Doa Syukur YBPK / Masa Raya Undhuh-Undhuh
Stola Putih
Bacaan 1 : Kisah Para Rasul 10: 44-48
Bacaan 2 : 1 Yohanes 5: 1-6
Bacaan 3 : Yohanes 15: 9-17
Tema Liturgis : Roh Kudus Mengobarkan Semangat Bersaksi dan Melayani
Tema Khotbah : Bersyukur dan Berbagi
KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Kisah Para Rasul 10: 44-48
Makna terpenting dalam bacaan ini adalah bahwa keselamatan merupakan karunia Allah kepada setiap orang tanpa membedakan latar belakang hidupnya. Beragam petanda kondisi lahiriah yang didasarkan atas perbedaaan, rasa dan lain-lain, tidak layak untuk diberlakukan dalam kehidupan bergereja. Apalagi itu diberlakukan dalam rangka pelaksanaan baptisan. Dalam perikop ini juga terungkap bagaimana peran Roh Kudus, yang tidak hanya mempertemukan manusia dengan Allah dengan petanda baptisan, tetapi juga mempersatukan antar beragamnya manusia satu dengan lainnya. Peran Roh kudus juga menyingkapkan bahwa tidak ada manusia yang dapat datang dan percaya kepada Yesus, jika bukan dipimpin oleh Roh Kudus itu sendiri. Demikian juga mereka dapat melayani dan memberitakan injil, tidak terlepas dari peran Roh Kudus. Namun demikian, diperlukan tanggung jawab dan ketaatan orang-orang yang dipimpin-Nya.
1 Yohanes 5: 1-6
Hubungan antara manusia dengan Allah melalui pendekatan kepercayaan adalah inisiatif dari Allah sendiri. Keputusan manusia untuk menerima panggilan Allah juga merupakan bagian dari kekuatan Roh Kudus. Sangatlah jelas kemudian bahwa ketika manusia percaya kepada Tuhan, adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan antara karya Allah dan tindakan manusia untuk menerimanya. Ungkapan “dilahirkan” dalam perikop ini memperjelas bahwa menjadi orang percaya berarti dipersilahkan masuk ke dalam relasi kasihnya Allah. Inilah yang mendorong orang-orang percaya untuk saling mengasihi dan melakukan perintah Allah. Seperti yang tertuang dalam ayat 2, penulis menghubungkan tiga hal sekaligus yakni mengasihi Allah, melakukan perintah Allah dan mengasihi sesamanya, yang ketiganya harus ada dalam hidup orang percaya.
Yohanes 15: 9-17
Makna terdalam dalam perikop ini adalah sebuah relasi yang luar biasa dan pastilah diluar kebiasaan dua pihak yang sedang berelasi. Makna itu adalah, Seperti Allah mengasihi anak-Nya Sang Kristus yang paling layak untuk mendapatkannya, demikianlah Sang Kristus mengasihi manusia yang semestinya tidak layak menerimanya. Beragam wujud kasih Sang Kristus kepada umat pilihan-Nya, namun yang paling utama dan yang teramat baik adalah dengan menyerahkan nyawa-Nya untuk manusia yang tidak layak tersebut. Dalam perikop ini juga terungkap bahwa inisiatif awal untuk terlebih dahulu memberi kasih sejati adalah dari Tuhan, maka sebagai umat yang percaya kepada Yesus, hendaknya memulai untuk berbagi kasih-Nya kepada sesama. Kasih yang kekal dari Allah itu tak berkesudahan kepada sasarannya, maka selayaknyalah umat pilihan-Nya yang menerima dan mengalami kelimpahan kasih itu menjadi teladan bagaimana bertindak dan bersikap dalam hidupnya menjadi teladan bagi sesama. Melakukan karya sebagaimana menjadi orang yang dikasihi dan yang semestinya mampu mengasihi.
