1 dan Mazmur 16: 10, Tuhan mengirimkan Mesias untuk mengerjakan 4 tanda besar.

Tanda pertama, Dia akan mengambil semua kelemahan Israel, yaitu tidak lagi buta, tidak lagi tuli, tidak lagi lumpuh dan tidak lagi berada dalam penjara. Orang Israel di dalam pembuangan digambarkan sebagai bangsa yang buta, karena buta maka dibuang, karena tidak melihat anugerah Tuhan maka dibuang. Mereka juga disebut sebagai bangsa yang tuli, karena Tuhan berfirman tetapi mereka tidak mendengar, akhirnya Tuhan membuang mereka. Mereka juga disebut sebagai bangsa yang lumpuh karena di dalam pembuangan mereka sudah kehilangan kekuatan mereka. Mereka juga disebut sebagai bangsa dalam tahanan, karena mereka tidak lagi menjadi bebas di dalam tahanan di Babel. Itu sebabnya hal pertama yang dijanjikan adalah Mesias akan datang dan mengambil semua kelemahan Israel.

Kedua, Mesias akan menaklukkan seluruh bangsa kafir yang sekarang masih menaklukkan Israel. Israel bisa lepas kalau Mesias datang dan menghancurkan bangsa kafir. Kemudian yang ketiga, dikatakan dalam janji paling besar, Mesias akan membungkam semua musuh-Nya dengan menyatakan kuasa-Nya yang besar yang hampir sama seperti Allah. Kita tahu dalam penggenapannya bukan hanya hampir seperti Allah, tetapi Kristus menjalankan kuasa Allah sendiri. Mesias datang akan membungkam semua musuh dan mengalahkan semua musuh-Nya dengan kuasa yang mirip kuasa ilahi. Lalu keempat, dikatakan Mesias akan memulai pemerintahan mulai dari Yerusalem. Dia akan memulai kembali seluruh dunia yang ditandai dengan kembalinya Israel kepada Tuhan melalui mendirikan tahta di Yerusalem.

Termasuk Yohanes Pembaptis waktu dia menunjuk Yesus adalah Sang Mesias. Yohanes Pembaptis mengalami peristiwa yang sangat besar, dia harus ditangkap oleh Herodes dan di situ dia kembali memerintahkan murid-muridnya untuk bertemu Yesus. Kali ini dia memerintahkan murid-muridnya untuk bertemu Yesus, bukan untuk ikut Yesus tetapi untuk konfirmasi lagi, “Benarkah Engkau Mesias? Karena kalau Engkau Mesias, Engkau akan mengerjakan tanda pertama, membuat mata orang buta melihat, membuat mulut orang bisu berkata-kata, membuat telinga orang tuli mendengar, dan membuat orang dalam tahanan bisa bebas”. Siapa orang tahanan? Dalam contoh Israel, orang dalam tahanan adalah orang-orang benar di tengah-tengah Israel lalu ditangkap oleh Babel dan dibawa ke pembuangan. Ini orang-orang yang tidak punya salah, mereka menyembah Tuhan dengan setia, mereka mengikuti Firman Tuhan, tetapi mengapa ikut dibuang? Tuhan menjanjikan kepada mereka, “Tuhan akan bebaskan kamu yang tidak bersalah dari penjara”, inilah yang Yohanes Pembaptis tuntut.

Mata orang buta dicelikkan, telinga orang tuli dibuat mendengar, orang lumpuh bisa berjalan. Itu semua adalah hal luar biasa. Tetapi kapan orang tahanan ini bisa dibebaskan dari penjara? Ini yang dinantikan dan dia mendesak Yesus “kalau Engkau Mesias, cepat bebaskan”, dengan mengutus 2 orang murid. Ada juga penafsir yang mengatakan Yohanes tidak ragu tetapi murid yang ragu, tetapi teks ini mengatakan murid justru tidak mungkin ragu karena mereka baru pulang dari menyaksikan Yesus membangkitkan orang mati. Ini berita yang menghebohkan yang mereka bawa, tetapi Yohanes minta konfirmasi lagi, “Kalau Engkau sudah kerjakan tanda-tanda sedemikian banyak, mengapa membebaskan orang yang di penjara ini, orang benar yang tidak salah ini, mengapa belum juga dilakukan?”.

