Minggu Biasa | Pembukaan Bulan Budaya
Stola Hijau
Bacaan 1: Ulangan 6 : 1 – 9
Mazmur: Mazmur 119 : 1 – 8
Bacaan 2: Ibrani 9 : 11 – 14
Bacaan 3: Markus 12 : 28 – 34
Tema Liturgis: GKJW Membudayakan Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Membudayakan Hidup Taat yang Mampu Membuahkan Kasih
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Ulangan 6 : 1 – 9
Kitab Ulangan merupakan salah satu kitab yang paling penting dan berpengaruh di antara kitab-kitab Ibrani. Kitab Ulangan merupakan pangkal pokok dalam kehidupan Israel Kuno. Isinya merupakan tradisi hukum yang diturunkan pada zaman pra-Israel dari Timur Tengah kuno. Kitab Ulangan bertujuan menyimpan, meneruskan, dan menafsirkan kembali tradisi kuno serta menyajikan kepada bangsa Israel sebagai pedoman masa depan mereka. Kitab ini mengajarkan kepada bangsa Israel untuk mempelajari kembali ajaran-ajaran dari Musa saat nenek moyang mereka berada di padang gurun agar mereka mau menaati hukum Allah sebagai satu-satunya jalan bagi Israel yang dapat menjamin masa depan mereka sehingga mereka terhindar dari kehancuran.
Adapun Ulangan 6:1-9 merupakan bagian kedua dari wejangan Musa yang meliputi Ulangan 4:44 – 28:68. Bagian kedua dari wejangan Musa mengingatkan bahwa kasih Allah adalah perintah yang utama. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh bangsa Israel agar mendapatkan kasih Allah tersebut, yaitu :
- Ayat 1-3
Bangsa Israel diingatkan agar benar-benar mau menaati ke-10 Perintah Allah, yaitu Hukum Taurat yang sudah diturunkan melalui nabi Musa. Ketaatan akan Perintah Allah ini akan mengantarkan bangsa Israel pada pemenuhan janji Allah di dalam kehidupan mereka. - Ayat 4-9
Bangsa Israel diingatkan bahwa dalam kehidupan mereka, mereka harus memiliki ketaatan mutlak kepada Allah. Bahwa hanya ada satu Allah saja bagi Israel sehingga semua daya mereka secara keseluruhan harus diarahkan untuk mengabdi kepada Allah yang esa (Ay. 4). Dengan ketaatan mutlak kepada Allah, maka mereka akan benar-benar mengasihi Allah dengan segenap hati mereka. Ketaatan dan kasih kepada Allah ini akan memampukan mereka melihat karya Allah yang pada akhirnya menyudahi belenggu perbudakan di Mesir. Saat bangsa Israel taat dan mengasihi Allah, maka kasih Allah pun dicurahkan dalam kehidupan mereka (Ay. 5). Ketaatan Israel terhadap perintah Allah diwujudkan dengan cara mengingat dan melakukan perintah Allah, antara lain dengan menggunakan Pilakteri – kotak kulit kecil yang berisikan gulungan teks Kitab Suci yang dipasang di lengan dan dahi. Serta memasang Mezuzah – kotak kecil bertuliskan kutipan Kitab Suci yang dipasang pada tiang pintu sebelah kanan (Ay. 7-9). Pilakteri dan Mezuzah tidak sekedar dipasang dan dipakai sebagai hiasan, tetapi untuk mengingatkan bangsa Israel agar senantiasa taat kepada perintah Allah.
