Firman Allah sebagai Terang bagi Kita dalam Menjalani Hidup Khotbah Minggu 5 September 2021

23 August 2021

Minggu Biasa – Pembukaan Bulan Kitab Suci
Stola Hijau

Bacaan 1: Yesaya 35 : 4 – 7a
Bacaan 2:
Yakobus 2 : 1 – 10
Bacaan 3:
Markus 7 : 24 – 37

Tema Liturgis: Firman Tuhan Penuntun Kehidupan
Tema Khotbah: Firman Allah sebagai Terang bagi Kita dalam Menjalani Hidup

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yesaya 35 : 4 – 7a
Perikop ini adalah bagian dari bagian Proto-Yesaya, yang diyakini ditulis sebelum masa pembuangan. Namun bayang-bayang bahwa bangsa Yehuda (Israel Selatan) akan mengalami masalah nasional besar sudah membayang di depan mata. Situasi bangsa sedang dalam kondisi kritis karena para pemimpin yang tidak dapat menjalankan amanat Tuhan dengan baik. Keamanan bangsa sedang dalam kondisi kritis. Bangsa tersebut sedang berada di ambang kehancuran karena bangsa-bangsa besar di sekitar mereka sedang mencoba untuk merebut kekuasaan.

Bahkan sebelum sebuah masalah besar terjadi, Yehuda sudah melihat gejala kehancuran yang akan mereka alami. Orang memiliki alarm ketika dalam hidupnya akan mengalami masalah. Dan ketika saat itulah, Yesaya, sang nabi memberikan pesan pastoral yang sangat penting: Allah akan membawa penyelamatan, pembalasan (kata naqam dalam Bahasa Ibrani, berarti pembalasan dalam artian hukuman) dan ganjaran (kata gemul dalam Bahasa Ibrani bisa berarti ganti rugi). Artinya Allah menyediakan dua bentuk sikap: hukuman dan ganti rugi. Kepada mereka yang jahat akan terjadi hukuman, kepada mereka yang ketakutan dan terus setia akan ada ganti rugi. Yesaya yang menyuarakan suara Allah tahu bahwa dalam situasi krisis yang dibutuhkan seseorang adalah kepastian dan harapan. Allah tidak diam, tapi terlibat dalam kehidupan mereka, turut campur dalam ketakutan dan krisis hidup mereka. Krisis dan masalah itu akan berakhir dan Allah yang akan mengambil tindakan secara mandiri atas krisis mereka. Tugas bangsa itu adalah tetap menjaga kesetiaan mereka pada Allah yang adil ini.

Kepastian dan harapan yang diberikan itu bukan hanya digambarkan sebagai pemulihan (kembali ke kondisi sediakala) tetapi justru lebih baik: membalikkan keadaan. Yang buta dicelikkan, orang tuli mendengar, yang lumpuh melompat, yang bisu bersorak karena dari padang gurun akan memancar sungai, sungai di padang belantara, tanah pasir menjadi kolam, tanah gersang menjadi sumber air. Allah berkuasa membalikkan keadaan, bukan hanya secara iman dan rohani, tetapi secara fisik, dengan bukti nyata.

Yakobus 2 : 1 – 10
Karya keadilan Allah sama sekali berbeda dengan cara manusia. Jika manusia senang melihat yang besar dan agung, yang berpakaian indah, yang kaya dan terhormat. Tetapi Allah justru melihat kepada mereka yang mengalami ketidakadilan: yang miskin, lemah, dan dianggap rendah. Justru orang-orang yang mengalami ketidakadilan yang dipihak oleh Allah dan mendapatkan janji untuk menjadi waris Kerajaan yang dijanjikan-Nya.

Karena itu orang-orang percaya diingatkan oleh Surat Yakobus untuk melihat dunia ini dengan cara Allah. Jangan sampai umat kepunyaan Allah justru menindas orang miskin, membawa mereka ke pengadilan, sedangkan mereka menghormat berlebihan kepada orang yang terpandang. Karena jika mereka melakukan itu mereka sedang menghujat Allah, menentang cara Allah. Mereka yang hidup dengan cara menentang Allah dianggap melakukan pelanggaran.

