Khotbah Minggu 4 Desember 2016

23 November 2016

MINGGU ADVENT 2
STOLA  HIJAU

 

Bacaan 1         :  Yesaya 1:1-9
Bacaan 2         :  Roma 15:4-13
Bacaan 3         :  Matius 3:1-12

Mazmur          :  Mazmur 122

Tema Liturgis  : Mempererat persekutuan dalam menantikan kedatanganNya
Tema Khotbah : Mempererat persekutuan dalam menantikan kedatanganNya

 

Keterangan Bacaan

Yesaya 1:1-9.

Ayat 1 merupakan judul dari kitab Yesaya. Sebagai Nabi, Yesaya mengabarkan kepada umat Tuhan: apa Sabda Tuhan dan nubuat tentang masa depan. Sebagai Nabi, Yesaya tidak hanya melihat seperti apa yang dilihat orang lain. Yesaya mampu melihat di balik suatu peristiwa, mengapa sesuatu itu terjadi. Ia mendengar suara Tuhan, mengetahui yang akan terjadi di masa depan termasuk akan kedatangan Yesus serta dunia baru karya Tuhan nantinya.

Yesaya artinya Tuhan menyelamatkan manusia (atau Juruselamat). Penyebutan Tuhan di sini berarti dikasihi, ditaati dan dilayani. Hubungan Tuhan dan umatNya di sini adalah hubungan saling percaya.

Yesaya 1:2-9 menggambarkan ketidaksetiaan umat kepada Allahnya. Allah berbicara kepada seluruh alam semesta tentang umatNya yang memberontak. Umat itu bahkan berperilaku lebih bodoh dari pada binatang. Perilaku umat itu sungguh tidak layak di hadapan Allah yang adalah Sang Mahakudus (istilah khas Yesaya tentang Allah). Pemberontakan umat secara berjemaat ini menunjukkan bahwa bangsa itu sedang sakit. Bangsa yang sakit itu seperti seseorang yang seluruh bagian tubuhnya mengalami sakit. Bangsa itu dijarah seluruh segi kehidupannya oleh bangsa lain. Kesemarakan bangsa pilihan Tuhan sungguh menjadi masa lalu, tanpa sisa.

Di dalam keterpurukan manusia karena dosanya, masih ada sedikit sisa orang yang setia pada Allah. Kalau tidak ada yang sedikit itu, maka bangsa itu sudah seperti penduduk Sodom dan Gomora.

 

Roma 15:4-13

Yang kuat menolong yang lemah adalah sifat yang dianjurkan bacaan kita, dan itu berasal dari sifat Allah yang senantiasa menguatkan umatNya. Menghargai orang lain adalah cermin penghargaan terhadap Sang Pencipta. Sifat Allah yang diwariskan pada umat manusia ini menghadirkan pengharapan kekal untuk keselamatan semua ciptaan.

 

Matius 3:1-12

Yohanes Pembaptis memulai pekerjaannya sekitar 30 tahun setelah Yesus lahir (bandingkan Lukas 3:13-3). Gurun Yudea terletak di sisi barat dari Laut Mati. Setelah sekitar 400 tahun tidak ada kabar dari Allah untuk umatNya, maka datanglah Yohanes Pembaptis sebagai utusan Allah.

Sabda Allah, semua orang patut bertobat karena hukum surgawi akan diberlakukan di dunia. Pemberlakuan hukum itu berlangsung dalam kehadiran Yesus di dunia. Yohanes Pembaptis memerankan dirinya sebagai pemandu kedatangan Yesus seperti sudah disebutkan dalam Yesaya 40:3.

Yohanes Pembaptis juga dipadankan dengan Nabi Elia. Nabi itu akan memberitakan kedatangan Mesias atau Kristus (II Raja2 1:8; Maleakhi 4:5)

Saat itu upacara baptisan merupakan tanda seseorang bukan Yahudi resmi menjadi bagian dari bangsa Yahudi. Namun Yohanes Pembaptis  membuat arti baru atas baptisan, yaitu tanda seseorang bertobat dari kejahatannya. Pertobatan itu tulus, tidak mengandung kesombongan seperti sifat kebanyakan orang Yahudi – khususnya tokoh-tokoh yang disebut golongan Farisi dan Saduki, karena mereka keturunan Abraham.

Kebahagiaan orang yang bertobat akan semakin sempurna bila saatnya tiba – Sang Mesias menganugerahinya Roh Kudus (Roh Allah). Dalam hal inilah Yohanes Pembaptis bertugas mempersiapkan perjumpaan orang-orang yang percaya dengan Mesiasnya.

 

Benang Merah 3 Bacaan

Hubungan Tuhan dan umatNya adalah hubungan saling percaya. Dalam kepercayaanNya, Allah senantiasa menguatkan umatNya. Dalam Yesus Kristus orang percaya dianugerahi Roh Kudus.

 

RANCANGAN KHOTBAH:  Bahasa Indonesia

Pendahuluan

Yesaya – bacaan kita kali ini memberitakan bahwa pada suatu waktu manusia begitu bobroknya di hadapan Tuhan. Manusia tidak mengerti penciptanya, manusia tidak mengenal dengan benar Allahnya, manusia melawan kepada YANG JUSTRU MENCIPTA DAN MENGASIHINYA. Manusia memang kehebatannya luar biasa, namun ketika menjadi jahat maka kejahatannya juga luar biasa. Lembu mengenal pemiliknya, Keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat manusia tidak mengenal Allah Penciptanya (bandingkan Yesaya 1:3).

Bila manusia mengenal Allahnya, menghormatiNya, menyembahNya dan mempercayaiNya, maka itu bukanlah syarat agar Allah memberkati manusia. Pengutusan Yesaya kepada umatNya menunjukkan bahwa kasih Allah tidak bisa berubah. Allah mengenalkan diriNya sebagai pihak yang bukan hanya perlu dipercaya, tetapi juga mau percaya kepada kemungkinan pertobatan umatNya.

Tuhan marah, bahkan luar biasa marah kepada umatNya yang jauh tersesat dan memberontak kepadaNya – tetapi justru disitulah kita mengetahui bagaimana Allah peduli kepada manusia. Yesaya mengetahui dan merasakan maksud serta rencana Allah menyelamatkan manusia, bukan hanya di zamannya tetapi jauh melampaui abad-abad  berikutnya, di zaman Yesus datang ke dunia. Yesaya tahu bahwa dia dipercaya Tuhan untuk melaksanakan tugasnya. Yesaya tahu bahwa Tuhan juga mau percaya kepada umatNya, walaupun itu aneh dan hampir mustahil.

 

Isi

Berabad-abad kemudian Rasul Paulus menegaskan injil dari Yesaya itu. Kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus menjelaskan bahwa Allah senantiasa menghendaki umatNya sejahtera sentosa. Untuk itu Allah tidak henti-hentinya menguatkan orang percaya dengan berbagai cara. Ternyata salah satu rahasia kekuatan manusia bukan ketika memusatkan pikiran pada diri sendiri, melainkan ketika seseorang memikirkan kepentingan orang lain. Apakah kekuatan itu ada pada orang lain sehingga kita perlu memperhatikan mereka agar kita mendapatkan kekuatan tersebut?

Alkitab  beberapa kali memang mengemukakan pernyataan yang unik. Seperti pernyataan dalam Matius 10: 39, yang mempertahankan nyawanya akan kehilangan nyawanya sementara yang kehilangan nyawanya karena Yesus justru akan memperolehnya. Ini pernyataan aneh, dan seperti bertentangan dengan cara  berpikir biasanya. Sama anehnya dengan, menolong orang lain sama dengan menolong diri sendiri. Kalau seorang guru menolong muridnya atau seorang ibu menolong anaknya, siapakah di antaranya yang lebih bahagia dan kuat?

Kalau Allah menolong manusia yang lemah sehingga manusia menjadi kuat dan tangguh, siapakah di antaranya yang lebih bahagia dan sentosa? Yang menolong atau yang ditolong? Allah atau manusia? Rasul Paulus mengajarkan prinsip tidak mementingkan diri itu berdasarkan pemahamannya akan sifat Allah. Allah tidak pernah mementingkan diriNya sendiri. Allah senantiasa memikirkan kepentingan manusia. Allah bukan hanya memikirkan manusia, melainkan bekerja untuk manusia selamanya.

 

Penutup   

Dalam menyongsong Natal ini kita diingatkan bahwa Mesias akan menganugerahkan Roh Kudus kepada siapa yang percaya kepadaNya. Allah  yang senantiasa memikirkan manusia, bekerja untuk manusia itu menjadi nyata di dalam kehadiran Yesus Kristus. Allah serius dengan rencanaNya. Untuk itu Yohanes Pembaptis mengajak kita menyiapkan diri sungguh-sungguh menyambut kedatangan Yesus Kristus dalam hidup manusia. Sebenarnya setiap tahun kita sudah melakukan persiapan seperti ini. Namun, pertanyaan renungan MENGAPA ALLAH YANG MAHAKUDUS ITU BERKENAN MENDATANGI KITA YANG BERDOSA INI, seakan belum tuntas terjawab dalam benak kita. [DLS]

 

Nyanyian: KJ 85


RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi

Bebuka

Miturut Nabi Yesaya, manungsa ing jaman samanten sampun risak sanget kawontenanipun. Manungsa ingkang dipun titahaken dening Allah lan dipun berkahi saben dinten, sampun kesupen dhumateng INGKANG NITAHAKEN piyambakipun. Kesupen ing ngriki ateges nglawan dhumateng Allahipun, nggugu pikajengipun piyambak. Karisakanipun ingkang makaten punika ndadosaken manungsa langkung awon tinimbang kewan. Yesaya 1: 3 mratelakaken, “Sapi wanuh marang kang duwe nanging Israel ora; kuldi sumurup marang pamakanan kang kasedyakake dening bendarane, nanging umatIngsun ora mangreti.”

Sejatosipun, nyumerepi Allahipun, nyembah dhumateng Panjenenganipun punika sanes syarat supados manungsa binerkahan dening Allah. Prekawis punika ketitik saking rawuhipun Nabi Yesaya minangka utusanipun Gusti. Menawi Gusti ngutus nabiNipun, punika ateges Allah ngeman umatIpun. Ing ngriki kita saged ngraosaken bilih Allah punika sanes pihak ingkang namung perlu dipun pitadosi, nanging Panjenenganipun ugi kersa pitados bilih manungsa saged mratobat.

Gusti duka sanget dhumateng manungsa, awit dosanipun ingkang kelangkung ageng. Nanging inggih kanthi duka kalawau kita lajeng nyumerepi bilih Allah ngeman manungsa. Allah kagungan rancangan paring kawilujengan kangge manungsa. Yesaya sampun nyumerepi bilih Yesus Kristus badhe rawuh ngluwari sedaya titah saking kuwasaning dosa. Yesaya rumaos dipun pitadosi dening Allah dados utusanIpun ing alam donya. Yesaya nampi wahyu bilih Allah taksih (tansah) pitados – manungsa purun mratobat ing wusananipun.

 

Isi

Dangu sasampunipun jaman Yesaya, Rasul Paulus negesaken pawartos saking Nabi kalawau. Gusti kagungan rancangan ingkang sae kangge sedaya titah. Kangge punika Gusti nindakaken warni-warni pakaryan. Kekeranipun gesang ingkang dipun wartosaken dening Paulus inggih punika, Karahayon sejati mboten kedadosan nalika kita nggatosaken gesang kita piyambak – nanging malah nalika kita nggatosaken gesangipun liyan. Kenging punapa kados makaten?

Kitab Suci pancen asring maringi tuntunan ingkang elok kangge nalar padinan kita. Matius 10: 39 ugi maringi tuntunan ingkang raosipun mokal, “sing sapa ngeman nyawane, bakal kelangan nyawane…” Wonten malih piwucal sanes ingkang makaten, “nulungi wong liya iku padha karo nulungi awake dhewe?”  Menawi satunggaling Guru nulungi muridipun, utawi ibu nulungi putranipun, sinten ing antawisipun ingkang langkung rahayu?

Gusti Allah paring pitulungan dhumateng manungsa, ngantos manungsa dados kiyat santosa. Sinten ing antawisipun ingkang langkung kiyat lan santosa? Ingkang paring pitulungan utawi ingkang dipun tulungi? Rasul Paulus mucalaken kekeraning gesang punika adhedhasar sipatipun Allah. Sifatipun Allah punika mboten nate namung migatosaken Sariranipun pribadi. Allah tansah paring kawigatosan dhumateng sedaya titahIpun. Langkung lebet malih, Allah mboten namung tansah paring kawigatosan kangge umatIpun, nanging ugi tansah makarya kangge titah-titahIpun.

Panutup

Ngajengaken Natal, Yokanan Pambaptis ngemutaken kita sedaya bilih kita perlu nyawisaken gesang kangge nampi rawuhIpun Gusti. Yokanan Pambaptis negesaken bilih Gusti badhe maringi Roh Suci kangge umatIpun ingkang pitados dhumateng Panjenenganipun. Sejatosipun saben taun kita sampun ngalami pacawisan ingkang kados makaten. Natal sampun wongsal wangsul kita alami, nanging pitakenan KENGING PUNAPA GUSTI KERSA RAWUH NUWENI KITA INGKANG AGENG DOSANIPUN PUNIKA tetep perlu wangsulan ingkang tulus kanthi andhap asoring manah kita. [DLS]

 

Pamuji: KPK  210

Renungan Harian

Renungan Harian Anak