Yohanes Pembaptis berada di dalam penjara karena satu pekerjaan yang dia harus kerjakan, yaitu dia harus berkhotbah untuk menegur kejahatan, dan kejahatan yang ditegur adalah kejahatan dari seorang pemimpin bernama Herodes. Herodes adalah anak dari Herodes Agung, di mana Herodes Agung adalah anak dari seorang bernama Antipater. Antipater adalah seorang yang sangat berbakat memimpin dari daerah Edom. Edom tidak termasuk daerah Israel sebelum zaman Alexander Janeus. Alexander Janeus adalah seorang pemimpin dari dinasti Hasmonean, dinasti ini adalah dinasti pertama sejak Israel dibuang, yang bisa memerintah Israel dan mereka adalah orang Israel.

Setelah mereka menjadi dinasti penguasa, muncul penguasa bernama Alexander Janeus. Alexander Janeus menjadi penguasa di Israel, lalu memperluas daerah Israel, dia taklukkan Edom lalu dia paksa seluruh laki-laki di Edom mesti sunat. Seluruh Edom dijadikan wilayah Israel. Sejak Alexander Janeus, orang Edom disebut orang Israel, meskipun bukan asli, mereka dianggap budak dan orang taklukan dari Israel. Tetapi kemudian muncul pada abad 1 SM seorang bernama Antipater, orang jenius luar biasa dan dia sangat pintar menjalin relasi termasuk dengan Roma. Lalu sampai ketika dia harus diusir karena serangan perang yang besar dari orang-orang Dinasti Hasmonean dengan orang-orang dari Mesopotamia, akhirnya keluarga Antipater pergi ke Roma dan waktu itu kekuasaan dari Hasmonean habis.

Ketika kekuasaan Hasmonean berlalu, Roma mengingat anak dari Antipater bernama Herodes Agung. Maka Herodes Agung diangkat menjadi penguasa besar, menjadi orang yang bertahta di wilayah itu. Inilah kerajaan Herodes, kerajaan yang rusak, banyak kekacauan dan kegilaan terjadi. Seolah-olah Tuhan tunjukkan ini yang terjadi ketika kerajaan itu muncul dengan kelicikan, kefasikan, dan penentangan kepada Tuhan.

Setelah Herodes Agung mati, 3 anaknya bagi wilayah Israel, tetapi yang paling brilian, paling licik, dan yang paling pintar dari semua adalah Antipas. Maka Antipas pergi menghadap Roma, lalu mengatakan “saya menjadi raja, 2 orang saudara saya menjadi seperti caretaker dan saya pastikan loyalitas Israel untuk Roma”, maka dia diberikan kuasa sebagai raja sedangkan kedua saudaranya tidak. Maka kuasa dia lebih besar dari pada kuasa saudara yang lain. Dan waktu dia hidup, dia hidup sezaman dengan Yohanes Pembaptis ketika sedang melayani.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Ada dua sudut pandang yang dapat diterapkan atas bacaan hari ini. Pertama, kita bisa melihatnya dalam hubungan antara Tuhan dengan diri kita. Tuhan memahami kondisi kita yang lemah lesu dan goyah. la bersedia menguatkan tangan kita yang lemah lesu dan meneguhkan lutut kita yang goyah. Demikianlah Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita sendirian dalam menghadapi masalah. Menanggapi firman Tuhan ini, sepatutnya kita belajar untuk menyerahkan segala pergumulan kita kepada Tuhan dalam doa berdasarkan iman kepada-Nya.

Kedua, kita melihatnya dalam hubungan antara kita sebagai anak-anak Tuhan dengan sesama. Ketika Tuhan menguatkan hidup kita, maka seharusnya kitapun dapat menguatkan hidup orang lain. Sebab, permasalahan dan pergumulan bukan hanya menjadi milik kita, tetapi juga bisa menjadi bagian dari hidup mereka. Karena itu, Firman Tuhan mengingatkan kita agar memiliki perhatian dan kesediaan untuk menolong sesama yang bergumul dan menderita.