Ibrani 9 : 11 – 14
Surat Ibrani berisikan nasihat-nasihat yang mengingatkan pembacanya agar senantiasa bertahan dalam pengharapan dan iman karena akhir dunia sudah hampir datang. Allah akan mengubah sejarah manusia dengan kehadiran Kristus yang akan mendirikan kerajaan-Nya yang kekal. Ketaatan Yesus yang datang ke dunia serta rela mengorbankan diri dan mati di kayu salib adalah salah satu karya Allah bagi dunia. Kematian Yesus adalah suatu kurban yang berguna bagi manusia, karena kematian-Nya menebus manusia yang berdosa. Kurban Yesus adalah kurban sekali untuk selamanya bagi manusia yang berdosa. Ketaatan Yesus mendamaikan manusia berdosa dengan Allah. Berbeda dengan kurban penebusan dosa pada Hari Pendamaian (Imamat 23:27-28, Bilangan 19). Darah hewan kurban yang tercurah mempunyai kekuatan untuk menyucikan manusia yang najis serta menebus dosanya. Kurban penebusan dosa pada Hari Pendamaian dilakukan setahun sekali, sedang abu dari pembakaran kurban penebusan dosa digunakan setiap saat bangsa Israel perlu melakukan upacara pentahiran. Kurban Yesus menggantikan upacara penebusan dosa dalam Perjanjian Lama tersebut. Kurban Yesus berlaku sekali untuk selamanya bagi penebusan dosa manusia, sehingga manusia tidak perlu membawa kurban bakaran penebusan dosa setiap tahun sekali. Ketaatan dan kasih Yesus yang rela mati sebagai kurban, membawa anugerah keselamatan bagi manusia.
Markus 12 : 28 – 34
Sebagian besar pakar Perjanjian Baru masa kini menerima bahwa Injil Markus adalah Injil pertama yang ditulis dan menjadi sumber bagi Matius dan Lukas dalam menyusun Injilnya. Melalui Injil Markus ini, umat Allah diingatkan agar memiliki kepercayaan sepenuhnya kepada Allah dan hidup dalam kasih kepada sesama. Karena Yesus-pun telah menghabiskan sebagian besar waktu-Nya untuk melakukan tindakan-tindakan kasih kepada manusia. Walaupun seringkali tindakan kasih yang dilakukan oleh Yesus itu masih didebat oleh pemimpin-pemimpin agama Yahudi. Seperti halnya dalam bagian Markus 11-13 yang berisikan perdebatan Yesus dengan pemimpin-pemimpin agama Yahudi terkait dengan berbagai masalah pengajaran iman.
Setelah adegan perdebatan Yesus karena pertanyaan-pertanyaan yang menjerumuskan dari orang Farisi, Herodian, dan orang Saduki. Kali ini tampillah seorang ahli Taurat yang saleh, datang kepada Yesus. Dia datang kepada Yesus untuk bertanya tentang hukum manakah yang paling utama (Ay. 28). Jika diperhatikan keseluruhan dari percakapan Yesus dengan ahli Taurat ini, maka kita bisa melihat kejujuran dan kesopanannya untuk memahami dasar dari ajaran Yesus. Yesus mengawali jawaban-Nya dengan Shema Yisrael yang menjadi bagian penting dalam doa malam dan doa pagi yang dilakukan oleh bangsa Israel (Ay. 29). Karena Tuhan adalah Esa, sehingga hendaknya manusia mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, budi, dan kekuatannya. Oleh karena itu, Shema ini selalu diucapkan dua kali sehari agar orang Israel benar-benar menyebut nama Allah, mengasihi Allah, dan menaati perintah-Nya.
Yesus kemudian menambahkan hukum yang kedua, yang memiliki kekuatan sama dengan hukum pertama, yaitu mengasihi Allah. Hukum kedua itu adalah mengasihi manusia seperti mengasihi dirinya sendiri (Ay. 31). Sebenarnya kedua hukum ini bukanlah hal yang baru bagi orang Yahudi karena Yesus mengutip dari Ulangan 6:4-5 dan Imamat 19:18. Kedua perintah ini digabungkan oleh Yesus dan memiliki tempat yang sejajar. Bisa kita lihat bagaimana ketaatan Yesus untuk mempraktikkan perintah Hukum Taurat bahwa Yesus pun pada akhirnya mengasihi Allah dan sesama sampai dengan mati di kayu salib. Ketaatan Yesus kepada perintah Allah membuahkan kasih-Nya kepada manusia. Jawaban Yesus ini diakui dan ditegaskan oleh Ahli Taurat tersebut (Ay. 33) bahwa mengasihi Allah dan mengasihi manusia jauh lebih utama dibandingkan dengan semua korban bakaran dan korban sembelihan. Hal ini mengingatkan bahwa ketaatan kepada perintah Allah memampukan manusia mempraktikkan kehidupan penuh kasih, baik kepada Allah maupun kepada sesama.
Benang Merah Tiga Bacaan:
Ketiga bacaan menggarisbawahi tentang ketaatan kepada perintah Allah membuahkan kasih kepada Allah dan manusia. Musa memberikan wejangan agar bangsa Israel benar-benar taat dan tidak melupakan perintah Allah sehingga mereka akan merasakan kasih Allah dalam kehidupan mereka. Demikian juga Markus mengingatkan bahwa ketaatan manusia dalam menjalankan perintah Allah membuahkan kasih kepada Allah dan sesama, kedua kasih ini seimbang dan sama utamanya. Ketaatan yang membuahkan kasih pun telah diteladankan oleh Yesus sendiri. Ibrani menuliskan ketaatan Yesus yang rela mengorbankan diri-Nya mati di kayu salib membuahkan kasih berupa keselamatan kepada manusia yang berdosa.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Dr. Lo Siauw Ging, seorang dokter dari Solo yang meninggal pada 9 Januari 2024 di usia 89 tahun, dikenal sebagai dokter dermawan atau dokter tanpa tarif. Dia juga terkenal sebagai dokter dengan diagnosa yang tepat. Sebagai seorang dokter, dia tidak mencari uang dan kekayaan untuk dirinya agar balik modal, akan tetapi dengan penuh kasih, dia benar-benar mengabdi dalam pelayanan yang dilakukannya. Dia tidak pernah menetapkan tarif bagi pasiennya, bahkan saat ada pasien yang tidak mampu, dibebaskan tidak perlu membayar sampai dengan menebus obat di apotek. Selain melayani pasien kurang mampu tanpa menerima bayaran, dr. Lo juga membayar biaya obat dari pasien yang benar-benar tidak memiliki uang. Setiap akhir bulan, apotek langganan dr. Lo akan memberikan tagihan obat yang besarnya bervariasi antara ratusan ribu hingga sepuluh juta per bulan. Bahkan untuk pasien yang sakit parah, dr. Lo juga menyediakan dana pribadinya untuk keperluan rawat inap pasien di RS. Kasih Ibu Solo. Sehingga banyak sekali pasien yang datang untuk berobat ke dr. Lo, mulai dari Solo, Sukoharjo, dan Klaten. Mayoritas mereka adalah orang-orang yang tidak mampu, penghuni panti asuhan atau panti jompo. Mengapa dia berani mengambil jalan yang tidak populer seperti kebanyakan teman sejawatnya? Sebab beliau sangat mengingat sebuah pesan yang diberikan oleh ayahnya saat dia mengungkapkan keinginannya untuk mengambil sekolah kedokteran. Ayah dari dr. Lo adalah seorang penguasaha tembakau dan memberikan pesan kepada anaknya, “Jika ingin menjadi kaya dan banyak untung jadilah pengusaha, jika memilih menjadi dokter mengabdilah tanpa memikirkan kekayaan dan keuntungan. Siapapun yang datang kemari, miskin atau kaya, layak memperoleh pelayanan yang memadai. Menolong orang seharusnya jangan dengan diskriminasi dan seluruh pekerjaan harus dikerjakan dengan kesungguhan. Profesi sebagai dokter adalah penyembuh menolong yang sakit bukannya menjual obat.” Ketaatan dr. Lo kepada nasihat sang ayah membuahkan kasih kepada pasien yang dilayaninya.
Isi
Musa mengingatkan bangsa Israel agar senantiasa taat kepada Hukum Allah, yaitu 10 Perintah Allah (Hukum Taurat) dan mempelajari kembali ajaran-ajaran dari Musa saat nenek moyang mereka berada di padang gurun. Menaati hukum Allah adalah satu-satunya jalan bagi Israel yang dapat menjamin masa depan mereka agar terhindar dari kehancuran, agar mereka merasakan kasih Allah di dalam kehidupan mereka dan mengantarkan mereka pada pemenuhan janji Allah (Ul. 6:1-3). Bangsa Israel benar-benar diingatkan bahwa dalam kehidupan mereka, mereka harus memiliki ketaatan yang mutlak kepada Allah. Bahwa hanya ada satu Allah saja bagi Israel, sehingga semua daya mereka secara keseluruhan harus diarahkan untuk mengabdi kepada Allah yang esa (Ul. 6:4). Dengan ketaatan mutlak kepada Allah, mereka akan benar-benar mengasihi Allah dengan segenap hati. Ketaatan dan kasih kepada Allah ini akan memampukan mereka melihat karya Allah yang pada akhirnya menyudahi belenggu perbudakan di Mesir. Saat bangsa Israel taat dan mengasihi Allah, maka kasih Allah pun dicurahkan dalam kehidupan mereka (Ul. 6:5). Ketaatan Israel terhadap perintah Allah diwujudkan dengan cara mengingat dan melakukan perintah Allah, antara lain dengan menggunakan Pilakteri – kotak kulit kecil yang berisikan gulungan teks Kitab Suci yang dipasang di lengan dan dahi. Serta memasang Mezuzah – kotak kecil bertuliskan kutipan Kitab Suci yang dipasang pada tiang pintu sebelah kanan (Ul. 6:7-9). Pilakteri dan Mezuzah tidak sekedar dipasang dan dipakai sebagai hiasan, tetapi untuk mengingatkan bangsa Israel agar senantiasa taat kepada perintah Allah.
Ketaatan pun diteladankan oleh Yesus dengan mau datang ke dunia serta rela mengorbankan diri-Nya mati di kayu salib sebagai salah satu karya Allah bagi dunia. Kematian Yesus adalah suatu kurban yang berguna bagi manusia, karena kematian-Nya menebus manusia yang berdosa. Kurban Yesus adalah kurban sekali untuk selamanya bagi manusia yang berdosa. Ketaatan Yesus mendamaikan manusia berdosa dengan Allah. Berbeda dengan kurban penebusan dosa pada Hari Pendamaian (Im. 23:27-28, Bil. 19). Darah hewan kurban yang tercurah mempunyai kekuatan untuk menyucikan manusia yang najis serta menebus dosanya. Kurban penebusan dosa pada Hari Pendamaian dilakukan setahun sekali, sedang abu dari pembakaran kurban penebusan dosa digunakan setiap saat bangsa Israel perlu melakukan upacara pentahiran. Kurban Yesus menggantikan upacara penebusan dosa dalam Perjanjian Lama tersebut. Kurban Yesus berlaku sekali untuk selamanya bagi penebusan dosa manusia, sehingga manusia tidak lagi perlu membawa kurban bakaran penebusan dosa setiap tahun sekali. Ketaatan dan kasih Yesus yang rela mati sebagai kurban, membawa anugerah keselamatan bagi manusia.
Selain kematian-Nya, Yesus pun meneladankan ketaatan kepada Allah dengan cara menghabiskan sebagian besar waktu-Nya untuk melakukan tindakan-tindakan kasih kepada manusia. Walaupun seringkali tindakan kasih yang dilakukan oleh Yesus itu masih didebat oleh pemimpin-pemimpin agama Yahudi. Seperti halnya dalam bagian Markus 11-13 yang berisikan perdebatan Yesus dengan pemimpin-pemimpin agama Yahudi terkait dengan berbagai masalah pengajaran iman.
Setelah adegan perdebatan Yesus karena pertanyaan-pertanyaan yang menjerumuskan dari orang Farisi, Herodian, dan orang Saduki. Kali ini tampillah seorang ahli Taurat yang saleh, datang kepada Yesus. Dia datang kepada Yesus untuk bertanya tentang hukum manakah yang paling utama (Ay. 28). Jika diperhatikan keseluruhan dari percakapan Yesus dengan ahli Taurat ini, maka kita bisa melihat kejujuran dan kesopanannya untuk memahami dasar dari ajaran Yesus. Yesus mengawali jawaban-Nya dengan Shema Yisrael yang menjadi bagian penting dalam doa malam dan doa pagi yang dilakukan oleh bangsa Israel (Ay. 29). Karena Tuhan adalah Esa, sehingga hendaknya manusia mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, budi, dan kekuatannya. Oleh karena itu, Shema ini selalu diucapkan dua kali sehari agar orang Israel benar-benar menyebut nama Allah, mengasihi Allah, dan menaati perintah-Nya.
Yesus kemudian menambahkan hukum yang kedua, yang memiliki kekuatan sama dengan hukum pertama, yaitu mengasihi Allah. Hukum kedua itu adalah mengasihi manusia seperti dirinya sendiri (Ay. 31). Sebenarnya kedua hukum ini bukanlah hal yang baru bagi orang Yahudi karena Yesus mengutip dari Ulangan 6:4-5 dan Imamat 19:18. Kedua perintah ini digabungkan oleh Yesus dan memiliki tempat yang sejajar. Bisa kita lihat bagaimana ketaatan Yesus untuk mempraktikkan perintah Hukum Taurat bahwa Yesus pun pada akhirnya mengasihi Allah dan sesama sampai dengan mati di kayu salib. Ketaatan Yesus kepada perintah Allah membuahkan kasih-Nya kepada manusia. Jawaban Yesus ini diakui dan ditegaskan oleh Ahli Taurat tersebut (Ay. 33) bahwa mengasihi Allah dan mengasihi manusia jauh lebih utama dibandingkan dengan semua korban bakaran dan korban sembelihan. Hal ini mengingatkan bahwa ketaatan kepada perintah Allah memampukan manusia mempraktikkan kehidupan penuh kasih, baik kepada Allah maupun kepada sesama.
Penutup
Ketiga bacaan menggarisbawahi tentang pentingnya menaati perintah Allah di dalam kehidupan kita. Dalam bulan budaya ini, kitapun diajak untuk membudayakan hidup taat kepada perintah Allah agar kita benar-benar merasakan kasih Allah dan dimampukan membagikan kasih itu kepada sesama. Ketaatan adalah satu kata yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Karena membudayakan ketaatan sama halnya berbicara tentang harga yang harus dibayar, sesuatu yang harus dikorbankan, penyangkalan diri, dan inilah yang biasanya dihindari orang. Kebanyakan orang maunya mengikuti keinginan dan kehendaknya sendiri, ada yang hidupnya sesuka hati serta tidak mau diatur, ada yang terpaksa taat karena takut kena sanksi atau hukuman. Ketaatan adalah hal yang mutlak, karena ketaatan kepada perintah Allah merupakan tanda kita mengasihi Allah dengan segenap hati kita dan mengasihi sesama, seperti diri kita sendiri. Yesus sendiri memberikan contoh ketaatan kepada kita.
Menaati hukum Allah adalah satu-satunya jalan bagi Israel yang dapat menjamin masa depan mereka agar terhindar dari kehancuran, agar mereka merasakan kasih Allah di dalam kehidupan mereka dan mengantarkan bangsa Israel pada pemenuhan janji Allah. Ketaatan Yesus yang mau datang ke dunia sampai berkorban mati di kayu salib membuahkan kasih dan keselamatan bagi sesama. Ketaatan Yesus untuk menjalankan perintah-perintah Allah juga membuahkan keteladanan bagi sesama. Demikian juga dr. Lo saat dia mau menaati apa yang menjadi perintah ayahnya, maka hidupnya penuh kasih dan menjadi berkat bagi seluruh pasiennya.
Tuhan sangat menghargai mereka yang taat kepada perintah-Nya, karena dengan menaati perintah-Nya maka kita telah hidup dalam Kristus dan benar-benar menjadi pengikut Kristus. Sehingga kita akan dimampukan melihat dan merasakan kasih serta berkat Allah walaupun di saat kita menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Ketaatan kepada Allah adalah bentuk kita mengasihi Allah, sehingga kita akan dimampukan menjadi berkat bagi sesama sebagai bentuk kasih kita kepada sesama. Oleh karena itu, marilah kita hidup dalam ketaatan kepada Tuhan dan segala perintah-Nya, dimulai dari hal-hal atau perkara kecil yang Tuhan percayakan untuk kita lakukan agar kasih Allah terpancar melalui kehidupan kita sehari-hari. Amin. [cha].
Pujian: KJ. 446 Setialah
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Dr. Lo Siauw Ging punika salah satunggaling dokter saking Solo. Piyambakipun katimbalan 9 Januari 2024 kepengker, wonten ing yuswa 89 taun. Piyambakipun kasuwur dados dokter ingkang dermawan utawi dokter ingkang mboten pasang tarif sarta diagnosa ingkang tepat. Dr. Lo mboten pados bathi sarta kasugihan kangge dhirinipun piyambak supados saged mangsulaken modal. Ananging linambaran katresnan dr. Lo saestu ngabdi wonten ing peladosan ingkang dipun ayahi. Dr. Lo mboten nate matok regi kangge pasienipun, malahan nalika wonten pasien ingkang mboten kagungan artha dipun gratisaken, mboten perlu mbayar priksa lan obat ing apotek. Saben pungkasan sasi, apotek langgananipun dr. Lo badhe maringi tagihan obat ingkang mawarni-warni agengipun, wiwit atusan ewu ngantos sedasa yuta saben sasinipun. Kangge pasien ingkang gerah sanget, dr. Lo ugi nyawisaken arthanipun piyambak kangge kabetahan opname pasien wonten ing RS. Kasih Ibu Solo. Matemah kathah sanget pasien ingkang dugi berobat dhateng dr. Lo, wiwit saking Solo, Sukoharjo, lan Klaten. Mayoritas pasienipun punika tiyang ingkang mboten kagungan, saking panti asuhan lan panti jompo. Kenging punapa dr. Lo purun nempuh margi ingkang mboten populer kados ingkang dipun lampahi sedherek tunggal profesinipun? Punika karana dr. Lo kemutan punapa ingkang dados piwelingipun sang Rama nalika piyambakipun matur menawi kepingin sekolah kedokteran. Ramanipun dr. Lo punika pengusaha tembakau ingkang sukses, lan nate maringi piweling kangge piyambakipun: “Menawa kowe kepingin sugih lan akeh untunge, dadia pengusaha. Ananging menawa kowe milih dadi dokter, ngabdia tanpa mikir kasugihan lan kauntungan. Sapa wae sing teko mrene, ya kuwi wong mlarat utawa sugih, kabeh kuwi kudu dilayani kanthi apik. Nulungi pepadha aja nganthi diskriminasi lan kabeh penggawean kudu dilakoni kanthi tumemen. Profesi dokter kuwi nulungi ngobati pepadha dudu dodolan obat.” dr. Lo manut tumrap piwelingipun sang Rama, lan punika nguwohaken katresnan ageng dhateng sedaya pasien ingkang dipun ladosi.
Isi
Musa ngemutaken bangsa Israel supados tansah setya lan manut dhumateng Printahipun Allah (Pepakon Sedasa) lan purun nyinaoni punapa ingkang dados piwucalipun Musa dhumateng leluhuripun ingkang wonten ing Gurun Sin. Manut dhumateng prentahipun Allah punika dados margi kangge bangsa Israel nggadhahi mangsa ngajeng ingkang sae sarta nyingkuri karisakan lan ngraosaken katresnanipun sarta prajanjianipun Allah wonten ing gesangipun bangsa Israel (Pang. Toret 6:1-3). Bangsa Israel saestu dipun emutaken bilih wonten ing gesangipun kedah nggadhahi sikep manut dhumateng Gusti Allah, namung wonten satunggal Allah kemawon kangge bangsa Israel matemah sedaya gesangipun kedah dipun aturken ngabdi dhumateng Gusti Allah ingkang Esa (Pang. Toret 6:4). Kanthi manut dhumateng Gusti Allah, bangsa Israel saestu saged nresnani Gusti Allah kanthi gumolonging manah. Manut sarta tresna dhumateng Gusti Allah punika ingkang ndadosaken bangsa Israel saged mirsani pakaryanipun Gusti Allah ingkang ngluwaraken bangsa Israel saking Mesir. Nalika bangsa Israel saestu manut lan nresnani Gusti Allah, katresnanipun Allah ugi sumrambah wonten gesangipun bangsa Israel (Pang. Toret 6:5). Manutipun bangsa Israel dhumateng printahipun Gusti Allah dipun wujudaken kanthi cara emut lan ngestokaken printahipun Allah punika, antawisipun sarana Pilakteri – kotak kulit alit ingkang isinipun gulungan teks Kitab Suci, ingkang dipun pasang wonten ing lengen lan bathuk. Ugi masang Mezuzah – kotak alit ingkang isinipun seratan kutipan Kitab Suci, ingkang dipun pasang wonten ing kusenipun lawang sisih tengen (Pang. Toret 6:7-9). Pilakteri lan Mezuzah punika mboten namung dipun pasang sarta dipun damel hiasan, ananging supados bangsa Israel tansah kemutan lan manut dhumateng printahipun Gusti Allah.
Gusti Yesus ugi dados tuladha anggenipun Panjenenganipun manut dhumateng Gusti Allah Sang Rama, karana sampun kersa rawuh dhateng alam donya sarta ngorbanaken Dhirinipun, pejah wonten ing kajeng salib. Sedaya punika salah satunggaling pakaryanipun Gusti Allah kangge alam donya. Pejahipun Gusti Yesus punika dados salah satunggaling kurban ingkang migunani tumrap manungsa karana pejah-Ipun punika mbirat dosanipun manungsa. Kurban Gusti Yesus punika kurban ingkang namung sepindah kangge selaminipun gesang manungsa ingkang nandhang dosa. Manutipun Gusti Yesus punika ngrukunaken manungsa kaliyan Gusti Allah. Bab punika benten kaliyan kurban pambirat dosa wonten ing Dinten Pirukunan (Kaimaman 23:27-28, Wilangan 19). Getihipun kewan kurban ingkang tumetes nggadhahi kakiyatan kangge nyucikaken manungsa ingkang najis sarta mbirat dosanipun. Kurban pambirat dosa wonten ing Dinten Pirukunan kawontenaken setaun sepindah, awu saking kurban pambirat dosa dipun ginakaken saben wekdal bangsa Israel mbetahaken upacara pentahiran. Ananging kurban Gusti Yesus punika sepindah kangge selaminipun gesang, kangge pambirat dosanipun manungsa, matemah manungsa mboten sisah ngastha kurban pambirat dosa saben taun malih. Manut lan tresnanipun Gusti Yesus ingkang kersa seda sinalib dados kurban ingkang murugaken kaslametan kangge manungsa.
Gusti Yesus ugi dados tuladha sikep manut dhumateng Gusti Allah kanthi masrahaken sedaya gesangipun kangge nglampahi tumindak katresnan dhateng manungsa. Sanadyan taksih kathah tiyang ingkang mboten pitados kaliyan tumindak katresnan punika, mliginipun pangarsa agama Yahudi. Kados ingkang kaserat wonten ing Markus 11-13, Gusti Yesus wawan rembag kaliyan para pangarsa pimpinan Yahudi bab piwucal kaimanan.
Sasampunipun wawan rembag karana pitakenan-pitakenan ingkang nggadhahi maksud nyengkolong Panjenenganipun saking tiyang Farisi, Herodian, Saduki. Samangke wonten salah satunggaling ahli Toret ingkang saleh, sowan dhateng ngarsanipun Gusti Yesus. Piyambakipun sowan badhe nyuwun pirsa bab pepakon ingkang utama (Ay. 28). Menawi dipun pirsani saking wawan rembag antawisipun Gusti Yesus lan ahti Toret punika, kita saged mirsani bilih piyambakipun kebak pambudi. Yesus miwiti wangsulanipun kanthi Shema Yisrael ingkang dados bagian ingkang wigati ing pandonga dalu lan enjang ingkang dipun tindakaken dening bangsa Israel (Ay. 29). Karana Gusti punika satunggal, matemah manungsa kedah nresnani Gusti Allah kanthi gumolonging manah, nyawa, budi, lan kakiyatanipun. Matemah Shema dipun ucapaken sedinten kaping kalih supados tiyang Israel saestu kemutan Gusti Allah, nresnani Gusti Allah lan manut dhumateng printahipun Gusti Allah.
Lajeng Gusti Yesus paring pepakon kaping kalih, ingkang nggadhahi kekiyatan sami kaliyan pepakon sapindah, inggih punika nresnani Gusti Allah. Pepakon kaping kalih, inggih punika nresnani sesami kados nresnani dhirinipun piyambak (Ay. 31). Kekalih pepakon punika sanes bab enggal kanggenipun tiyang Yahudi, karana Gusti Yesus mendet saking Pangandharing Toret 6:4-5 lan Kaimaman 19:18. Kekalih pepakon punika nggadhahi kakiyatan ingkang sami. Kita saged mirsani kados pundi manutipun Gusti Yesus mraktekaken printahipun Pepakon Toret, pungkasanipun Gusti Yesus saestu nresnani Gusti Allah lan sesami ngantos seda sinalib. Wangsulanipun Gusti Yesus punika dipun akeni dening ahli Toret kalawau (Ay. 33) bilih nresnani Gusti Allah lan nresnani sesami punika langkung wigati tinimbang sedaya kurban obaran lan kurban sembelehan. Bab punika ngemutakan bilih manut dhumateng prentahing Gusti Allah punika ndadosaken manungsa saged mraktekaken gesang kebak katresnan, inggih punika katresnan dhumateng Gusti Allah lan sesami.
Panutup
Sedaya waosan kita dinten punika ngemutaken kita bilih manut dhumateng prentahing Gusti Allah punika dados bab ingkang wigati wonten ing gesangipun manungsa. Matemah wonten ing wulan budaya punika, kita dipun ajak mbudayakaken gesang manut dhumateng printahipun Gusti Allah supados kita saestu saged ngraosaken katresnanipun Gusti Allah sarta saged mbabaraken katresnan punika dhateng sesami. Manut punika gampil menawi dipun ucapaken ananging ewed dipun lampahi ing gesang padintenan. Karana mbudayakaken manut punika sami mawon wawan rembag bab regi ingkang kedah dipun bayar, bab ingkang kedah dipun kurbanaken, penyangkalan dhiri, lan punika ingkang asring ndadosaken tiyang mboten remen. Taksih kathah tiyang ingkang remen nuruti pepinginan lan pikajengipun piyambak, mboten remen nampi aturan, wonten ingkang kepeksa manut karana ajrih angsal sanksi utawi paukuman. Manut punika perangan ingkang kedah dipun lampahi, karana manut dhumateng prentahipun Gusti Allah dados tanda kita nresnani Gusti Allah kanthi gumolonging manah lan nresnani sesami kados dhiri kita piyambak. Gusti Yesus sampun maringi tuladha bab manut dhateng kita manungsa.
Manut dhumateng prentahipun Gusti Allah punika dados salah satunggaling margi ingkang saged ndadosaken bangsa Israel manggihi mangsa ngajeng lan tinebihaken saking karisakan, supados saged ngraosaken katresnanipun Allah wonten ing gesangipun lan manggihi janjinipun Gusti Allah. Manutipun Gusti Yesus ingkang purun rawuh dhateng alam donya, ngurbanaken Dhiri seda sinalib nguwohaken katresnan lan kaslametan kangge manungsa. Manutipun Gusti Yesus nglampahi prentahipun Gusti Allah ugi nguwohaken tuladhaning gesang kangge sesami. Mekaten ugi dr. Lo nalika kersa manut dhateng punapa ingkang dados piwelingipun sang rama, gesangipun kebak katresnan lan saged dados berkah kangge sedaya pasienipun.
Gusti nresnani sedaya manungsa ingkang manut dhateng prentah-Ipun, karana kanthi manut dhateng prentahipun Gusti Allah, kita sampun gesang wonten ing Sang Kristus sarta saestu dados pandherekipun Sang Kristus. Matemah kita saged mirsani sarta ngraosaken katresnan lan berkah saking Gusti Allah sanadyan wonten kathah pambengan ing gesang kita. Manut dhumateng Gusti Allah punika dados bukti kita nresnani Gusti Allah, matemah kita kasagedaken dados berkah kangge sesami ingkang dados bukti nresnani sesami. Matemah sumanga kita gesang manut miturut dhateng sedaya prentahipun Gusti Allah, dipun wiwiti saking tumindak alit kangge kita ayahi supados saged nglantaraken katresnanipun Gusti Allah dhateng sesami wonten ing gesang kita padintenan. Amin. [cha].
Pamuji: KPJ. 452 : 1 – 4 Tekading Manah Kawula