Tuhan Yang Memulihkan Khotbah Minggu 1 Desember 2024

18 November 2024

Minggu Adven 1
PK. Masa Natal | Stola Putih

Bacaan 1: Yeremia 33 : 14 – 16
Mazmur: Mazmur 25 : 1 – 10
Bacaan 2: 1 Tesalonika 3 : 9 – 13
Bacaan 3: Lukas 21 : 25 – 36

Tema Liturgis: GKJW Menjadi Ruang Pemulihan dan Pembiasaan Nilai
Tema Khotbah: Tuhan Yang Memulihkan

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yeremia 33 : 14 – 16
Oleh para ahli Kitab Suci Yeremia 31-33, termasuk Yeremia 33:14-16 di dalamnya, disebut sebagai “Kitab Penghiburan”. Disebut demikian karena Yeremia 31-33 berisi penghiburan untuk menguatkan umat Allah yang telah dihancur-leburkan kehidupan politik dan spiritualnya. Secara politik, negeri mereka Yehuda dengan Yerusalem sebagai ibu kota lengkap dengan Bait Sucinya telah dihancurkan oleh Kerajaan Babilonia sekitar tahun 587 SM. Akibatnya, mereka harus hidup sebagai bangsa yang terjajah dan terbuang, sebagian besar terbuang di tanah Babel. Secara spiritualitas, mereka merasa bahwa Allah telah benar-benar meninggalkan mereka, Bait Suci sebagai simbol kehadiran Allahpun telah hancur tak tersisa. Singkatnya, mereka sudah berada pada titik nadir keputus-asaan, tidak ada cahaya, dan harapan sama sekali. Dan merekapun bertanya, “Dimana Allah dengan janji-janji-Nya itu?”. Dalam konteks seperti inilah Yeremia menghibur mereka dan mengatakan bahwa Allah tetap ada, Allah akan menepati janji-Nya, bahkan Yerusalem yang hancur itu akan dipulihkan. Yerusalem akan dipenuhi dengan keadilan dan kebenaran. Oleh karena itu, mereka akan dipanggil: Tuhan keadilan kita. Tentu bagi Yeremia keadilan itu bukan konsep yang abstrak tetapi sebuah tindakan konkrit sehari- hari. Ketika kita tidak meninggalkan Allah, ketika kita peduli kepada anak yatim piatu, janda miskin, kaum papa dan tertindas lainnya, itulah keadilan dan kebenaran (Yer. 7:1-7).

1 Tesalonika 3 : 9 – 13
Jemaat Tesalonika adalah jemaat muda yang sedang bertumbuh di kota metropolitan Tesalonika, dan jemaat ini adalah buah penginjilan Rasul Paulus. Warganya kebanyakan dari orang-orang Yunani dan Romawi. Meskipun demikian jemaat Tesalonika tidak dalam keadaan baik-baik saja. Karena banyak orang yang tidak suka dengan keberadaan jemaat ini. Tak jarang mereka juga mengalami tekanan bahkan penyiksaan secara fisik karena iman mereka (Kis. 17). Selain itu, banyak pertanyaan teologis yang perlu mendapat jawaban secara lugas dan tepat, misalnya: ”Mengapa kedatangan Tuhan yang kedua belum terjadi, bukankah Dia telah mengatakan untuk segera datang kembali?” Dalam situasi seperti ini, Timotius sebagai seorang utusan Rasul Paulus, datang untuk mendampingi mereka, menguatkan mereka, dan mengajar mereka, sehingga mereka merasa dipulihkan kembali untuk selalu siap menyambut kedatangan Tuhan, kapanpun itu terjadi. Sebaliknya, Rasul Paulus juga merasa terhibur dan dikuatkan setelah mendengar berita dari Timotius bahwa Jemaat Tesalonika tetap berpegang pada imannya yang teguh meski banyak rintangan yang dihadapi. Ini nampak dari pernyataan Rasul Paulus yang tertulis pada ayat 7, “maka kami juga, saudara-saudara, dalam segala kesesakan dan kesukaran kami menjadi terhibur oleh kamu dan oleh imanmu.”

