PRA PASKAH 1 / Hari Doa Sedunia
STOLA UNGU
Bacaan 1 : Kejadian 3:1-7
Bacaan 2 : Roma 5:12-19
Bacaan 3 : Matius 4:1-11
Tema Liturgis : Taat melakukan kehendak Allah
Tema Khotbah : Menaati firman Allah
Keterangan Bacaan
Kejadian 3:1-7
- Ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah (ay.1)
- Ular memutarbalikkan perintah TUHAN Allah sebagaimana tertulis dalam Kejadian 2:16 ”Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,” (ay.1)
- Sebaliknya, perempuan sangat ingat bahkan memberikan tambahan perintah dari perintah TUHAN Allah yang diberikan kepada manusia sebagaimana tertulis dalam Kejadian 2:17 “tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
- Ular membantah perintah TUHAN Allah (ay.4)
- Bantahan akan perintah TUHAN Allah itu disertai dengan godaan yang ditawarkan kepada perempuan. Godaan itu berupa: matamu akan terbuka; kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat (ay.5)
- Perempuan yang tadinya sangat ingat bahkan mampu memberi tambahan perintah dari perintah TUHAN Allah berbalik sangat drastis menjadi lupa akan perintah TUHAN Allah dan selanjutnya melanggar/tidak taat atas perintah TUHAN Allah (ay.6-7)
Roma 5:12-19
Pada bagian ini Paulus memberikan penjelasan bahwa karena pelanggaran/ketidaktaatan Adam; dosa, maut dan penghukuman menjalar kepada semua orang. Demikian sebaliknya, oleh karena kebenaran/ketaatan Yesus Kristus maka kasih karunia Allah dan anugerah kebenaran boleh dirasakan oleh semua orang.
Matius 4:1-11
Iblis/si pencoba melakukan pekerjaannya dalam mencobai Yesus tidak hanya sekali tetapi berulang kali. Berulang kali pula Yesus melawan pencobaan itu dan perlawanan itu dilakukan dengan berdasarkan firman/kehendak Allah. Bahkan pada akhirnya Yesus mengusir iblis/si pencoba itu. Hal ini menunjukkan bahwa sama sekali tidak ada untungnya berdialog dengan iblis/si pencoba.
BENANG MERAH TIGA BACAAN
Ketiga bacaan di atas memuat perihal ketidaktaatan yang berbuah dosa dan ketidakbaikan. Ketidaktaatan sering terjadi ketika manusia membuka ruang bagi iblis untuk berdiskusi. Tanpa sadar ketaatan yang kuatpun bisa bergeser tatkala menghadapi gempuran pencobaan si iblis yang keras juga usahanya dalam mencobai manusia. Namun sebaliknya, buah dari ketaatan Yesus Kristus adalah keselamatan sejati bagi seluruh ciptaan.
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
Pendahuluan
Di sebuah stasiun televisi seringkali ditayangkan seorang presenter yang berdandan kocak “mengincar” para pelanggar peraturan di tempat-tempat umum. Yang menarik untuk disimak adalah reaksi para pelanggar yang “tertangkap” oleh sang presenter dan kemudian diwawancarai perihal alasan mereka melanggar peraturan. Ada yang menunjukkan sikap malu-malu, tetapi ada juga yang menunjukkan sikap biasa saja bahkan cenderung tidak merasa bersalah. Sebagian bahkan dengan entheng mengatakan: “peraturan dibuat ‘kan untuk dilanggar”.
Isi
Ketiga bacaan kita pada hari ini juga membahas perihal ketaatan dan ketidaktaatan. Pada bacaan pertama kita bisa melihat bagaimana si ular dengan sangat cerdik meruntuhkan ketaatan perempuan kepada perintah TUHAN Allah. Sebenarnya sang perempuan adalah seorang yang taat kepada perintah TUHAN Allah. Bahkan perintah/ larangan TUHAN Allah agar jangan memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat ditambah oleh sang perempuan dengan larangan agar jangan meraba buah dari pohon tersebut. Hal ini sebenarnya mengindikasikan betapa taatnya sang perempuan kepada perintah/ larangan TUHAN Allah. Namun toh pada akhirnya ketaatan yang luar biasa itu runtuh setelah sang perempuan mendengarkan suara si ular.
Akibat dari runtuhnya ketaatan sang perempuan, maka buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat itu tidak hanya diraba tetapi juga dimakan. Tidak berhenti di situ, sang perempuan juga memberikan buah itu kepada suaminya. Cukup menarik untuk disimak di sini, ternyata sang suami juga ikut memakan buah tersebut begitu saja. Tidak terjadi diskusi sedikitpun antara sang perempuan dengan suaminya. Berbeda dengan kondisi antara sang perempuan dengan si ular sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa ketaatan sang suami kepada perintah TUHAN Allah sangatlah lemah karena Alkitab mencatat bahwa sang suami bersama-sama dengan sang perempuan. Mengapa sang suami tidak menguatkan ketaatan sang perempuan akan tetapi malah mau makan buah yang diberikan kepadanya?
Akibat ketidaktaatan itu, Paulus mencatat pada bacaan kedua kita hari ini, dosa, maut dan penghukuman menjalar kepada semua orang. Semua orang menjadi jauh dari keselamatan anugerah Tuhan. Namun kita patut bersyukur karena keadaan tersebut diubah oleh karena ketaatan Yesus Kristus kepada kehendak Sang Bapa. KasihNya yang besar bagi manusia menjadikanNya rela berkorban bagi keselamatan seluruh manusia yang berdosa. Ketaatan Yesus Kristus kepada Sang Bapa memang telah nampak sejak awal karyaNya sebagaimana diberitakan Alkitab pada bacaan ketiga kita.
Dari bacaan ketiga, kita bisa belajar tentang ketaatan dan cara agar tetap taat. Perhatikanlah si pencoba yang secara bertubi-tubi mencobai Yesus Kristus. Hal ini menjelaskan kepada kita semua bahwa pekerjaan si jahat untuk meruntuhkan ketaatan kita kepada Tuhan tidak pernah berhenti. Kini perhatikanlah cara Yesus Kristus menghadapi/ menjawab si pencoba. Yesus Kristus selalu menggunakan frasa “ada tertulis”. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus Kristus selalu mendasarkan sikapNya pada firman dan kehendak Sang Bapa yang tertulis pada kitab suci. Inilah ketaatan yang luar biasa yang sudah ditunjukkan Yesus Kristus sejak awal karyaNya. Dan pada akhirnya, Yesus Kristus mengusir si pencoba. Hal ini menunjukkan sebuah sikap yang tegas dari Yesus Kristus bahwa Dia tidak ingin (tidak merasa perlu) untuk berdialog dengan si pencoba. Ketaatan yang luar biasa dan ketidakmauan berdiskusi dengan si pencoba inilah yang terus ditunjukkan secara konsisten oleh Yesus Kristus dalam berkarya sampai pada puncak karyaNya melalui penderitaan dan kematianNya di atas kayu salib demi keselamatan seluruh manusia.
Penutup
Demikianlah hendaknya kita semua sebagai para pengikut Tuhan Yesus Kristus. Meneladani sikap Yesus memang tidak mudah. Kita sadar bahwa tantangan, godaan dan cobaan senantiasa mengintai kehidupan kita. Kita diajak untuk belajar bahwa akibat dari ketidataatan sangatlah buruk. Maka marilah kita terus belajar firman Tuhan, belajar menjadi taat kepada firman itu dan jangan memberi peluang diskusi dengan si jahat yang tiada pernah lelah menggoda dan mencobai kita. Amin. [Abed]
Nyanyian: KJ 356
—
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pambuka
Ing satunggaling stasiun TV asring dipun ketingalaken satunggaling presenter (pranata cara) ingkang dandan lucu “ngincer” tiyang-tiyang ingkang nerak tatanan (peraturan) ing papan-papan umum. Ingkang sae kita gatosaken menika tingkah polahipun tiyang-tiyang ingkang kecepeng dening presenter lan lajeng kadangu alesanipun nerak tatanan menika. Wonten ingkang ketingal kisinan, nanging ugi wonten ingkang rumaos biasa kemawon kados boten rumaos lepat. Sawatawis malah wonten ingkang kanthi entheng mangsuli: “peraturan digawe kuwi ‘rak supaya dilanggar ta.”
Isi
Tingang waosan kita dinten menika ugi ngrembag bab ketaatan (pambangun turut) lan ketidaktaatan (pamurangsarak). Ing waosan sepisan kita saged ningali si sawer kanthi kanthi julik nggogrokaken ketaatanipun wanita dhumateng prentahipun Gusti Allah. Sejatosipun sang wanita menika tiyang ingkang mbangun turut sanget dhateng prentahipun Gusti Allah. Malah prentahipun Gusti Allah supados boten nedha wohing wit kawruh becik lan ala menika dipun tambahi dening sang wanita kanthi malah aja nganti nggepok wit menika. Menika nedahaken bilih saiba manutipun sang wanita dhumateng prentahipun Gusti Allah. Ewasamanten, wusana pambangun turutipun ingkang ageng menika gogrok sareng sang wanita menika mirengaken swantenipun si sawer.
Awit saking gogroking pambangun turutipun sang wanita, pramila wohing wit kawruh becik lan ala boten namung dipun demèk, nanging ugi dipun tedha. Boten namung mandheg ing ngriku, sang wanita ugi maringaken woh menika dhateng semahipun. Ingkang prayogi kita gatosaken ing ngriki, jebul semahipun sanalika kemawon ugi nedha woh menika. Boten wonten rembagan menapa-menapa ing antawisipun sang wanita kaliyan semahipun. Benten kaliyan tumindakipun sang wanita kaliyan sawrr saderengipun. Menika nedahaken bilih pambangun turutipun ingkang semah (tiyang jaler) dhumateng Gusti Allah menika ringkih sanget, kamangka kacariyosaken bilih ingkang jaler tansah tetunggilan sareng kaliyan ingkang putri. Kenging menapa ingkang jaler boten nyantosakaken pambangun turutipun semahipun, nanging malah tumut nedha kemawon woh ingkang dipun paringaken dhateng piyambakipun?
Wohing pamurangsarak menika, Rasul Paulus nyerat ing waosan kalih kita dinten menika, dosa, pati lan paukuman ingkang mrambat dhateng sedaya tiyang. Sedaya tiyang dados tebih saking karahayon peparingipun Gusti. Nanging kita saos sokur kawontenan menika dipun ewahi dening pambangun turutipun Gusti Yesus Kristus dhumateng karsanipun Kang Rama. Sih katresnanipun ingkang agung tumrap manungsa njalari Panjenenganipun lila kekurban murih kawilujenganipun sedaya manungsa dosa. Pambangun turutipun Sang Kristus dhumateng Kang Rama pancen sampun nyata wiwit wiwitaning pakaryanipun kados ingkang kacetha ing Kitab Suci waosan katiga dinten menika.
Saking waosan katiga, kita saged sinau bab pambangun turut lan marginipun supados tetep mbangun turut. Kagatosna si panggodha ingkang tanpa kendhat nggodha Gusti Yesus. Menika nedahaken dhateng kita bilih pandamelipun sang panggodha kangge nggogrokaken pambangun turut kita dhumateng Gusti boten nate kendel. Samangke kagatosna kados pundi Gusti Yesus ngadhepi lan nelukakaen sang panggodha. Gusti Yesus tansah migunakaken tembung: “Wus katulis ing Kitab Suci:” Menika nedahaken bilih Sang Kristus tansah ndhasaraken tumindakipun dhateng sabda lan karsanipun Kang Rama ingkang kaserat ing Kitab Suci. Menika pambangun turut ageng ingkang sampun dipun tedahaken dening Sang Kristus wiwit wiwitaning pakaryanipun. Wusananipun, Sang Kristus nundhung sang panggodha. Menika nedahaken sikap teges saking Gusti Yesus bilih Panjenenganipun boten karsa (boten rumaos prelu) wawan pangandika malih kaliyan sang panggodha. Pambangun turutipun ingkang ageng lan anggenipun boten karsa wawan pangandikan kaliyan sang panggodha menika ingkang dipun tindakaken kanthi ajeg dening Gusti Yesus anggenipun makarya ngantos satutugipun srana kasangsaran lan sedanipun ing kajeng salib murih kawilujenganipun sedaya umat manungsa.
Panutup
Lah mekaten kedahipun tumindak kita minangka para pendherekipun Gusti Yesus Kristus. Nulad tindakipun Sang Kristus pancen boten kepara gampil. Kita mangertos bilih tantangan, panggodha lan panyobi tansah ngupengi pigesangan kita. Kita dipun wulangi bilih wohing pamurangsarak menika awon nggegirisi. Pramila saking menika, sumangga kita terus blajar saking sabdanipun Gusti, blajar mbangun turut dhumateng sabdanipun lan sampun ngantos maringi papan lan wewengan kangge wawan pangandikan kaliyan sang panggodha ingkang boten nate mupus nggodha lan milut kita. Amin. [terj. St]
Pamuji: KPK 193: 1,3.