Di ayat 10 dikatakan bahwa menuruti hukum tidak bisa tebang pilih. Sekalipun mereka melakukan berbagai hukum Tuhan – dalam hal ibadah, dalam mengasihi, dalam mengampuni, dalam hidup keseharian – tetapi jika mereka meneruskan ketidakadilan, maka mereka sedang membatalkan seluruh hukum. Nila setitik bisa merusak susu sebelanga. Mencederai keadilan membatalkan semua tindakan baik, baik secara jasmani maupun rohani, dalam hidup mereka.

Markus 7 : 24 – 37
Perikop ini menunjukkan sikap Yesus kepada dua kelompok orang yang selama ini dipandang rendah oleh orang Yahudi: orang asing (orang yang dianggap bukan kelompok mereka, ditolak secara non fisik) dan orang tuli dan gagap (ditolak secara fisik, karena dalam pandangan orang Yahudi, masalah fisik adalah upah dari dosa mereka, orang tua mereka, atau leluhur mereka). Yesus membalikkan pandangan keagamaan orang-orang Yahudi pada umumnya justru dengan melakukan karya mukjizat-Nya atas mereka.

Alur perikop ini menarik. Awalnya Yesus tampak enggan menolong perempuan Siro-Fenisia tersebut, namun kegigihan dan keyakinan iman perempuan itu mengubah hati Yesus. Hal ini terlihat dari kata-kata Yesus “Karena kata-katamu itu …” Artinya Yesus pun tergerak dan belajar dari sang perempuan asing dan meluaskan kasih-Nya karena kepercayaan perempuan itu kepada-Nya. Yesus bukanlah pribadi yang tertutup untuk belajar dan mendengar orang lain, bahkan yang berbeda dari kelompoknya. Penyembuhan yang dilakukan Yesus menunjukkan bahwa Yesus tidak tinggal diam melihat penderitaan orang lain, bahkan yang dianggap berbeda.

Alur berjalan menuju kisah kedua, orang-orang membawa sang tuli dan gagap kepada Yesus untuk disembuhkan. Artinya bahwa orang ini memiliki teman yang peduli kepada penderitaannya. Dan Yesus sekali lagi tergerak dengan itu, menyembuhkan mereka. Yesus adalah pribadi yang sangat mudah tergerak oleh penderitaan orang lain. Yesus peduli kepada orang-orang yang menderita, bahkan kepada orang-orang yang dinilai masyarakat sebagai sang liyan (orang lain yang berbeda denganku) dan pesakitan. Karya Allah bukan hanya terjadi bagi umat-Nya tetapi juga bagi mereka yang dianggap di luar kelompok, tetapi mau percaya.

Yesus memisahkan diri dan melarang mereka bercerita. Agaknya hal ini menunjukkan jangan sampai kita menceritakan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan, karena orang bisa berfokus pada orangnya (Yesus) dan bukan karya Allah atasnya. Sikap ini merupakan kerendahan hati yang luar biasa. Sikap Yesus ini seperti menyatakan, “Jangan akunya, tetapi karya Allahnya, tindakan-Nya.” Namun kesaksian nyatanya tak bisa dibendung.

(Tafsiran Pdt. Gideon Hendro Buwono, M.Th.)

Benang Merah Tiga Bacaan:
Allah yang adil terus terlibat dalam kehidupan umat-Nya dan berkuasa membalikkan keadaan. Tugas umat adalah tetap menjaga kesetiaan pada Allah dengan melihat dunia menggunakan cara Allah, yaitu: memperhatikan orang-orang yang mengalami ketidakadilan. Tuhan Yesus secara nyata mewujudkan kepedulian-Nya terhadap penderitaan orang lain, bahkan bagi orang yang dinilai sebagai sang liyan dan pesakitan.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)

Pendahuluan

FIRMAN-MU P’LITA BAGI KAKIKU
TERANG BAGI JALANKU
FIRMAN-MU P’LITA BAGI KAKIKU
TERANG BAGI JALANKU

Reff :

WAKTU KU BIMBANG
DAN HILANG JALANKU
TETAPLAH KAU DI SISIKU
DAN TAK KAN KU TAKUT
ASAL KAU DI DEKATKU
BESERTAKU SELAMANYA 

Lagu rohani tersebut termasuk lagu lama yang tetap populer hingga saat ini. Dan bagi saya, lagu ini mengingatkan pada salah satu filosofi Jawa, yakni urip iku urup. Kalau diterjemahkan bebas, artinya hidup itu menyala. Sedangkan makna filosofi tersebut adalah hidup kita harus bisa memberi manfaat, baik itu hal kecil maupun hal besar (sumber). Sebagaimana syair lagu Firman-Mu Pelita bagi Kakiku, maka untuk menerapkan filosofi urip iku urup, kita bisa menjadikan Firman Allah sebagai terang bagi kita dalam menjalani hidup.

Isi
Cerita Injil tentang percakapan Tuhan Yesus dengan perempuan Siro-Fenisia, menerangi kita untuk membaca kisah Alkitab secara utuh. Membaca kisah hanya sepenggal dapat membuat kita bimbang dan tersesat. Keengganan Tuhan Yesus menolong anak dari perempuan Siro Fenisia di awal cerita menimbulkan kesalahpahaman pembaca terhadap Yesus. Ketika kisah ini dibaca hingga akhir, maka kesalahpahaman di awal cerita dapat terhapus. Karena Tuhan Yesus menyembuhkan anak perempuan Siro-Fenisia tersebut setelah mengetahui kegigihan perempuan Siro-Fenisia dalam meminta kesembuhan bagi anaknya. Bagi Yesus, Anak Manusia yang dibesarkan di tengah keluarga Yahudi dan dididik secara Yahudi, wajar ketika didikan yang diterimanya selama puluhan tahun, mempengaruhi cara Yesus menghindari interaksi dengan orang non Yahudi. Namun, kegigihan perempuan Siro-Fenisia mengubah cara pandang Tuhan Yesus terhadapnya dan memutuskan untuk menyembuhkan anaknya. Keengganan Tuhan Yesus memenuhi permintaan perempuan Siro-Fenisia di awal cerita juga bisa ditafsirkan bahwa Tuhan Yesus mau melihat seberapa besar iman perempuan tersebut kepada-Nya.

Kepedulian orang yang membawa orang tuli dan gagap untuk disembuhkan, juga menggerakkan hati Tuhan Yesus untuk bertindak menolong orang tuli tersebut. Larangan Tuhan Yesus menyebarluaskan berita tentang pertolongan yang sudah diberikan kepada orang tuli tersebut mengajarkan kepada kita untuk tidak perlu mengumbar kebaikan yang sudah kita lakukan. Meskipun demikian, para saksi yang melihat Tuhan Yesus mengubah keadaan orang-orang yang datang kepada-Nya, tetap memberitakan tentang kuasa-Nya.

Kuasa Allah mengubah keadaan umat-Nya, diajarkan oleh Yesaya agar umat-Nya mempercayakan hidup kepada Allah yang selalu peduli. Penulis surat Yakobus juga mengungkapkan bahwa Allah yang sedemikian memperhatikan umat-Nya, menghendaki umat-Nya bersikap adil kepada orang lain, serta mengasihi orang lain seperti diri sendiri sebagai wujud ketaatan pada Allah.

Memperhatikan benang merah dari ketiga bacaan hari ini, Firman Allah memberi terang tentang memperhatikan keberadaan orang lain sebagai wujud kesetiaan kepada Allah. Melakukan Firman Allah ini bisa mewujudkan filosofi Jawa urip iku urup. Kesetiaan Nabi Yesaya menyampaikan firman Allah kepada umat Allah, nasihat penulis surat Yakobus tentang jangan memandang muka dalam berbuat baik kepada orang lain, kegigihan perempuan Siro Fenisia meminta kesembuhan bagi anaknya, kepedulian orang yang membawa orang tuli dan gagap untuk disembuhkan Tuhan Yesus, besarnya tekad para saksi memberitakan kuasa Tuhan Yesus, serta larangan Tuhan Yesus untuk pertolongan yang sudah dilakukan-Nya, merupakan hal-hal yang bisa diteladani agar hidup kita bermanfaat bagi orang lain.

Di tengah pandemi dan menjelang masa pemulihan dari pandemi Covid-19 ini, ada banyak hal bermanfaat yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan urip iku urup, supaya semakin banyak orang mewujudkan urip iku urup. Laku hidup tersebut diantaranya: setia menyampaikan Firman Allah melalui hidup kita. Setia memberlakukan dan mengingatkan untuk memberlakukan protokol kesehatan guna memutus penyebaran Covid-19. Gigih meminta kesembuhan bagi yang menderita sakit. Gigih meminta untuk pemulihan keadaan dari pandemi. Peduli kepada orang yang terpapar dan terdampak Covid-19. Bertekad memberitakan kuasa Allah, bertekad terlibat dalam pemutusan penyebaran Covid-19, serta memberi saran tentang bertahan dan berjuang di tengah pandemi. Itu semua merupakan hal-hal yang bermanfaat untuk mewujudkan urip iku urup. Dan yang terpenting dari semuanya adalah tidak perlu mengatakan apapun yang sudah kita lakukan untuk mewujudkan urip iku urup.

Penutup
Bulan Kitab Suci bisa kita jadikan sebagai momen memberitakan isi Kitab Suci melalui hidup kita, atau kita jadikan sebagai momen untuk lebih memahami isi Kitab Suci. Momen apapun yang kita pilih dalam menghayati bulan Kitab Suci saat ini, semoga menjadikan urip iku urup. (SRw)

 

Pujian: KJ. 51 : 1, 2 Kitab Suci, Hartaku


Rancangan Khotah: Basa Jawi

Pambuka

FIRMAN-MU P’LITA BAGI KAKIKU
TERANG BAGI JALANKU
FIRMAN-MU P’LITA BAGI KAKIKU
TERANG BAGI JALANKU

Reff :

WAKTU KU BIMBANG
DAN HILANG JALANKU
TETAPLAH KAU DI SISIKU
DAN TAK KAN KU TAKUT
ASAL KAU DI DEKATKU
BESERTAKU SELAMANYA 

Tembang rohani punika kalebet tembang lawas ingkang taksih populer ngantos ing wegdal sapunika. Tumrap kula, tembang punika ngengetaken satunggaling filosofi Jawi inggih punika urip iku urup. Filosofi punika ngemu teges gesang kita kedah saged munpangati senaosa namung sekedhik (sumber). Kadosdene pratelanipun tembang Firman-Mu Pelita bagi Kakiku, kita saged ndadosaken Sabdanipun Gusti minangka suluh ing gesang kita, satemah saged ngetrapaken filosofi urip iku urup.

Isi
Cariyos Injil bab Gusti Yesus wicantenan kaliyan tiyang estri Siro Fenisia dados pitedah supados kita maos cariyosipun Kitab Suci sacara jangkep. Maos cariyos namung saperangan kemawon saged mbingungaken. Ing wiwitaning cariyos, Gusti Yesus mboten kersa mitulungi putranipun tiyang estri Siro-Fenisia. Tumindakipun Gusti Yesus punika nuwuhaken kesalahpahaman tumraping tiyang ingkang maos cariyos punika. Nanging menawi cariyos punika dipun waos ngantos tutug, mboten badhe nuwuhaken kesalahpahaman. Karana Gusti Yesus nyarasaken putranipun tiyang estri Siro- Fenisia sasampunipun pirsa agenge pangupaya tiyang estri punika kangge kesarasan putranipun. Kagem Gusti Yesus, Putranipun Manungsa ingkang dipun gulowentah kanthi tata caranipun tiyang Yahudi, tamtunipun limrah bilih panggulowentah punika lajeng ndadosaken Gusti Yesus mboten kersa sesambetan kaliyan tiyang non Yahudi. Nanging, pangupaya ageng ingkang katindakaken dening tiyang estri Siro-Fenisia kangge kesarasan putranipun sampun ngribah cara pandang Gusti Yesus, ingkang lajeng kersa maringaken kesarasan dhumateng putranipun tiyang estri punika. Anggenipun Gusti Yesus mboten kersa enggal maringaken panyuwunanipun tiyang estri Siro-Fenisia punika ugi saged dipun tafsir bilih Gusti Yesus sengaja ngersakaken mirsani sepinten agenge iman kapitadosanipun tiyang estri punika dhumateng Panjenenganipun.

Gusti Yesus pirsa bab kawigatosanipun tiyang ingkang nyowanaken tiyang budheg bisu supados kasarasaken, tumindak paring pitulungan dhumateng tiyang budheg bisu punika. Gusti Yesus lajeng menging supados prekawis Gusti Yesus nyarasaken tiyang budheg bisu mboten dipun cariosaken dhumateng tiyang sanes. Anggenipun Gusti Yesus menging nyariosaken bab punika mucal dhumateng kita supados mboten gampil pamer bab kesaenan ingkang sampun kita tindakaken. Senaosa mekaten, para saksi ingkang nekseni bab panguwaosipun Gusti Yesus ngribah kawontenanipun tiyang ingkang sowan dhumateng Panjenenganipun, panggah nyariosaken bab panguwaosanipun Gusti Yesus.

Panguwaosipun Gusti Allah ngribah kawontenanipun umat kagunganipun, dipun wucalaken dening Nabi Yesaya supados umatipun Gusti masrahaken gesangipun dhumateng Gusti ingkang perduli. Juru tulis ingkang nyerat serat Yakobus ugi mratelakaken bilih Gusti ingkang saestu migatosaken umatipun, ngersakaken supados umatipun tumindak adil dhumateng tiyang sanes, sarta nresnani tiyang sanes kados dene dhirinipun piyambak minangka wujud mbangun miturut dhumateng Gusti.

Migatosaken benang merah saking tigang waosan ing dinten punika, Sabdanipun Gusti maringi pitedah bab migatosaken tiyang sanes punika wujud kasetyan kita dhumateng Gusti. Nindakaken dhawuhipun Gusti punika saged mujudaken satunggaling filosofi Jawa inggih punika urip iku urup. Kasetyanipun Nabi Yesaya medhar sabdanipun Gusti dhumateng umatipun Gusti, piwucalipun ingkang kaserat ing Yakobus bab sampun ngantos mbedak-mbedakaken tiyang nalika nindakaken kesaenan, agenge upayanipun tiyang estri Siro-Fenisia nalika nyuwun putranipun dipun paringi kesarasan, kawigatosanipun tiyang ingkang nyowanaken tiyang budheg bisu dhateng Gusti Yesus supados dipun sarasaken, agenge tekadipun para saksi martosaken panguwaosipun Gusti Yesus, sarta dhawuhipun Gusti Yesus ingkang menging supados pitulunganipun dhateng tiyang budheg bisu mboten kawedharaken, inggih punika prekawis-prekawis ingkang saged dipun tuladhani supados gesang kita migunani.

Ing mangsa pandemi lan mangsa pemulihan saking pandemi Covid19 punika, wonten kathah prekawis ingkang saged kita tindakaken murih mujudaken urip iku urup, supados sansaya kathah tiyang ingkang mujudaken filosofi punika. Kados ta: setya medar sabdanipun Gusti lumantar gesang ingkang kita lampahi. Setya nindakaken lan ngengetaken bab protokol kesehatan amrih penyebaran Covid19 saged mandeg. Tansah nyenyuwun dipun paringi kesarasan tumrap ingkang sakit. Tansah nyenyuwun dipun pulihaken saking pandemi. Perduli dhateng tiyang ingkang terpapar lan terdampak Covid-19. Gadhah tekad ageng kangge martosaken bab panguwaosanipun Gusti. Gadhah tekad ndherek medhot sumebaripun Covid 19, sarta maringi saran bab bertahan lan berjuang ing satengahipun mangsa pandemi. Sedaya punika bab ingkang munpangati satemah mujudaken urip iku urup. Ingkang langkung utami saking sedaya punika mboten perlu sanjang tiyang sanes bab ingkang sampun kita tindakaken minangka mujudaken urip iku urup.

Panutup
Wulan kitab suci punika saged kita dadosaken wegdal martosaken isinipun Kitab Suci, lumantar gesang kita, utawi kita dadosaken momen kangge sansaya nyinaoni isinipun kitab suci. Punapa kemawon momen ingkang dados pilihan kita ing wulan Kitab Suci punika, mugi-mugi ndadosaken urip iku urup. (SRw)

Pamji: KPJ. 195 Kula Datan Badhe Nrimah.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak