Pengalaman Bersama Kristus adalah Guru Terbaik Khotbah Minggu 4 Mei 2025

21 April 2025

Minggu Paskah 3 | Syukur YBPK
Stola Putih

Bacaan 1: Kisah Para Rasul 9 : 1 – 6
Mazmur: Mazmur 30
Bacaan 2: Wahyu 5 : 11 – 14
Bacaan 3: Yohanes 21 : 1 – 19

Tema Liturgis: Pendidikan yang Menumbuhkan
Tema Khotbah: Pengalaman Bersama Kristus adalah Guru Terbaik

Penjelasan Teks Bacaan :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Kisah Para Rasul 9 : 1 – 6
Peristiwa pertobatan Saulus merupakan peristiwa yang luar biasa dalam kesaksian Alkitab. Saulus mengalami perjumpaan spiritual dengan Yesus. Pengalaman perjumpaan tersebut menjadikannya berada dalam perenungan selama 3 hari dalam kondisi buta dan berpuasa. Pengalaman perjumpaan tersebut mengubah cara pandangnya terhadap Yesus. Ia yang semula bersemangat menangkap para pengikut Yesus dan hendak menumpas ajaran-ajaran-Nya, kini berbalik 180° mendedikasikan seluruh hidupnya untuk mewartakan Injil Yesus. Melalui kisah ini, secara tidak langsung ingin menyampaikan bahwa Allah dapat memanggil siapapun untuk terlibat dalam karya-Nya, kuasa-Nya mampu mengatasi segala sesuatu, bahkan mengatasi segala ketidakmungkinan bagi akal pikiran manusia.

Wahyu 5 : 11 – 14
Kitab Wahyu mengisahkan penglihatan yang dialami oleh Yohanes ketika mengalami pembuangan di pulau Patmos. Keadaannya begitu menderita, usianya tidak lagi muda, ia harus terasingkan di kala tetap berpegang teguh pada imannya. Keteguhan imannya-lah yang memampukannya tetap bertahan bahkan berani untuk menolak menyembah Kaisar dengan imbalan apapun. Melalui penglihatannya, Yohanes percaya bahwa pada akhirnya Kerajaan Allah akan menang, Allah akan berkuasa dan disembah oleh seluruh ciptaan. Meski dalam keyakinan yang demikian, untuk menuju “kemenangan” tersebut perlu perjuangan yang tidak mudah, bagaimana Anak Domba harus mengalami derita, begitu juga para pengikut Anak Domba juga memikul beban yang sama. Sehingga kemenangan tersebut hanyalah dialami oleh umat yang setia, sebab tidak banyak yang bisa bertahan dalam situasi itu. Hanya yang setia sampai mati yang akan memperoleh mahkota kehidupan.

Yohanes 21 : 1 – 19
Perikop ini berkisah tentang Petrus bersama dengan para murid yang lain berjumpa dengan Yesus yang bangkit, yang dilukiskan dengan narasi yang begitu indah. Petrus dan para murid yang lain masih mengalami kondisi tertekan pasca kematian Yesus di kayu salib. Hal ini membuat mereka kehilangan harapan sehingga membuat mereka memilih jalan kembali ke kehidupan mereka yang lama, yaitu sebagai nelayan. Namun ketika mereka menebarkan jala, ada suatu momen dimana mereka teringat akan pengalaman yang sama, yaitu mereka menebarkan jala namun tidak menangkap apa-apa. Ketika mereka hampir menyerah, tiba-tiba seseorang menanyai mereka bahkan memberikan saran yang penuh “kepastian” kepada Petrus dan murid lainnya. Tentu peristiwa ini membuat Petrus dan para murid lainnya teringat tentang pengalaman yang juga sama ketika mereka menuruti saran tersebut lalu mendapatkan banyak ikan. Yohanes-lah yang lebih dahulu sadar bahwa seseorang yang memberi saran tersebut adalah Tuhan Yesus, lalu ia memberi tahu Petrus dan yang lain bahwa itu adalah Tuhan Yesus yang telah bangkit. Lalu ketika mereka menepi, Tuhan Yesus telah menyiapkan tempat untuk menikmati ikan hasil tangkapan mereka dan menyiapkan api unggun.

Peristiwa ini sangat penuh kehangatan dan keramahan, dimana Tuhan Yesus benar-benar mengasihi mereka. Melalui pengalaman, Tuhan Yesus membuka hati mereka dan menumbuhkan semangat baru dalam diri mereka untuk bersaksi atas kebangkitan-Nya, terlebih bagi Petrus. Tuhan Yesus memberikan kesempatan kepada Petrus untuk mengungkapkan penyesalan akan penyangkalannya melalui ungkapan kasih. Bahkan hati Petrus semakin dimantapkan ketika Tuhan Yesus bertanya tiga kali, “Apakah engkau mengasihi Aku?”. Pengakuan itu berarti pemulihan hubungan Petrus dengan dirinya sendiri. Dengan pengakuan dosa, Petrus berdamai dengan dirinya sendiri. Penyangkalan Petrus sebanyak tiga kali diimbangi dengan tiga kali pernyataan kasih–Nya.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Ketiga bacaan mengisahkan tentang betapa pengalaman adalah suatu “guru” yang baik serta menumbuhkan dalam kehidupan beriman. Bagaimana Saulus melalui pengalaman perjumpaan bersama Yesus benar-benar telah mengubah kehidupannya. Meskipun pengalaman tersebut membuatnya merenung selama 3 hari dalam kebutaan dan berpuasa, namun pengalaman rohani tersebut membawa dampak yang luar biasa bagi kehidupan Saulus, dari seorang pembantai murid-murid Yesus menjadi seorang pewarta Injil Kristus. Begitu juga dengan Petrus dan murid yang lainnya, bagaimana Yesus meneguhkan iman mereka melalui perjumpaan yang mengingatkan mereka akan pengalaman yang sama. Pengalaman tersebut benar-benar menanamkan semangat dalam hati mereka, bahkan menuntun Petrus mengalami pertobatan dan pemulihan ketika diberi kesempatan mengungkapkan penyangkalannya terhadap Yesus melalui ungkapan kasih. Penyangkalan Petrus sebanyak tiga kali diimbangi dengan tiga kali pernyataan kasih–Nya, menjadikan Petrus berdamai dengan dirinya serta berkenan menyerahkan dirinya untuk bersaksi tentang kebangkitan Kristus dengan semangat yang membara.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Semua orang pasti pernah mendengar ungkapan “pengalaman adalah guru yang terbaik”. Memang melalui pengalaman, seseorang mampu mempelajari apa yang dialaminya dan kemudian mengambil pelajaran darinya, agar bisa menggunakan kesimpulan yang diambilnya untuk digunakan dalam menghadapi hal yang serupa di masa depan. Inilah metode empiris, yang mungkin bagi kebanyakan orang dianggap cukup efektif dalam menyelesaikan persoalan tertentu, tetapi bisa saja keliru jika keadaan sudah berubah, sehingga bisa dikatakan bahwa pengalaman memang belum tentu menjadi guru yang terbaik, mengapa bisa demikian? Pengalaman bisa saja sesuatu yang pahit atau sesuatu yang manis. Mungkin orang-orang ingin mengingat yang manis dan melupakan yang pahit. Namun nyatanya jelas tidak mudah, sebab orang sering gampang melupakan yang manis dan selalu terbayang-bayang hal yang pahit. Dengan demikian, tidak sedikit orang yang menghadapi hari depan dengan perasaan kesal, takut, dan kecewa sebab berbekal pengalaman pahit yang pernah dialaminya.

Isi
Dalam bacaan Injil, dikisahkan Petrus bersama dengan para murid yang lain mengalami keadaan yang begitu tertekan. Pengalaman kehilangan sosok Guru yang mereka cintai, yaitu Yesus yang mati tersalib tentu menimbulkan kepahitan dalam hati mereka. Tidak heran jika Petrus bersama dengan para murid yang lain kembali pada pekerjaan mereka yang lama, yaitu menjadi nelayan. Hal ini karena pengharapan mereka telah pupus oleh pengalaman pahit yang mereka alami. Namun ketika mereka mencoba untuk menangkap ikan, saat mereka menebarkan jala, ada suatu momen dimana mereka teringat akan pengalaman yang sama, yaitu mereka menebarkan jala namun tidak menangkap apa-apa! Ketika mereka hampir menyerah, tiba-tiba seseorang menanyai mereka bahkan memberikan saran yang penuh “kepastian” kepada Petrus dan para murid lainnya. Tentu peristiwa ini tidak asing bagi mereka, meskipun mereka dalam ketidak-tahuan, mereka menuruti saran tersebut lalu mendapatkan banyak ikan. Yohanes-lah yang lebih dahulu sadar bahwa seseorang yang memberi saran tersebut adalah Tuhan Yesus. Ia lalu memberi tahu Petrus dan para murid yang lain bahwa dialah Yesus yang telah bangkit. Ketika mereka menepi, Tuhan Yesus telah menyiapkan tempat untuk menikmati ikan hasil tangkapan mereka dan menyiapkan api unggun. Peristiwa ini sangat penuh kehangatan dan keramahan, dimana Tuhan Yesus benar-benar mengasihi mereka. Melalui pengalaman bersama Tuhan Yesus ini, hati mereka terbuka, mereka memiliki semangat baru untuk bersaksi atas kebangkitan-Nya. Terlebih bagi Petrus, Tuhan Yesus memberikan kesempatan kepada Petrus untuk mengungkapkan penyesalan akan penyangkalannya melalui ungkapan kasih. Bahkan hati Petrus semakin dimantapkan ketika Tuhan Yesus bertanya tiga kali, “Apakah engkau mengasihi Aku?”. Pengakuan itu berarti pemulihan hubungan Petrus dengan dirinya sendiri. Sehingga dalam kemantapan hati, Petrus berdamai dengan dirinya, kuasa Allah yang dinyatakan mengubahkan kehidupan Petrus menjadi saksi Kristus yang setia sampai akhir hidupnya.

Pengalaman bersama Kristus sungguh membawa kuasa yang akan mengubahkan kehidupan sesorang, termasuk kehidupan seorang Saulus. Meskipun Saulus adalah suatu kepahitan bagi para murid Tuhan Yesus, namun di mata Allah, tidak ada yang mustahil. Dalam keadaan hati Saulus yang tengah berkobar-kobar untuk menganiaya para murid serta membinasakan ajaran Kristus, Tuhan Yesus hadir dalam diri Saulus dan mengidentifikasikan diri-Nya dalam diri para pengikuti-Nya, sehingga apa yang dilakukan oleh Saulus juga dilakukannya kepada Yesus. Pengalaman perjumpaan tersebut membuat Saulus merenung dalam kebutaan dan berpuasa selama 3 hari. Dalam proses tersebut, pengalaman perjumpaan bersama Yesus mengubah cara pandangnya terhadap Yesus Kristus dan membuat hatinya berubah 180°. Ia kemudian mendedikasikan hidupnya untuk mewartakan Injil Kristus. Dalam kemantapan keputusannya untuk bertobat dan mengikut Kristus, Allah membuka selaput matanya sehingga penglihatannya dipulihkan serta memberinya pemulihan tubuh dan kemantapan hati dalam mewartakan Injil Kristus kepada bangsa-bangsa lain, raja-raja serta orang Israel.

Penutup
Pengalaman memang belum tentu menjadi guru yang terbaik bagi kita umat manusia, namun jika pengalaman tersebut kita alami bersama dengan Tuhan Yesus Kristus maka dapat dipastikan hal tersebut akan menjadi guru yang terbaik dalam kehidupan kita. Pengalaman bersama Tuhan Yesus Kristus selalu membawa dampak perubahan hidup yang baik dalam kehidupan umat milik-Nya. Meskipun pengalaman yang dialami bukanlah sesuatu yang selalu menyenangkan, yaitu pengalaman yang terkadang harus membuat kita menangis, kehilangan bahkan terpuruk, sebagaimana para murid yang kehilangan Sang Guru bahkan Petrus menyangkal Yesus 3 kali, namun semuanya diperbaharui oleh Tuhan Yesus Kristus melalui perjumpaan-Nya bersama para murid. Dengan cara yang begitu indah, Tuhan Yesus mengenang peristiwa yang meneguhkan hati mereka dalam keramahan dan kehangatan yang mendorong para murid memiliki semangat baru dalam hati mereka untuk bersaksi tentang Kristus.

Dalam peringatan Pekan Syukur YBPK ini, marilah kita jadikan pengalaman bersama Kristus sebagai suatu pendidikan hidup yang berlaku bagi kita, dimanapun kita berada. YBPK sebagai bagian kesaksian GKJW dalam dunia pendidikan, tentu selalu menanamkan nilai-nilai moral dan iman berdasarkan pengalaman iman yang dihayati dalam Kitab Suci. Meskipun YBPK masih harus berjuang menghadapi badai pergumulan dalam karyanya, namun kesetiaan YBPK untuk tetap bertahan, berjuang dan setia untuk mencerdaskan anak bangsa merupakan sesuatu yang patut dihargai. Pengalaman yang telah dialami oleh YBPK bahwa hingga detik ini menyadarkan bahwa Tuhan Allah tetap menyertai dan berkarya bagi YBPK. Sebagaimana yang dialami oleh Saulus, tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan Allah untuk menyatakan kuasa-Nya bagi umat pilihan-Nya. Semoga perjuangan YBPK dalam bersaksi di dunia pendidikan semakin mengalami berbagai pengalaman bersama Kristus yang menguatkan serta mengubahkan ke arah yang semakin baik seturut dengan kehendak-Nya. Amin. [mojoo].

 

Pujian: KJ. 400 : 1  Kudaki Jalan Mulia

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Saben tiyang mesthi nate mirengaken tembung “pengalaman adalah guru yang terbaik”. Pancen leres, bilih lumantar pengalaman, manungsa saged sinau prekawis ingkang dipun alami kangge ngadhepi prekawis sami ing dinten salajengipun. Punika metode empiris, ingkang miturut tiyang kathah cukup efektif kangge ngrampungaken prekawis mligi. Ananging saged kemawon punika klentu, menawi kahananipun sampun ewah. Pancen pengalaman dereng tamtu saged dipun wastani guru yang terbaik, kenging punapa? Awit pengalaman saged kemawon prekawis ingkang pait ugi prekawis ingkang sae. Mbok bilih kathah tiyang kepingin ngengeti prekawis ingkang sae lan nyupekaken prekawis ingkang pait, ananging kasunyatanipun estu mboten gampil, awit mboten sekedhik tiyang ingkang gampil nyupekaken prekawis ingkang sae lan mesthi enget ing prekawis ingkang pait. Mila mboten sekedhik tiyang ingkang nglampahi pigesanganipun kanthi raos pegel, ajrih, lan sumelang, karana pangraos punika asalipun saking pengalaman pait ingkang nate dipun alami.

Isi
Wonten ing waosan Injil, kacariyosaken Petrus lan para sakabat lintunipun sami estu ngalami kawontenan ingkang sedhih awit sami kecalan tiyang ingkang dipun tresenani, inggih punika Gusti Yesus Sang Guru ingkang seda sinalib. Prekawis punika estu nuwuhaken kepahitan ing sajroning batosipun para sakabat. Pramila mboten gumun menawi Petrus lan para sakabat lintunipun sami wangsul dhateng padamelan lawasipun, inggih punika dados Juru-amek-iwak. Punika karana pangajeng-ajengipun para sakabat punika sampun pupus, ingkang dipun enget namung pengalaman pait ingkang dipun alami. Ananging nalika para sakabat punika pados ulam, jala dipun tibaken jebul para sekabat sami ngengeti pengalaman ingkang sami, inggih punika sadaya sami mboten angsal ulam satunggal punapa. Nalika para sekabat wus badhe nyerah, jebul wonten tiyang ingkang nangleti sarta paring dhawuh kebak ing “katamtuan” dhumateng Petrus lan para sakabat. Estu prastawa punika kados-kados sampun nate dipun alami dening para sakabat, sanadyan sadaya sami dereng pirsa, ananging para sakabat sami manut dhawuhipun tiyang kalawau lajeng angsal ulam kathah sanget.

Yokanan ingkang langkung rumiyin wanuh bilih tiyang ingkang paring dhawuh punika estu Gusti Yesus, lajeng ngaturi Petrus lan sakabat lintunipun bilih tiyang punika Gusti Yesus ingkang sampun wungu. Nalika sampun mandap ing dharatan, Gusti Yesus sampun nyawisaken papan kangge dhahar ulam ingkang dipun bekta dening para sakabat lan ngurupi geni. Saestu prastawa punika kebak ing swasana ingkang lega sarta ulat sumeh, ing pundi Gusti Yesus estu nresnani para sakabat-Ipun. Lantara pengalaman sinarengan Gusti Yesus punik manahipun para sakabat sami tinarbuka, lajeng kagungan semangat enggal kangge atur paseksi bab wungunipun Gusti Yesus. Linangkung kangge Petrus, Gusti Yesus paring wewengan kangge Petrus atur panelangsa bab nyelaki Gusti Yesus lantaran pitembungan tresna. Malah batosipun Petrus dipun kiyataken kanthi manteb mawi pitakenanipun Gusti Yesus ambal kaping 3, “Apa kowe tresna marang Aku?”. Pangaken punika ateges pamulihan sesambetan Petrus marang dhirinipun piyambak. Pramila, lumantar manteping batosipun Petrus saged bedhamen marang dhirinipun piyambak, panguwaosipun Gusti Allah kasumurupaken, ngewahi pigesanganipun Petrus dados seksinipun Gusti Yesus ingkang setya ngantos paripurna.

Pengalaman sareng kaliyan Sang Kristus estu nedhaaken panguwasa ingkang ngewahi pigesangan tumrap umat manungsa, kalebet gesangipun Saulus. Sanadyan Saulus punika bab ingkang pait kangge para sakabatipun Gusti Yesus, ananging wonten ing ngarsanipun Gusti Allah, tan wonten bab ingkang mokal. Ing kahanan manahipun Saulus ingkang taksih semangat kangge nganiaya para sakabat sarta numpes piwucalipun Sang Kristus, Gusti Yesus rawuh ing pigesanganipun Saulus lan nepangaken Dhirinipun ing sajroning para Pandherekipun. Mila bab punapa kemawon ingkang dipun tindakaken Saulus tumrap para pandherekipun Gusti Yesus, punika ugi dipun alami dening Gusti Yesus. Pengalaman punika dadosaken Saulus sidhem ing kawontenan mripatipun wuta sarta mboten nedha antawis 3 dinten. Ing satengahing proses punika, pengalaman pinanggihan kaliyan Gusti Yesus ngewahi paningalanipun dhumateng Gusti Yesus Kristus, lan dadosaken manahipun ewah 180°, sarta masrahaken pigesanganipun kangge martosaken Injil Kristus. Anggenipun mantep mratobat sarta ndherek Sang Kristus, lajeng Gusti Allah ngicali sisik ing mripatipun satemah Saulus saged ndeleng malih sarta dipun paringi pamulihan badan lan manteping manah kangge martosaken Injil Kristus tumrap bangsa-bangsa sanes, tumrap para raja sarta tumrap tiyang Israel.

Panutup
Pengalaman pancen dereng tamtu saged dados guru ingkang sae kangge kita umat manungsa, ananging menawi pengalaman punika kita alami sinarengan kaliyan Sang Kristus punika saged kapesthi bilih bab punika badhe dados guru ingkang sae tumrap pigesangan kita, awit pengalaman sinarengan kaliyan Sang Kristus punika jalari ewah-ewahaning pigesangan, nuwuhaken tumindak gesang ingkang becik kangge umat kagunganipun. Sanadyan pengalaman ingkang dipun alami, estu mboten mesthi nyondhongi manah, sae pengalaman ingkang jalari tangis, kecalan, sarta kacingkrangan, kadosta para sakabat ingkang kecalan Sang Guru, malah Petrus nyelaki Gusti Yesus ambal kaping tiga, nanging sadaya dipun enggalaken mawi pepanggihan sinarengan para sekabat mawi cara ingkang elok sanget. Ngengeti prastawa ingkang nganthebi manah para sakabat ing swasana klawan ulat sumeh sarta kebak sih tresnanipun, Sang Kristus nuwuhaken semangat enggal ing sajroning manah kita supados manteb dados paseksi kagem Gusti.

Ing satengahing pahargyan Pekan Syukur YBPK, sumangga sesarengan kita dadosaken pengalaman sinarengan kaliyan Sang Kristus punika dados pendidikan pigesangan ingkang dipun lampahi tumrap para tiyang pitados ing pundia kemawon. YBPK minangka perangan sariranipun GKJW ing bab paseksi ing dunia pendidikan, tamtunipun tansah ngugemi nilai-nilai moral lan iman alandhesan pengalaman iman ingkang reraos saking Kitab Suci. Sanadyan YBPK taksih kedah berjuang ngadhepi tantangan lan pergumulan ing satengahing pakaryanipun, nanging prasetyanipun YBPK ingkang tetep nindakaken timbalanipun Gusti kangge nyerdasaken anak bangsa punika bab ingkang pantes kaalembana. Punika saged dados pengalaman ingkang dipun alami minangka pengalaman iman bilih ngantos dumugi wekdal samangke, Gusti Allah tansah nganthi lan makarya ing satengahing lelampahanipun YBPK. Kados ta ingkang dipun alami dening Saulus, mboten wonten bab ingkang mokal ing ngarsanipun Gusti Allah kagem nyumurupaken panguwaosipun dhateng umat kagungan-Ipun. Mugi-mugi, perjuanganipun YBPK nindakaken paseksi ing satengahing dunia Pendidikan punika tansah ngalami maneka werni pengalaman sinarengan kaliyan Sang Kristus ingkang tansah ngiyataken sarta ngewahi kawontenaning gesang tumuju ing kabecikan miturut karsanipun Gusti. Amin. [mojoo].

 

Pamuji: KPJ. 114  Gusti, Sestu Kula Tresna

Renungan Harian

Renungan Harian Anak