BENANG MERAH TIGA BACAAN
Kasih yang sejati itu diberikan kepada umat manusia atas dasar inisiatif dari Allah sebagai sang sumber kasih itu sendiri. Kasih yang adalah wujud keselamatan itu diberikan tanpa ada sekat atau beragam wujud batas apapun. Semua manusia memiliki hak yang sama untuk menerimanya. Peran Roh Kudus, tidak hanya menghubungkan relasi Allah dengan manusia saja, tetapi atas pertolongan hikmat-Nya manusia tertolong untuk mampu berbagi kasih dengan sesama. Ada beragam wujud untuk berbagi diantaranya dalam dunia pendidikan misalnya (YBPK). Dan ada beragam wujud juga dalam kita bersyukur atas semua itu, persembahan salah-satunya (undhuh-undhuh, misalnya).
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan… bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Perintah untuk saling mengasihi diantara manusia didasarkan atas bagaimana Allah mengasihi manusia. Perintah itu merupakan landasan dasar perjalanan kehidupan orang percaya pilihan Tuhan. Dikatakan sebagai bagian terpenting perintah Tuhan Yesus kepada para murid, karena tindakan yang diharapkan adalah bagaimana seharusnya menjalin hubungan diantara mereka. Jika mereka tidak menerapkannya, maka itu berarti bahwa pekerjaan Tuhan akan terhambat. Cara kita mengasihi sesama didasarkan atas kasih Allah kepada manusia, artinya sumber kasih tidak lagi kasih manusia seperti umumnya tetapi kasih Tuhan. Sebagai ukurannya adalah ada dalam perkataan Tuhan Yesus “seperti Aku telah mengasihi kamu”. Pemahaman kita adalah bahwa kita tidak dapat tinggal tetap di dalam kasih Kristus tanpa kita mengasihi saudara-saudara kita di dalam Kristus. Dalam hal ini Yesus juga memberikan kepada kita sebuah keteladanan dan Dia ingin kita tidak melakukan sesuatu yang tidak diperbuat-Nya.
Tuhan Yesus senantiasa berinisiatif lebih dahulu mendekatkan diriNya kepada kita dengan menganggap kita sebagai sahabat. Dia selalu memberitahukan apa yang dikatakan Bapa kepada kita sebagai sahabatNya. Yesus dengan kasihNya menetapkan kita sebagai teman sekerjaNya dan menginginkan kita untuk berbuah. Yaitu dengan menyatakan pengalaman kehidupan Kristen kita kepada sesama. Dan yang lebih menyenangkan kita adalah bahwa Yesus senantiasa menaruh kebenaran dalam setiap langkah kehidupan kita. Dan pada akhirnya dengan kebenaran itulah kita berbagi kasih dengan semua mahkluk Tuhan, utamanya dengan sesama manusia.
Isi
Seringkali kita mendengar nasehat atau pendapat supaya menjauh dari orang atau kelompok yang dianggap tidak baik, karena jika tidak memiliki kekuatan iman akan menjadi sama dengan mereka. Nasehat itu tidak bisa disalahkan begitu saja, karena memang banyak realitas kejadian yang menunjukkan kebenaran akan pendapat tersebut. Namun permasalahannya adalah bagaimana kemudian orang-orang yang dianggap jahat itu berubah menjadi baik jika tidak memiliki kasih Kristus. Demikian juga bagaimana kita yang memiliki kekuatan kasih yang bersumber dari Allah, jika tidak dibagikan kepada mereka yang memerlukannya, apakah kita tidak pernah merasa bahwa kita bisa termasuk kategori yang menghambat karya Allah?