Lukas 21 : 25 – 36
Lukas 21:25-36 merupakan wejangan Tuhan Yesus tentang kedatangan-Nya yang kedua. Ini tentu saja, untuk menjawab keraguan jemaat pada waktu itu. Mereka selalu bertanya, ”Benarkah Tuhan akan datang yang kedua kali seperti yang dijanjikan? Kalau memang benar mengapa hari itu tidak segera menjadi kenyataan?” Bagi Lukas, hari itu pasti akan datang tanpa tanda-tanda apapun. Oleh karena itu, tidak ada seorangpun yang tahu kapan itu terjadi (Luk. 17:20-36), yang terpenting adalah selalu mempersiapkan diri dan waspada kapanpun Tuhan datang kita siap menyambut-Nya (Luk. 21:36). Jadi meskipun peristiwa datangnya hari itu akan dibarengi dengan kekacauan kosmik yang luar biasa, kuasa-kuasa langit tergoncang, bangsa-bangsa ketakutan dan cemas, bahkan banyak yang mati karena cemas dan takut, kita tidak perlu takut. Karena di tengah-tengah luka, pedih, dan kekacauan seekstrim apapun Tuhan selalu ada di sana. Dalam konteks seperti inilah dalam ayat 28 dikatakan: “Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatmu sudah dekat.”

Benang Merah Tiga Bacaan:
Ketiga bacaan kita hendak berbicara tentang janji Allah akan masa pemulihan bagi umat Allah dan pengharapan untuk terus bertekun dalam penantian akan masa pemulihan itu. Bacaan 1, Yesaya menubuatkan akan pemulihan Israel setelah mereka menerima hukuman dan hidup di Babel. Akan datang masanya mereka kembali ke Yerusalem. Bacaan 2, Rasul Paulus melalui Timotius menguatkan Jemaat Tesalonika agar tetap memiliki pengharapan akan kedatangan Kristus dan senantiasa memiliki keteguhan iman dalam menghadapi tantangan sebagai pengikut Kristus. Mereka yang lemah iman dikuatkan dan dipulihkan kembali untuk setia kepada Kristus. Bacaan 3, Tuhan Yesus sendirilah yang meneguhkan para murid-Nya akan hari kedatangan Tuhan. Mereka disiapkan untuk tidak khawatir, senantiasa percaya, berjaga-jaga dan tetap melakukan tugas pewartaan Injil. Mereka diingatkan agar tidak ragu-ragu dan tidak takut, tetapi kuat dalam menghadapi segala peristiwa buruk yang akan terjadi menjelang kedatangan Tuhan kedua kali.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Seringkali kita mendengar khotbah yang begitu indah, menghibur, dan menguatkan. Katanya: “Percaya saja kepada Tuhan Yesus maka semuanya akan beres, semuanya akan oke dan baik-baik saja!” Terdengar indah memang, tetapi ternyata tidak sesuai dengan kenyataan sehari-hari. Dalam kenyataannya ternyata banyak juga orang saleh dan teguh dalam iman, hidupnya tidak baik-baik saja. Di antara mereka ada yang sakit tidak sembuh-sembuh, ada yang mengalami kegagalan dalam usahanya, ada yang kecewa dan terluka karena dikhianati sanak saudaranya, dan masih banyak lagi luka dan derita yang dialami mereka. Lihatlah, kurang baik apa rasul Paulus dan jemaat di Tesalonika dalam memegang imannya, mereka juga mengalami situasi kondisi yang tidak mereka inginkan.

Isi
Meskipun demikian kita harus ingat bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya dalam situasi dan kondisi apapun. Banyak kisah tentang hal ini dalam Kitab Suci. Misalnya, kisah perjalanan hidup Yusuf. Yusuf diperlakukan tidak adil oleh saudara-saudaranya, dia dijual sebagai budak ke negeri Mesir. Tentu dia kecewa, terluka, dan menderita. Secara manusiawi dia sudah tidak mempunyai harapan apa-apa, tetapi ternyata melalui kisah Yusuf yang penuh dengan kepahitan, luka, dan kecewa ini, Tuhan sedang bekerja untuk mewujudkan karya-Nya yang lebih besar lagi. Yusuf yang bukan siapa-siapa menjadi penguasa nomor dua di negeri Mesir. Dan pada akhirnya, Yusuflah yang menjadi penolong ayah dan saudara-saudaranya ketika di tanah Israel mengalami bencana kelaparan. Demikian halnya kisah Rut dan Naomi, dalam kitab Rut kita tahu betapa pahit dan menderitanya hidup mereka sehingga Naomi tidak mau lagi disebut Naomi (yang manis) tetapi dipanggil Mara (yang pahit). Tetapi yang luar biasa, di tengah-tengah kisah sedih itu ternyata Tuhan sedang bekerja untuk mewujudkan karya keselamatan-Nya yang luar biasa. Karena melalui kisah Rut dan Naomi inilah dilahirkan raja-raja besar Israel, seperti Daud dan Salomo, bahkan dilahirkan Tuhan kita Yesus Kristus di Bethlehem. Dengan demikian Tuhan memulihkan kembali Naomi yang kecewa, pahit, dan menderita itu menjadi Naomi yang berbahagia.

Oleh karena itu, bukan hal yang aneh bila, melalui nabi Yeremia seperti yang sudah kita baca tadi, Tuhan berjanji akan memulihkan kembali kondisi Yerusalem dan umat-Nya yang sudah hancur lebur itu. Syaratnya, mereka harus benar-benar hidup selaku umat Allah yang menjalankan kebenaran dan keadilan. Dan bagi Yeremia, kebenaran dan keadilan itu bukan sesuatu yang abstrak tetapi suatu tindakan konkrit sehari-hari. Jika kita hidup setia kepada Tuhan dan tidak menyembah Allah lain, itulah kebenaran dan keadilan. Jika kita peduli kepada anak yatim piatu yang membutuhkan pertolongan, itulah kebenaran dan keadilan. Jika kita peduli kepada janda-janda miskin yang perlu uluran tangan kita itulah kebenaran dan keadilan. Dan jika kita peduli kepada semua orang yang membutuhkan kepedulian kita, itulah kebenaran dan keadilan! Sehingga menurut Yeremia umat Allah yang terpulihkan itu akan disebut: Tuhan keadilan kita. Atau jika meminjam bahasa Injil Lukas, umat yang seperti ini adalah umat yang selalu berjaga, waspada, dan bertahan di hadapan Anak Manusia ketika Dia datang yang kedua kalinya nanti.

Penutup
Jadi menjadi orang percaya bukan berarti lepas dari masalah, lepas dari rasa kecewa dan penderitaan, lebih-lebih jika kita tidak berhati-hati mengelola kehidupan ini. Hanya saja selama kita mempunyai niat untuk keluar dari masalah yang kita alami dan tetap menjalankan kebenaran dan keadilan Tuhan, maka Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Jika Tuhan mau memulihkan keadaan Yusuf dan Naomi yang terluka dan kecewa, Tuhanpun pasti akan memulihkan kita umat yang dicintai-Nya. Jika Tuhan mau memulihkan keadaan bangsa Israel yang kalah, hancur, dan terbuang itu, Tuhan juga pasti mau memulihkan kita. Oleh karena itu, jika di minggu Advent pertama ini Injil Lukas berbicara tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua, dengan disertai kekacauan kosmis yang luar biasa hebatnya, kuasa-kuasa langit akan terguncang, banyak bangsa akan mati ketakutan, ini bukan berarti ingin membuat kita takut dan khawatir. Malah sebaliknya, Lukas seakan ingin mengatakan jangan takut, jangan khawatir, bangkit dan angkatlah mukamu, sebab Tuhan ada di sana! Bahkan jika engkau terluka karena semua itu, Tuhan yang akan memulihkan engkau. Amin. [RS]

 

Pujian: KJ. 84 Ya Yesus, Dikau Kurindukan

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Kita asring midangetaken khotbah ingkang kadosipun ngremenaken lan nglipur ing manah, ingkang mekaten suraosipun: “Sing penting pracaya wae marang Gusti Allah samubarang ana ing uripmu bakal beres ora ana masalah.” Tamtunipun khotbah ingkang kados mekaten punika pancen endah lan ngremenaken, nanging mboten cocok kaliyan kasunyatan ingkang wonten. Awit ing kasunyatanipun gesanging para tiyang pitados punika mboten kalis saking masalah. Kathah para tiyang pitados ingkang setya ing pangabekti nandang sakit ingkang mboten saras-saras, kathah ingkang gagal anggenipun usaha, kathah ingkang nandhang kuciwa karana tingkah laku sanak kadangipun, lan taksih kathah malih masalah-masalah ingkang dipun alami. Malah kirang punapa gesang kapitadosanipun pasamuwan Tesalonika lan rasul Paulus, kanyata kekalihipun ugi nandang masalah ingkang awrat ing pigesangan.

Isi
Ananging kita kedhah enget bilih Gusti mboten badhe nilar gesanging umat ingkang dipun tresnani wonten ing kawontenan ingkang kados pundi kemawon. Wonten Kitab Suci kathah cariyos ingkang gegayutan kaliyan bab punika. Umpaminipun cariyos bab gesangipun Yusuf. Yusuf dipun kuya-kuya kaliyan para kadangipun, malah dipun sadhe dados budak wonten tanah Mesir. Temtunipun Yusuf kuciwa, nandhang sangsara, lan ketaton ing manah. Sacara kamanungsan Yusuf sampun mboten nggadhahi pangajeng-ajeng punapa kemawon, nanging lumantar cariyos Yusuf ingkang kebak kasangsaran, kuciwa, lan pait punika Gusti saweg makarya kangge pakaryanipun ingkang langkung ageng. Yusuf ingkang tanpa pangajeng-ajeng punika kadadosaken “Penguasa” nomer kalih wonten ing negeri Mesir. Wusananipun namung Yusuf ingkang saged nulungi bapa lan sadherek-sadherekipun nalika ing tanah Israel wonten pagebluk kekirangan pangan. Semanten ugi wonten cariyos gesangipun Rut lan Naomi, wonten ing kitab Rut kita mangertosi kados pundi Rut lan Naomi nandhang gesang ingkang kebak kuciwa, pait, tuwin sangsara, ngantos Naomi mboten purun malih kasebat Naomi (apa kang legi) nanging nyuwun kasebut Mara (apa kang pahit). Nanging ingkang luar biasa ing satengahing cariyos ingkang kebak kepahitan lan kuciwa punika, Gusti Allah saweg makarya ing langkung adi. Karana lumantar cariyos ingkang kebak dening kepahitan lan kuciwa punika dados sarana lairipun raja-raja Israel ingkang luar biasa, kados Daud lan Salomo, malah salajengipun ugi kalairaken Gusti Yesus wonten ing Bethlehem. Kanthi makaten Gusti Allah mulihaken Naomi ingkang kebak kepahitan, kuciwa, lan sangsara, dados Naomi ingkang kebak kabingahan.

Awit saking punika mboten prekawis ingkang aneh menawi Gusti Allah, lumantar nabi Yeremia kados ingkang sampun kita waos sesarengan kalawau, ugi kersa mulihaken Yerusalem lan umat ingkang dipun tresnani dening Gusti, ingkang kawontenanipun sampun hancur lebur tanpa pangajeng-ajeng. Nanging syaratipun tiyang-tiyang kalawau kedhah gesang dados umatipun Gusti ingkang nglampahi kaleresan lan kaadilan. Lan tumrap nabi Yeremia, kaleresan lan kaadilan punika sanes konsep ingkang abstrak lan muluk-muluk nanging satunggaling tindakan konkrit ingkang saged dipun lampahi wonten ing pigesangan sadinten-dinten: menawi kita tansah setya dhumateng Gusti Allah lan mboten ngabekti dhateng allah sanesipun, punika ingkang kasebat kaleresan lan kaadilan. Menawi kita peduli lan tetulung dhumateng anak yatim piatu ingkang mbetahaken pitulungan, punika kaleresan lan kaadilan. Menawi kita peduli lan saged tetulung dhumateng para randa ingkang mbetahaken pitulungan, punika kaleresan lan kaadilan. Menawi kita peduli lan tetulung dhumateng sedaya tiyang ingkang mbetahaken pitulungan, punika ateges kaleresan lan kaadilan! Awit saking punika, umat ingkang badhe kapulihaken kalawau kasebat: Pangeran kuwi Juru Slamet kita! Lan miturut istilahipun Injil Lukas tiyang-tiyang ingkang kados makaten kalawau kasebat tiyang-tiyang ingkang waspada lan siyaga, tiyang-tiyang ingkang ing tembe saged sowan ing ngarsanipun Gusti, menawi Gusti rawuh ingkang kaping kalih mangke.

Panutup
Dados, jejer dados tiyang pitados punika mboten ateges kalis ing sawernining masalah, langkung-langkung menawi kita radi sembrono anggen kita mranata gesang wonten ing ngarsanipun Gusti Allah. Nanging menawi kita nggadhahi niat lepas saking masalah ingkang kita alami, lan gesang jejeg wonten ing ngarsaning Gusti Allah, Gusti Allah mesti mboten badhe nilar gesang kita. Menawi Gusti kersa mulihaken Yusuf lan Naomi ingkang kebak dening tatu, prihatin, lan sangsara, Gusti ugi kersa mulihaken kita, umat ingkang dipun tresnani. Menawi Gusti kersa mulihaken kawontenanipun bangsa Israel ingkang sampun ancur lebur, lan dados bangsa buangan wonten ing negeri Babil, Gusti ugi badhe mulihaken kawontenan kita. Awit saking punika menawi Injil Lukas, kados ingkang sampun kita waos kalawau, martosaken bab rawuhipun Gusti Yesus ingkang kaping kalih kanthi dipun sarengi kaliyan prastawa ingkang nggegirisi: bangsa-bangsa ajrih karana gumlegeripun ombak segara ingkang nggegirisi, kathah tiyang sami pejah karana ajrih, malah panguwasa-panguwasa langit ugi badhe kagoncang, punika mboten ateges supados kita ajrih. Malah suwalikipun, Lukas badhe paring piweling dhumateng kita ingkang wosipun makaten: “Kowe aja wedi lan kuatir, malah menawa kabeh mau kelakon siyagaa lan tumengaa, awit kowe bakal kaluwaran. Malah menawa kabeh mau anjalari kowe tatu lan sangsara, Gusti kang mulihake kowe!” Amin. [RS].

 

Pamuji: KPJ. 242 : 1, 2 Rawuha Sang Imanuel

 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak