PEMBANGUNAN GKJW
STOLA MERAH
Bacaan 1 : Kejadian 15: 1-6
Bacaan 2 : Ibrani 11: 1-3, 8-16
Bacaan 3 : Lukas 12 : 22-40
Tema Liturgis : Membangun Persekutuan dengan hikmat Allah
Tema Khotbah: Mengatasi kekuatiran dengan persekutuan
Keterangan Bacaan
Kejadian 15: 1-6
Abram telah menerima janji TUHAN bahwa ia akan menjadi bangsa yang besar dan keturunannya akan menempati tanah Perjanjian. Namun sampai saat itu, ia belum juga memiliki putra kandung. Kini TUHAN meneguhkan janji-Nya sekali lagi dan Abram percaya akan janji itu (ayat 6).
TUHAN meneguhkan janji melalui upacara peneguhan perjanjian (ayat 9-11, 17-19). Bersama itu Allah bernubuat mengenai keturunan Abram yang harus menjadi bangsa yang diperbudak selama empat ratus tahun sebelum mereka menikmati tanah Perjanjian (ayat 13-16). Hal ini merupakan peneguhan bagi Abram, sekaligus penguat hati bahwa TUHAN dapat dipercaya. Memang jalannya panjang, tetapi pasti digenapi.
Bukan saja umat Israel diingatkan tentang kesetiaan Allah pada janji-Nya, kita pun umat-Nya dalam Yesus Kristus dikuatkan hati. Kita tahu bahwa oleh kasih setia TUHAN di dalam Yesus, kita adalah pewaris sorga, tanah Perjanjian yang jauh lebih mulia, yang disediakan bagi kita Israel rohani. Juga bahwa berbagai ‘penundaan’ janji Tuhan adalah latihan agar kita makin bertekun dalam iman dan bertumpu kepada Ia yang berjanji.
Ibrani 11: 1-3, 8-16
Kata pengantar ini menyatakan tiga hal mengenai iman: Ayat 1 berkata bahwa iman pada hakekatnya adalah kenyataan dan kepastian dari apa yang belum kita alami, ayat 2 berkata bahwa iman membawa kehormatan istimewa bagi tokoh-tokoh sejarah Israel, dan ayat 3 berkata bahwa iman merupakan suatu pandangan hidup yang khusus, yang mempengaruhi setiap pikiran dan kegiatan kita di dalam dunia ini, karena dengan iman kita menyadari bahwa dunia ini didahului dengan “apa yang tidak dapat kita lihat.”
Lukas 12: 22-40
Yesus menjawab “jangan kuatir!” (ayat 22). Allah Bapa mahakuasa (ayat 31-32). Sang murid tidak diajak untuk membenci kekayaan, tetapi agar ia beriman kepada Allah yang setia menyediakan providensi dan “jaring pengaman”-Nya, serta menolak cara-cara “wajar” yang justru menjauhkannya dari Allah (ayat 30). Beriman bukanlah sekadar percaya, tetapi menunjukkan bagaimana kedaulatan Allah nyata dalam diri sang murid (ayat 31). Allah memelihara melalui karya kasih-Nya yang “alamiah” (ayat 24,28) maupun yang luar biasa, dan melalui jaringan kasih sesama murid ketika mereka saling berbagi (ayat 33a).
Benang Merah Tiga Bacaan
Ketiga bacaan menekankan pentingnya iman percaya yang teguh. Iman percaya yang teguh menjadi solusi kekuatiran dan ketakutan.
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
Pendahuluan
Apakah yang dimaksud dengan: KHAWATIR itu? Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia): takut, gelisah, cemas terhadap sesuatu yang belum diketahui dengan pasti. Maka kekhawatiran sesungguhnya adalah ketakutan/ kecemasan terhadap hal-hal yang belum terjadi. Padahal hal tersebut belum, bahkan mungkin tidak terjadi, namun orang yang mengalaminya sungguh-sungguh sudah menjadi ketakutan.
Dalam bahasa Inggris khawatir ini disebut: worry atau anxiety. Maka, kekhawatiran itu sesungguhnya mirip dengan kasus fobia. Sebab fobia adalah: gangguan anxietas fobik, yakni rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu. Contoh: achluophobia – takut terhadap kegelapan, hyperphobia – takut akan ketinggian, felinophobia – takut akan kucing, iatrophobia – takut akan dokter, bibliophobia – takut pada buku, ecclesiophobia – takut pada gereja.
Fobia dapat sangat mengganggu kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi orang normal, perasaan takut seorang pengidap fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan-bulanan oleh teman sekitarnya. Ada perbedaan “bahasa” antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi pengamat dirasa lucu jika seseorang berbadan besar, takut dengan hewan kecil seperti kecoak atau tikus. Sementara di bayangan mental seorang pengidap fobia, subyek tersebut menjadi benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun menakutkan.
Dalam ajaran kekristenan, segala bentuk kekhawatiran, termasuk fobia ini, sangatlah ditentang. Sebab kekhawatiran dianggap sebagai wujud nyata dari kurang beriman. The beginning of anxiety is the end of faith, and the beginning of true faith is the end of anxiety. (awal dari munculnya kekuatiran merupakan akhir dari iman, sedangkan awal dari iman adalah berakhirnya kekuatiran).
Isi
Mengapa segala bentuk kekhawatiran sangat ditentang dalam ajaran kekristenan? Karena pikiran orang yang kuatir hanya terfokus pada: 30% – apa yang terjadi di masa lalu tidak dapat diubah, 30% – kritik orang lain, pasti tidak benar, 40% – hal baik tidak akan pernah terjadi. Itulah sebabnya maka Tuhan Yesus sangat menentang adanya sikap khawatir, sebab sikap itu mengarahkan seseorang hanya terhisap kepada ketakutannya sendiri.
Salah satu contoh menarik berkenaan dengan sikap agar orang tidak mudah tenggelam dalam kekhawatiran adalah sbb: Oktober 1805, André Masséna, salah satu jenderal Napoleon, tiba-tiba muncul dengan 18.000 tentara sebelum sebuah kota Austria (Caldiero) yang tidak memiliki sarana untuk membela dirinya sendiri. Dewan kota bertemu, yakin bahwa penyerahan diri adalah satu-satunya jawaban. Pendeta gereja kota mengingatkan Dewan bahwa hari itu adalah Paskah, dan memohon mereka untuk mengadakan ibadah seperti biasa dan menyerahkan masalah itu di tangan Tuhan. Mereka mengikuti nasihatnya. Sang Pendeta pergi ke gereja dan membunyikan lonceng untuk mengumumkan ibadah. Tentara Prancis mendengar dentang lonceng gereja dan menyimpulkan bahwa tentara Austria telah datang untuk menyelamatkan kota. Mereka segera membongkar kemah mereka, dan sebelum lonceng berhenti berdentang, mereka telah melarikan diri.
Ada orang yang sudah tidak mengkahawatirkan hidup pribadinya. Dia tidak mengkhawatirkan apapun tentang dirinya: makannya, pakaiannya, tempat tinggalnya, dsb. Tetapi orang yang demikian itu masih mengkhawatirkan pihak lain: mengkhawatirkan keluarganya, usahanya, rekan kerjanya, lembaga tempatnya bekerja.
Kekhawatiran diri pribadinya bisa diatasi sendiri bersama Tuhan. Dia mempunyai keyakinan yang kuat bahwa Tuhan pasti memelihara hidup pribadinya, sebab burung dan bunga saja dipeliharaNya, apalagi dirinya. Tetapi kehidupannya bersama orang-orang lain masih memiliki kekhawatiran. Karena, orang-orang lain kepercayaan dan perilakunya berbeda-beda.
Oleh karena itu, kekhawatiran kita tentang pihak lain ya harus kita atasi bersama Tuhan dan orang-orang lain itu. Kita harus meyakinkan mereka atau kita diyakinkan oleh mereka bahwa Tuhan Allah pasti memelihara kita. Kita bersama-sama harus sama-sama mempunyai kepercayaan yang teguh dan sama-sama memberlakukan Kerajaan Allah, yaitu melakukan dan memberlakukan kebenaran, keadilan, kasih dan kerukunan.
Penutup
Jangan biarkan kekhawatiran dan fobia pribadi kita dan keadaan pihak lain menggerogoti kehidupan kita, sehingga kita mengalami kegelisahan dan kesesuhan. Kita teguhkan keyakinan pribadi kita dan kita bersama-sama dalam persekutuan kita saling menguatkan kepercayaan kita dan bersama-sama melakukan dan memberlakukan kebenaran, keadilan, kasih dan kerukunan. Tuhan pasti memelihara hidup kita pribadi dan kebersamaan kita dengan berkat-berkatNya. Amin. [BC]
Nyanyian: KJ 417.
—
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Bebuka
Menapa ta ingkang dipun wastani sumelang utawi kuatir? Miturut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kuatir menika takut, gelisah, cemas terhadap sesuatu yang belum diketahui dengan pasti. Dados sejatosipun sumelang menika raos ajrih/ was-was tumrap bab-bab ingkang dereng kelampahan. Kamangka bab menika dereng utawi mbokmenawi malah boten badhe kedadosan, nanging tiyang saestu sampun rumaos ajrih.
Ing basa Inggris sumelang utawi kuatir menika kasebat: worry utawi anxiety. Sumelang menika memper kaliyan prekawis fobia. Awit fobia menika gangguan anxietas fobik, nggih menika raos ajrih ingkang linangkung. Conto: achluophobia – ajrih dhateng swasana peteng, hyperphobia – ajrih dhateng papan inggil, felinophobia – ajrih dhateng kucing, iatrophobia – ajrih dhateng dokter, bibliophobia – ajrih dhateng buku, ecclesiophobia – ajrih dhateng gereja.
Fobia saged ngreridhu (ngganggu) sanget pigesanganing tiyang. Menggahing tiyang limrah, raos ajrihing tiyang ingkang ngalami fobia menika ewet dipun mangertosi. Pramila, tiyang ingkang ngalami fobia asring dipun poyoki dening tiyang sanes. Wonten pamawas ingkang benten antawisipun tiyang ingkang ngamati fobia kaliyan tiyang ingkang ngalami fobia. Pangamat fobia migunakaken nalar, dene tiyang ingkang ngalami fobia migunakan rasa-pangrasa. Menggahing pangamat badhe dados lucu menawi ningali tiyang (fobia) ingkang badanipun ageng nanging ajrih dhateng kewan alit kados coro utawi tikus. Dene miturut tiyang ingkang ngalami fobia kewan menika raosipun ageng sanget, rupinipun njijiki utawi malah nggegirisi.
Miturut piwulang Kristen, sawarnining raos was sumelang, kalebet fobia menika kedah dipun lawan. Awit raos was sumelang menika kaanggep wujuding gesang ingkang kirang pitados. The beginning of anxiety is the end of faith, and the beginning of true faith is the end of anxiety (wiwitaning raos sumelang menika pungkasaning iman, dene wiwitaning iman menika pungkasaning raos sumelang).
Isi
Kenging menapa sawarnining raos was sumelang menika kedah dipun lawan? Karana penggalihipun tiyang ingkang sumelang 30% namung fokus dhateng bab ingkang sampun kepengker ingkang boten saged dipun ewahi, 30% dhateng kritik saking tiyang sanes, mesthi boten leres, lan 40% bilih bab ingkang sae boten badhe kelampahan. Pramila saking menika, Gusti Yesus dhawuh “Aja sumelang bab uripmu…”, awit raos sumelang menika badhe nuntun tiyang namung dhateng raos ajrih.
Satunggaling conto sae gegayutan kaliyan cara supados boten kabitdhung raos sumelang, mekaten: Oktober 1805, Andre Massena, salah satunggaling Jendral Napoleon kaliyan 18.000 prajurit dumadagan nglurug kitha Caldiero ing Austria ingkang boten gadhah bebeteng menapa-menapa. Pramila, Dewan kitha menika marepat lan mutusaken bilih namung kedah pasrah bongkogan dhateng mengsah menika. Nanging Pendhita Greja ing kitha menika ngengetaken Dewa Kitha menika bilih dinten menika dinten Paskah, lan kadhawuhan mangun pangibadah sarta masrahaken prekawis menika dhumateng astanipun Gusti. Tiyang-tiyang menika sami manut dhateng dhawuh menika. Sang Pendhita menika tindak dhateng greja ngungelaken kloneng lan ngundangaken pangibadah. Sareng mireng swantening kloneng lan ateges prajurit Austria sampun dumugi kangge nylametaken kitha, prajurit Napoleon menika sami keplayu kocar-kacir nilaraken kemahipun.
Wonten tiyang ingkang sampun boten nate nyumelangaken gesang pribadinipun. Piyambakipun boten kuwatos bab menapaa kemawon: bab tedhanipun, sandhanganipun, bab papan dunungipun, lsp. Nanging menkaten menika sok taksih nyumelangaken pihak sanes: nyumelangaken brayatipun, bisnisipun, rencang damelipun, lembaga papan padamelanipun, lsp.
Sumelanging dhiri pribadinipun saged dipun atasi piyambak kaliyan Gusti. Piyambakipun nggadhahi keyakinan ingkang kukuh bilih Gusti mesthi ngrimati gesang pribadinipun, awit peksi lan sekar kemawon dipun rimati dening Gusti, menapa malih piyambakipun. Nanging pigesanganipun kaliyan tiyang-tiyang sanes taksih nggadhahi raos sumelang. Karana, kapitadosan lan patrapipun tiyang-tiyang sanes menika benten-benten.
Ait saking menika, anggen kita nyumelangaken pihak sanes nggih kedah kita atasi kaliyan Gusti sesarengan kaliyan tiyang-tiyang menika. Kita kedah ngyakinaken tiyang-tiyang menika utawi kita dipun yakinaken dening tiyang-tiyang menika bilih Gusti Allah mesthi ngrimati kita. Kita sareng-sareng kedah sami-sami ngadhahi kapitadosan ingkang bakuh lan sami-sami mujudaken Kratoning Allah, nggih menika nindakaken lan mujudaken kayekten, kaadilan, katresnan lan karukunan.
Panutup
Sampun ngantos raos sumelang lan fobia pribadi kita lan kawontenaning pihak sanes nggrogoti pigesangan kita, temah kita ngalami buneg lan sisah. Kita kukuhi keyakinan pribadi kita sarta kita sesarengan ing patunggilan kita sami ngukuhaken kapitadosan kita satunggal lan satunggalipun saha nindakakenlan mujudaken kayekten, kaadilan, katresnan lan karukunan. Gusti mesthi ngrimati gesang kita pribadi lan patunggilan kita klayan berkah-berkahipun. Amin. [terj. st]
Pamuji: KPK 100: 1, 2.