Kita seringkali terjebak dengan cenderung seolah-olah lebih menjaga kesucian dan kesalehan dengan menjauhi orang-orang yang dianggap jahat dan berdosa atau yang kita anggap berbeda dengan kita. Sedangkan Tuhan Yesus berkenan menjadi sahabat bagi kita yang berdosa. Dia juga menginginkan kita menghampiri mereka yang haus akan kasih Allah agar mereka kemudian memiliki kasih dan mendapat pengampunan dari Tuhan. Yesus Kristus telah memperlihatkan dalam peristiwa inkarnasinya, yang tidak hanya menjadi teladan bagi manusia, tetapi juga menjadi juruselamat dan sahabat yang hidup. Contoh agung tersebut memiliki makna yang sangat dalam, dimana Allah tidak hanya merendahkan diri menjadi manusia, tetapi bahwa Dia menyerahkan nyawanya untuk kita. Ini bukanlah kasih manusiawi yang terbaik, tetapi kasih dalam tingkat yang berbeda. Allah mengasihi, baik yang tak layak dikasihi maupun yang layak dikasihi, mereka yang jahat maupun orang yang baik.
Untuk menjelaskan bagaimana sikap Allah yang mengasihi setiap orang yang berdosa, Allah memandang semua umatNya begitu berharga, bahkan ketika umatnya jatuh di dalam dosa, Allah tetap memandang berharga sehingga tetap dicari dan diselamatkan. Allah mengasihi kita, bukan ketika kita baik, benar saja. Tetapi Allah di dalam Kristus sangat mengasihi kita justru ketika kita berdosa dan lemah. Allah di dalam Kristus adalah Allah yang penuh anugerah. Dia mencintai orang berdosa agar mereka selamat dan memperoleh hidup yang kekal. Itu sebabnya mereka yang telah diampuni oleh Allah seharusnya terpanggil pula untuk mengabarkan kasih dan pengampunan Allah kepada sesamanya yang masih belum mengenalNya. Dalam praktek hidup ternyata tidaklah mudah untuk menerapkan tindakan kasih Allah yang senantiasa mencari dan menyelamatkan sesama yang hilang atau tersesat. Karena ketika kita bergaul, kita juga dapat jatuh dalam sikap yang kompromistis dengan membenarkan tindakan mereka yang tidak terpuji itu. Marilah kita seperti Kristus yang memiliki kasih dengan mau peduli, mencari dan menyelamatkan sesama di sekitar kita yang tersesat dengan tetap menjaga integritas dan kesetiaan iman kita kepada Tuhan Yesus.
Dalam rangka hari doa syukur YBPK, kita pasti memberi perhatian yang lebih dalam dunia pendidikan karena masih sangat diperlukan kasih yang menyelamatkan. Para pelaku dalam dunia pendidikan, masih banyak mereka yang sedang menanggalkan akal budi baik demi “kenyamanan” yang terlanjur menguasainya. Sasaran didik yang memerlukan kasih keselamatan, masih haus akan kehadiran sosok kasih yang menyelamatkan. Karena para siswa perlu didampingi atas banyak sasaran tembak mereka yang jahat terutama dalam dunia mayanya.
Dalam bulan ini, juga masa banyak diantara kita yang merayakan “undhuh-undhuh”.
Kita semua memahami bahwa persembahan adalah wujud nyata kesediaan kita untuk turut menopang pekerjaan Tuhan di dunia ini. Persembahan mengingatkan akan kesediaan kita untuk tidak membiarkan uang dan harta benda menguasai hidup kita, dengan cara mau mengelola dengan benar dan berhikmat. Oleh karena itu semangat mempersembahkan adalah semangat untuk semakin mengasihi Tuhan lebih dari hari-hari yang telah kita hayati. Adalah tugas kita semua untuk terus belajar agar dimampukan menjadi semakin dewasa dalam hidup bergereja dan dalam pertumbuhan iman kita. Sebab pertumbuhan gereja yang benar tidak ditentukan oleh uang, tetapi oleh iman warga jemaat yang semakin dewasa.
Penutup
Pada akhirnya marilah kita terima inisiatif terbaik Allah untuk kehidupan kita. Inisiatif yang yang tidak hanya membangun hubungan baik antara Allah dan manusia pilihan-Nya saja, tetapi inisiatif cinta kasih yang membawa keselamatan kepada semua manusia. Sebagai orang percaya pilihan Tuhan, kita menyampaikan cinta kasih yang bersumber dari Allah itu dengan tulus hati. Rintangan pastilah ada, namun ingatkan Allah senantiasa berproses bersama kita, sehingga tidak akan pernah kita menerapkan cinta kasih keselamatan kepada dunia secara sendirian. Amin
Nyanyian: KJ. 424, KJ. 369a
—
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pambuka
Panyuwun supados tresna-tinresnan ing antawisipun manungsa punika kalampahan kadosdene Allah ingkang nresnani manungsa. Panyuwun punika dados paugeran lampahing gesang tiyang pitados pinilih. Punika panyuwun utami Gusti Yesus dumateng para sakabate, supados mangun sesambetan ing antawisipun para sakabat kalawau kanthi sae. Menawi kemawon para sakabat boten saged nglampahi, artosipun bilih karsanipun Gusti boten saged kalampahan. Paring katresnan dumateng sesami kadosdene katresnane Allah dumateng manungsa, artosipun sumbere katresnan punika boten malih migunaaken katresnane manungsa ananging katresnane Allah. Ingkang dados dasar bab punika cunduk kaliyan pangandikaning Gusti Yesus “dikaya anggonku wus nresnani kowe”. Wonten pangertosan kita, bilih kita boten saged lumampah sesarengan kaliyan Gusti menawi kita dereng saged nresnani sesami. Ing ngriki Gusti Yesus ugi paring tuladha, lan kita kasuwun boten badhe tumindak ingkang boten salaras kaliyan karsane Gusti.
Gusti Yesus tansah langkung rumiyin nyelaki kita lan nganggep kita punika sakabate. Gusti Yesus tansah memucal punapa ingkang katampi saking Allah Sang Rama dumateng kita. Gusti Yesus ugi sampung maringi tetenger dumateng kita dados rencang damelipun ingkang kedhah ngetokaken woh. Inggih punika kanthi nyariosaken gesang dados pandhereke Gusti dumateng sesami. Lan ingkang maremaken kita inggih punika, bilih Gusti Yesus tansah maringi kaleresan ing lampahing gesang kita. Lumantar kaleresan punika, kita saged peparing dumateng sesami
Isi
Asring menawi kita mirengaken pepenget supados kita nebihi tiyang ingkang awon ing lampahing gesangipun, krana menawi kita boten kiat, kita badhe kapincut. Pepenget kalawau boten saged dipun wastani lepat, awit kathah tuladha ingkang sampun kedadosan cundhuk kaliyan pepenget kalawau. Nanging ingkang dados kawigatosan kita inggih punika, lajeng kados pundi tumrap tiyang ingkang kaanggep awon kalawau dados tiyang sae menawi boten nampi katresnanipun Sang Kristus. Semanten ugi kita ingkang kagungan kekiatan katresnane Allah, menawi boten kabagi dumateng sesami ingkang betahaken, punapa kita boten rumaos bilih kita kalebet tiyang ingkang kaanggep dados pepalang tumrap karsane Allah?
Kita asring kajiret ing pamanggih bilih kita rumaos suci lan saleh krana nebihi tiyang ingkang kaanggep awon lan dosa utawi tiyang ingkang kaanggep benten kaliyan kita. Kamangka Gusti Yesus purun dodos sakabat kita ingkang kebak dosa punika. Gusti ugi pungkasanipun nampi pangapunten saking Allah kangge kita tiyang dosa. Yesus Kristus sampun ngetingalaken ing prastawa “inkarnasi”, ingkang boten namung manjelma manungsa limrah kemawon, nanging ugi dados juruwilujeng lan sekabat kang gesang. Tuladha sae punika nedakaken bilih Allah boten namung ngetingalaken raos andap asore kemawon ananging ugi masrahaken nyawanipun kangge kita. Punika sanes katresnanipun manungsa ingkang pinunjul, ananging katresnan ingkang wonten njawine nalar manungsa. Allah nresnani, inggih kangge para tiyang ingkang kawastanan awon semanten ugi kangge tiyang sae.
Supados saged nyariosaken kadospundi patrape Gusti saweg nresnani tiyang dosa, Allah mirsani sedaya umatipun punika kaanggep titah ingkang endah. Sanadyan manungsa dumawah ing dosa, Allah tansah paring kaslametan. Allah nresnani kita, boten krana kita punika sae lan leres kemawon. Nanging Allah ugi nresnani kita saweg kita dumawah ing dosa lan ringkih. Allah ing Sang Kristus punika Allah ingkang kebak sih rahmat. Gusti nresnani tiyang ingkang kebak dosa supados kaslametaken lan nampeni gesang langgeng. Pramila tiyang ingkang sampun nampeni pangapuntening dosa, mugia rumaos katimbalan kangge martosaken katresnane Gusti dumateng sesami ingkang dereng wanuh. Wonten ing pangetrapanipun, kraos awrat tumrap patrap ingkang kangge nedhahaken tiyang ingkang nebihi Gusti. Krana saweg kita punika raket sesambetan kaliyan sesami, saged ugi kita kapincut ngleresaken tumindak sesami ingkang awon kalawau. Sumangga kita nuladani Kristus, sumbere katresnan ingkang tansah paring kawigatosan dumateng sesami, madosi sesami ingkang kesasar, kanthi njagi prasetya kita dumateng Gusti Yesus.
Ing salebete anggen kita sami mengeti pandonga raos sokur YBPK, kawigatosan kita tumrap laladan pasinaon kabetahaken, krana taksih betah katresnanipun Gusti. Para punggawane laladan pasinaon, taksih kathak ingkang dereng damel bebuden sae peparinge Gusti awit krana sampun rumaos “mapan”. Para siswa ingkang taksih betahaken katresnan, tansah ngorong lan pingin kepanggih sosok priyantun ingkang saged nampi lan nresnani. Para siswa ugi betahaken panggulawentah mligi kangge mbucal pepalang ageng kadosdene kekiatan “dunia maya” ingkang sampun nguwaosi pamikiran para siswa.
Ing wulan-wulan punika, kathak pasamuwan ingkang mangun pangibadah “undhuh-undhuh”. Kita sampun mangertos bilih pisungsung punika wujude anggen kita nderek nyengkuyung pakaryane Allah ing alam donya punika. Pisungsung ugi pratanda bilih kita boten maringaken gesang punika dipun kuwaosi dening rajabrana, kanthi saged ngrigenaken miturut kawicaksanan peparinge Gusti. Pramila pepinginan kangge misungsung punika wujude anggen kita kepingin tansah nresnani Gusti ing lampahing gesang kita saben dintenipun. Dados kewajiban kita tansah sinau supados nggadahi kasagetan gesang lelados ing pasamuwan lan ugi kangge tuwuhe iman kapitadosan kita. Tuwuh ngrembakane pasamuwan boten krana kekiyatan rajabrana, ananging krana kekiyatan iman kapitadosan wargane pasamuwan ingkang sampun dewasa pamikiranipun.
Panutup
Pungkasanipun, sumangga kita tampi krekat panyuwune Gusti ingkang sae punika wonten ing lampahing gesang kita. Krekat ingkang boten namun mangun sesambetan antawisipun Allah kaliyan manungsa pinilih kemawon, ananging ugi katresnan ingkang bekta kaslametan kangge sedaya manungsa. Kangge tiyang ingkang pitados dumateng Gusti, kita maringaken katresnane Allah dumateng sesami punika kanthi tulus. Pepalang tamtu wonten, nanging Allah tansah nyarengi kita saweg kita kagulawenthah, satemah mokal tumrap kita badhe ngetrapaken katresnan lan kaslametan piyambakan. Amin
Pamuji: KPK. 82, 1+3, KPK. 61:1