Isi
Penderitaan seringkali menjadikan kita terpuruk dan merasa tak berdaya. Seakan tiada daya untuk menjalankan hidup. Keadaan yang tak berdaya itu juga dialami oleh umat Israel di zaman nabi Yesaya. Mereka merasa terpuruk karena berada di bawah kekuasaan bangsa lain. Namun, Tuhan tidak membiarkan umat-Nya terpuruk dan terus tak bergairah untuk hidup. Keberadaan padang gurun, padang kering, padang belantara dipersonifikasikan dalam ungkapan “…akan bersorak-sorai dan berbunga”, menjadi kabar baik bagi bangsa Israel, sebuah kegirangan yang amat dinantikan. Ekspresi kebahagiaan itu bahkan diungkapkan dalam tiga kata yang berbeda dalam bahasa Ibrani, yaitu giyl/gul, gilyah/gilyat, dan ranan. Kata-kata tersebut dapat diterjemahkan dengan rejoice, joy, dan singing (kegirangan, kegembiraan, dan nyanyian). Hal Ini menunjukkan bahwa ekspresi sukacita akan kabar pemulihan yang akan terjadi pada bangsa pilihan Allah, Israel itu sangat semarak. Tuhan menjadi sumber pertolongan dan kekuatan bagi umat-Nya, Israel, dan Tuhanlah yang memulihkan mereka.
Bacaan Injil hari ini menandaskan perihal Tuhan Yesus mau kembali mengangkat Yohanes Pembaptis, Tuhan memberikan anugerah untuk berkhotbah mempersiapkan Kristus datang, dan dia sendiri bertemu dengan Kristus. Itu sebabnya orang ini tidak mungkin Tuhan buang, tidak mungkin Tuhan membiarkan di dalam keraguan. Apakah keraguan baik? Tidak tentu, keraguan seperti apa yang baik? Jawaban yang diberikan mesti gabungan antara teguran dan penghiburan. Bagaimana cara Tuhan menegur dan menghibur Yohanes Pembaptis?

Jawaban Tuhan Yesus yang mengutip Yesaya 35, 61 dan Mazmur 16 ini luar biasa, ketika murid-murid Yohanes tanya, “Benarkah Engkau itu?”, Tuhan katakan, “Katakan kepada Yohanes, orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberikan kabar baik.” Tetapi di dalam Yesaya mau pun selain hal-hal yang dilakukan Tuhan Yesus, juga ada tambahan satu, yaitu Tuhan akan membebaskan orang tahanan dari penjara. Jadi inilah hal penting yang dituntut Yohanes, “Bukankah Mesias membebaskan orang dari penjara, mengapa aku masih dipenjara, mengapa Herodes belum dihakimi, mengapa orang benar dikurung, sedangkan raja fasik bertahta?”.

Ini yang disebut dalam teologia sebagai teodise, yaitu memberikan penjelasan mengapa Tuhan yang begitu baik dan berkuasa mengijinkan orang jahat bertahan, sedangkan orang baik ditindas. Ini pertanyaan teodise Yohanes Pembaptis, “Benarkah Engkau Mesias? Hancurkan kejahatan. Benarkah Engkau Mesias? Lepaskan aku dari penjara. Benarkah Engkau Mesias? Hancurkan raja fasik seperti Herodes Antipas”. Tetapi mengapa belum juga dilakukan?

Jadi Yohanes Pembaptis mempertanyakan hal ini. Lalu Tuhan Yesus mengganti yang membebaskan orang tahanan dengan membangkitkan orang mati. Membebaskan orang tahanan dengan membangkitkan orang mati, lebih mudah mana? Membebaskan orang dari tahanan. Di dalam keadaan Yohanes yang begitu sengsara, begitu penuh dengan ketakutan, penuh kegelisahan dan kegentaran, dia bertanya kepada Tuhan Yesus, “Benar Engkau yang akan datang itu, benarkah Engkau yang akan menghancurkan kejahatan, benarkah Engkau akan membebaskan orang-orang dari dalam tahanan?”. Seolah-olah Tuhan Yesus mengatakan, “Aku tidak membebaskan kamu”. Tetapi Tuhan menggantinya dengan mengatakan, “Aku tidak membebaskan kamu dari penjara, tapi Aku membangkitkan umat-Ku yang mati, memberikan kepada mereka kehidupan”. Hal ini menjadi sesuatu yang menghibur Yohanes Pembaptis. Jadi murid-murid membawa berita ini lalu mengatakan, “Tuhan tidak hendak membebaskan kamu, tetapi Tuhan membangkitkan orang mati.” Yohanes Pembaptis paham benar, bahwa tanda ini lebih besar, dan lebih berguna bagi umat Tuhan dari pada sekedar dia lepas dari penjara.

Di sini Yohanes Pembaptis belajar bahwa tanda Allah berkuasa, tidak harus kita alami pribadi, tetapi dialami seluruh umat Tuhan. Itu jauh lebih besar dari apa yang kita alami secara pribadi. Saudara mengalami anugerah Tuhan bagi diri, tetap kalah besar dibandingkan mengalami anugerah Tuhan bagi umat-Nya. Mari kita jauhkan pikiran yang egois, jangan berpusat kepada diri sendiri. Allah kita bukan Allah yang self-centered, Allah tidak pernah hanya berfokus ke diri.

Jangan jadi sesuatu yang bukan dari Allah. Sebab Tuhan berkuasa dan itu menjadi tanda yang Dia nyatakan, bukan kepadamu tetapi kepada umat Tuhan. Maka ketika kita sadari Tuhan baik bagi umat-Nya, di situ kita semakin menyadari bahwa Tuhan juga baik untuk kita. Tapi kalau kita hanya tahu Tuhan baik untuk saya, ada saat kita kecewa dan kita tidak bisa melihat Tuhan baik dalam banyak hal lainnya.

Penutup
Hari ini, 11 Desember 2024 kita tengah mensyukuri berkat Tuhan atas ulang tahun ke-93 Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW). Konteks pertumbuhan GKJW pada awalnya terutama dalam sosial masyarakat desa. Penerimaan Injil oleh orang-orang desa adalah penerimaan seutuhnya lahir batin. Demikian juga dengan Pasamuwan-pasamuwan Kristen Djawi ing Tanah Djawi Wetan, kemandiriannya adalah kemandirian cara desa, di mana hubungan-hubungan secara alamiah terjalin di antara satu dengan yang lainnya. Dalam konteks seperti itulah pemahaman Injil dihayati oleh orang-orang Jawa di Jawa Timur. Apa yang terjadi tersebut dapat dikatakan sebagai wujud dari kontekstualisasi Injil yang mengakar dalam kehidupan keberagamaan orang Kristen Jawa pada waktu itu.

Berdirinya Greja Kristen Jawi Wetan mempunyai kekhasannya tersendiri yang tidak dimiliki oleh gereja-gereja lain. Hal tersebut dikemukakan oleh Handoyomarno Sir dalam seri “Benih yang Tumbuh” Nomor 7, yang memberikan gambaran secara umum dan superfisial khusus tentang Greja Kristen Jawi Wetan. Buku, yang didasarkan pada penelitian tahun 1973-1974 ini, antara lain menyatakan bahwa di antara gereja-gereja yang tersebar di kepulauan Nusantara, pola bertumbuh dan berkembangnya GKJW memiliki keunikannya tersendiri. Proses pertumbuhan dan perkembangan itu disebut sebagai proses alamiah.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 1981, diterbitkan buku “Tumbuh, Dewasa, Bertanggungjawab, Suatu Studi Mengenai Pertumbuhan Greja Kristen Jawi Wetan Menuju Kedewasaan dan Kemerdekaan 1835-1935”. Buku tersebut merupakan terjemahan buku yang ditulis oleh C. W. Nortier pada tahun 1939 dengan judul “Van Zendingsarbeid tot zelfsandige kerk in Oost-Java”. Ada dua pokok yang menonjol di dalam buku ini, yaitu pokok kemandirian GKJW dan pokok pekabaran Injil yang relevan. Sekalipun dalam buku tersebut dikemukakan adanya kecenderungan orang Jawa untuk bersikap pasif, namun kenyataannya kecenderungan itu dapat dikalahkan oleh tekad mandiri dari kelompok orang-orang Kristen Jawa itu sendiri. Tekad berdikari yang muncul dari orang-orang Jawa Kristen pada waktu itu, nampaknya tidak serta merta oleh faktor dari dalam diri mereka sendiri saja. Ada faktor-faktor yang muncul dari luar lingkup hidup rohani, yaitu aspek sosial, ekonomi, bahkan politik yang terjadi dan berpengaruh terhadap tumbuhnya tekad untuk berdikari itu.

Hal itu nampak misalnya, melalui bergulirnya wacana-wacana yang berkembang melalui media informasi yang ada pada waktu itu. Sebagai contoh, sebuah opini yang menguraikan tentang “kemadjenganing pasamoean Kristen Jawi” [kemajuan orang-orang Kristen Jawa (=terj. oleh penulis)] termuat dalam surat kabar yang terbit pada 1 Maret 1927 demikian:

“Woedjoeding kemadjengan poenika warni-warni, ananging pangangkah koela badhe ngraosaken bab “kemadjenganing pasamoean Kristen Djawi”. Ewa samanten soewawi sami niti pariksa klajan nastiti ing antawisipoen pasamoean Kristen Djawi taksih dereng nama madjeng samestenipun, manoet ingering djaman. Ringkes pawartos-pawartos lelampahan ing sanes panggenan saged anenangi dateng kawaspadan lan kaprajitnanipoen saderek Kristen ingkang waoenipoen ngetja-etja, katoengkoel dateng sarira pijambak. Saha oegi dados panggoegah dateng ingkang pinatah anoentoen para pasamoean; sebab sinten ingkang dados panoentoen, kedah langkoeng-langkoeng gadah kaprajitnan lan waspada ing lampah.”

[“Bentuk kemajuan itu beraneka ragam, tetapi yang penulis maksudkan adalah berkenaan dengan ‘kemajuan jemaat Kristen Jawa’. Oleh karena itu marilah masing-masing memeriksa diri dengan seksama, bahwa ternyata jemaat-jemaat Kristen Jawa belum peka terhadap kemajuan zamannya. Jemaat Kristen Jawa tidak cukup jika hanya berdiam diri, tetapi harus bersikap tanggap terhadap situasi zaman, terlebih lagi menjadi pemacu semangat, menjadi pemandu bagi perkembangan dan kemajuan, harus memiliki sikap waspada dan teliti dalam mencermati zaman (=terj. oleh penulis)].

Pokok pikiran yang hendak dikemukakan melalui opini tersebut adalah adanya keinginan dari orang-orang Kristen Jawa untuk mengalami kemajuan dalam segala bidang kehidupan seiring dengan zaman yang terus berubah. Kemajuan yang dimaksud ada kena-mengenanya dengan aspek kemandirian sebagai “bangsa Jawa”, dalam hal ini orang Kristen Jawa.

Bahkan dorongan untuk maju itu juga atas pengaruh dari warga masyarakat yang beragama lain, Islam dalam hal ini. Dikatakan bahwa;

“Jen pasamoean Kristen mboten soemerep pawartos bab pergerakanipoen saderek Islam anggenipoen njantosakaken agamenipoen serana adamel gegoejoeban ingkang ageng, oepami Moehamadijah, Persatoean Sarekat Islam, l.s.s. lan enget malih wadjibing Kristen, kados ingkang kadawoehaken dening Goesti. Temah moeroegaken tijang Kristen toemoet loemampah amersoedi kemadjengan ing rehipoen Goesti”.

[Jika jemaat Kristen tidak mengetahui berita tentang pergerakan saudara Islam dalam memperkuat agamanya dengan membentuk organisasi besar, semisal Muhammadiyah, Sarekat Islam, dll. Kemudian mengingat kembali akan panggilan Kristen, seperti yang difirmankan Tuhan. Supaya orang Kristen tergerak pula untuk mewujudkan kemajuan di dalam Tuhan (=terj. oleh penulis)].

Kita tahu bahwa perjalanan panjang Greja Kristen Jawi Wetan dalam mewartakan kabar kebaikan bagi dunia, khususnya di bumi Jawa Timur ini telah sampai di usia 93 tahun pada tahun 2024 ini. Tentu semua di antara kita berperan menjadi saksi mata dan pelaku sejarah bagaimana keberadaan GKJW dalam berhadapan dengan situasi jatuh-bangun dan suka-dukanya, entah berapapun usia kita saat ini. Dalam setiap peringatan hari ulang tahunnya pun seringkali disampaikan secara terus-menerus, bagaimana GKJW atas pertolongan dan penyertaan Allah dapat bertahan ketika berhadapan dengan segala tantangan zaman yang menjadi konteksnya.
Sikap yang ditunjukkan oleh Yohanes Pembaptis yang mengharapkan pekerjaan Mesias sesuai dengan harapannya sendiri, mengukur, dan membandingkan situasi yang sedang dihadapi oleh orang lain menggunakan pengalaman dan subyektifitasnya sendiri, tentu bukanlah sikap yang dikehendaki oleh Tuhan. Maka sama seperti nasihat Tuhan Yesus kepada Yohanes Pembaptis, kita pun diminta supaya tidak kecewa kemudian menolak pekerjaan Sang Kristus dalam tubuh GKJW meskipun seringkali kita diperhadapkan kepada proses yang tidak mudah untuk dilewati. Jika dalam banyak hal para pendahulu kita bersedia dipakai oleh Tuhan untuk menjadi rekan sekerja Allah, menyambut dengan gembira ajakan-Nya, sebagai nampak dalam kesaksian mereka pada masa awal GKJW dalam perintisan dan pembentukannya, hingga saat ini.

Maka sudah seharusnyalah kita bersyukur atas penyertaan Allah pada GKJW ini. Perjalanan GKJW di masa lalu barangkali memang berat, tetapi bukan berarti bahwa pada masa kini lebih mudah. Tentang masa depan GKJW kita juga tidak tahu, apakah akan jauh lebih mudah ataukah akan menghadapi tantangan serta pergumulan. Namun marilah kita percaya, bahwa sekalipun pergumulan itu mungkin akan terjadi di GKJW, Tuhan akan senantiasa ada dalam setiap pergumulan kita dan memberi kita pemulihan.

Maka dalam rangka menghayati hari Ulang Tahun ke-93 di tahun 2024 ini, GKJW yang bersamaan dengan peringatan masa Adven yang ke-3, marilah kita sama-sama menghayati peran dan panggilan kita masing-masing sebagai bagian dari GKJW yang dipanggil untuk menyatakan karya kebaikan Allah bagi dunia. Jika Tuhan mengijinkan pergumulan itu terjadi dalam hidup kita, maka marilah kita tetap percaya bahwa Tuhan pun juga akan memberikan pemulihan bagi kita. Selamat Ulang Tahun Greja Kristen Jawi Wetan, Tuhan Yesus Sang Kepala Gereja senantiasa melimpahkan berkat penyertaan-Nya. Amin. [AS].

 

Pujian: PKJ. 105 : 1, 3  Gereja Bagai Bahtera

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Wonten kalih prekawis ingkang saged kita petik minangka piwucal lumantar waosan kita dinten punika. Sepisan, kita sami kasagedaken ningali sesambetan kita wonten ing ngarsanipun Gusti. Nalika kita nandhang papa, ringkih tanpa daya, ing ngriku kita saged hangraosaken kadospundi panguwaosipun Gusti ingkang tumelung asta paring pitulungan tumrap kita. Ingkang angka kalih, minangka para abdi timbalanipun Gusti, kita ugi pinaringan pangatag supados gesang kita sumadya sabiyantu tumrap sesamining ngagesang, jer gesang kita sageda nyunaraken kamulyanipun Gusti.

Isi
Panandhang salebeting ngagesang rupinipun asring ndadosaken kawontenaning gesang kita ketingal ringkih saha sekeng. Kados dene bangsa Israel ingkang saweg kawengku dening negari ngesanes nalika zamanipun nabi Yesaya. Bangsa Israel rumaos bilih gesangipun tanpa daya. Satengahing kawontenan punika, Gusti mboten nate mendel. Gusti rumeksa, paring margining luwar. Gegambaranipun nyata kados dene ingkang dipun ngendikakaken dening Yesaya, “Sing padha tatag, aja padha wedi! Lah Allahmu bakal rawuh arep paring piwales lan ganjaraning Allah.” (Yes. 35:5).

Lah mekaten ugi waosan Injil dinten punika, paring pangenget kados pundi Gusti dhawuh, “Ing wektu iku mripate para wong wuta bakal padha kaelekake, lan kupinge para wong budheg bakal padha kabukak.” Dahwuhipun Gusti ingkang kapetik saking Yesaya punika paring pangenget bilih para abdi timbalanipun Gusti mboten badhe dipun lirwakaken dening Gusti. Kosok-wangsulipun, Gusti badhe mitulungi saha paring pangentasan.
Salebeting pamawas teologia, bab punika asring dipun sebut minangka “teodise”. Gusti ingkang kagungan pangwaos kados-kados namung mendel kemawon, mboten tumindak salebeting kawontenan ingkang mboten adil.
Ing ngriki Yohanes Pambaptis pinaringan piwucal bilih sampun ngantos menawi mbujeng punapa ingkang sae lan prayogi namung miturut panimbangipun piyambak. Kados dene Gusti paring tuladha, bilih Gusti mboten nate ndadosaken samukawis sacara self-centered, kosokwangsulipun, Gusti ingkang tansah ngengeti dhateng para titahipun. Bab punika ugi saged ndadosaken piwucal tumrap kita para abdi timbalanipun, sinambi ngemataken bilih panganthinipun Gusti punika elok tumrap para kagunanipun.

Panutup
Dinten punika, 11 Desember 2024, kita nyaosaken panuwun sokur awit saking berkahipun, kita minangka Greja Kristen Jawi Wetan binerkahan tanggap warsa ingkang kaping 93/2024. Kita ngengeti menggah tuwuh lan kembang mekaripun GKJW punika dipun wiwiti nalika Pasamuwan-pasamuwan Kristen Djawi ing Tanah Djawi Wetan, ngugemi saha pitados bilih pakaryanipun Gusti ingkang tansah sumrambah. Sawetawis wekdal dangunipun, niyat kasedyan ingkang tumuju katetepan berdikari, ugi ketingal saking seratan ingkang saged kita petik kados mekaten:

“Woedjoeding kemadjengan poenika warni-warni, ananging pangangkah koela badhe ngraosaken bab “kemadjenganing pasamoean Kristen Djawi”. Ewa samanten soewawi sami niti pariksa klajan nastiti ing antawisipoen pasamoean Kristen Djawi taksih dereng nama madjeng samestenipun, manoet ingering djaman. Ringkes pawartos-pawartos lelampahan ing sanes panggenan saged anenangi dateng kawaspadan lan kaprajitnanipoen saderek Kristen ingkang waoenipoen ngetja-etja, katoengkoel dateng sarira pijambak. Saha oegi dados panggoegah dateng ingkang pinatah anoentoen para pasamoean; sebab sinten ingkang dados panoentoen, kedah langkoeng-langkoeng gadah kaprajitnan lan waspada ing lampah.”

Lumantar andharan ing nginggil, kados ta pundi kawontenanipun, bab kemajenganing Pasamuwan punika dados tanggel jawabipun para pitados. Pangatag sanes ugi saged kita tampi saking andharan ingkang ngengetaken kita sami, antawisipun;

“Jen pasamoean Kristen mboten soemerep pawartos bab pergerakanipoen saderek Islam anggenipoen njantosakaken agamenipoen serana adamel gegoejoeban ingkang ageng, oepami Moehamadijah, Persatoean Sarekat Islam, l.s.s. lan enget malih wadjibing Kristen, kados ingkang kadawoehaken dening Goesti. Temah moeroegaken tijang Kristen toemoet loemampah amersoedi kemadjengan ing rehipoen Goesti”.

Pramila saking punika, minangka hangraos-raosaken peranganing berkahipun Gusti lumantar tanggap warsa ingkang kaping 93 salebeting warsa 2024, ingkang ugi sinarengan wekdal Masa Adven, sumangga kita sami manunggilaken manah, sami dene makarya minangka pirantos ingkang kaagem dening Gusti. Tansah pitados bilih panganthinipun Gusti nyampurnakaken pangupadi kita murih kawontenan kita sansaya mindhak santosa, mujudaken pambanguning GKJW sangsaya prayogi.

Sugeng Tanggap Warsa Greja Kristen Jawi Wetan, Gusti Yesus, Sesirahing Pasamuwan tansah paring lubering barkah. Amin. [AS].

 

Pamuji: KPJ. 338 : 1, 2  Greja Prasasat Baita

 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak