Minggu Biasa | Bulan Budaya
Stola Hijau
Bacaan 1: 1 Raja-raja 17 : 8 – 16
Mazmur: Mazmur 146 : 1 – 10
Bacaan 2: Ibrani 9 : 24 – 28
Bacaan 3: Markus 12 : 38 – 44
Tema Liturgis: GKJW Membudayakan Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Tuhan Memanggil Kita untuk Peduli
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1 Raja-raja 17 : 8 – 16
Konteks bacaan ini adalah kondisi kekeringan yang dialami di seluruh negeri. Kekeringan ini merupakan bencana bagi masyarakat pada saat itu. Karena mereka menggantungkan hidupnya pada air sungai yang digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan juga untuk mengairi tanaman. Namun ketika air sungai menjadi kering, maka kehidupan masyarakat di sekitarnya pun menjadi kesulitan bahkan banyak yang sampai mati karena kekurangan air dan makanan. Hal ini juga yang dialami oleh janda di Sarfat dimana Elia singgah untuk tinggal di rumahnya selama beberapa waktu.
Tuhan memakai janda itu untuk menampung Elia yang ditugaskan mengingatkan Ahab terhadap dosanya. Dalam merenungkan karya Tuhan dan panggilan-Nya kepada Elia ini, kita melihat bahwa Tuhan justru memakai yang paling lemah, yaitu seorang janda untuk memberi pertolongan kepada Elia. Janda itu dipakai Tuhan agar dapat menghayati bahwa meskipun dalam keadaan sulit, namun dirinya harus tetap peduli kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan. Dengan demikian Tuhan kemudian berkarya dalam kehidupan keluarganya. Demikian pula Elia yang diutus untuk tinggal di rumah janda itu, Elia pun digugah kepeduliannya terhadap keluarga janda itu agar dia turut menolong dan mendoakan janda dan keluarganya itu. Kepedulian terhadap orang lain yang membutuhkan pertolongan inilah yang perlu digarisbawahi dalam bacaan kali ini. Karena dengan demikian karya Tuhan Allah dinyatakan.
Ibrani 9 : 24 – 28
Kepedulian Allah terhadap dunia dan secara khusus manusia dijelaskan dengan gamblang oleh penulis surat Ibrani pada bacaan ini. Pengorbanan dan kematian Kristus dijelaskan tidak sama seperti persembahan korban Imam di Bait Suci. Karena Kristus hanya mati sekali dan untuk selamanya manusia yang percaya kepada-Nya beroleh pengampunan. Dalam kerangka berpikir ini dapat dipahami bahwa pengorbanan Kristus itu dikontraskan dengan korban yang dilakukan Imam Yahudi sekaligus menekankan kasih Allah yang peduli pada manusia yang terjebak dalam jerat dosa. Karena dengan cara apapun yang dilakukan oleh manusia, mereka tidak dapat lepas dari dosa. Namun dengan pengorbanan Kristus itulah, manusia dapat terluput dari penghukuman Allah. Ini merupakan sebuah manifestasi yang nyata dari kasih dan kepedulian Allah terhadap manusia.
Kepedulian dan kasih Allah ini perlu mendapat respon dari manusia yang mana Allah telah menaruh kasih-Nya. Manusia pun juga diajak untuk percaya dan berpengharapan kepada Allah, yang melalui Yesus Kristus telah menunjukkan kepedulian-Nya. Oleh sebab itu, diakhir bacaan ini penulis menyisipkan pernyataan bahwa anugerah keselamatan itu ada bagi mereka yang menantikan Dia. Artinya bagi orang yang berpengharapan kepada Kristus dan percaya kepada-Nya.
Markus 12 : 38 – 44
Dalam bacaan Injil saat ini, kita melihat ada sebuah kontras yang ingin disampaikan Yesus dalam pengajaran-Nya. Pertama pada ayat 38-40, kita melihat gambaran para pengajar, yaitu ahli-ahli Taurat yang digambarkan menelan rumah janda-janda. Namun di ayat 41-44, Yesus menunjukkan pengorbanan janda miskin yang memberikan seluruh nafkahnya untuk Tuhan. Kepekaan sosial yang diajarkan Yesus dalam bacaan ini mengajak para pembaca untuk dapat melihat ke dalam kehidupan masing-masing.
Ahli-ahli Taurat yang mengajar dan mendoakan masyarakat Yahudi pada saat itu lebih mengutamakan kepentingan orang-orang yang berkuasa. Sehingga pengajaran-pengajaran yang mereka berikan dapat disesuaikan menurut kepentingan para penguasa. Dengan demikian imbas dari pengajaran itu yang kemudian menyulitkan kehidupan orang-orang lemah termasuk para janda. Oleh sebab itu, Yesus mengatakan bahwa para ahli Taurat inilah yang memakan rumah janda-janda. Namun yang mengesankan adalah ketaatan dan kesetiaan para janda dalam menyembah Allah. Meskipun para pengajar agama membuat mereka kesulitan dalam hidupnya, namun mereka tetap setia bahkan memberikan seluruh miliknya untuk persembahan kepada Allah. Inilah wujud dari kesetiaan yang sesungguhnya. Maka, dari bacaan ini kita dapat melihat bahwa kesetiaan dan kepedulian itu tidak tumbuh dari hidup yang mudah. Tetapi justru dari berbagai tantangan hidup para janda itu, mereka dapat tumbuh dengan semakin setia dan peduli kepada sesama. Berbeda dengan para ahli Taurat yang hanya mengejar keuntungan pribadi, mereka tidak lagi setia mengajar Taurat dengan benar tetapi justru dampak dari ajaran mereka menyulitkan orang lain yang lebih lemah.
Benang Merah Tiga Bacaan:
Berbagai kesulitan hidup yang dialami oleh manusia, justru dapat menumbuhkan kesetiaan dan kepedulian terhadap sesama. Kristus mengajarkan kasih dan kepedulian itu melalui pengorbanan-Nya. Demikian pula para janda yang mau peduli dan hidup setia di hadapan Allah.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Di dalam perkembangan teknologi yang semakin canggih saat ini, ada sebuah ungkapan “Teknologi itu mendekatkan yang jauh, tetapi menjauhkan yang dekat.” Ketika dirasakan mungkin ungkapan tersebut ada benarnya. Bahwa saat ini kita bisa mengetahui keadaan apapun di belahan dunia yang lain, kita bisa menggunakan video call untuk melihat keadaan keluarga yang jauh dari kita, bahkan setiap kejadian dan berita dapat semakin cepat tersebar dan dengan mudah diketahui oleh orang-orang di tempat yang jauh. Ini merupakan sebuah perkembangan, namun bukan berarti perkembangan ini tidak berdampak negatif khususnya dalam kehidupan sosial kita dengan orang lain. Mari kita lihat: (Ajukan beberapa pertanyaan yang relevan. Misalnya: ketika ada kecelakaan di jalan, apakah yang segera dilakukan orang-orang? Ketika terjadi bencana alam, apakah yang dilakukan orang saat itu? Biarkan umat menjawabnya). Biasanya yang banyak terjadi ketika ada sebuah peristiwa, orang akan segera mengambil HP-nya, merekam lalu mengunggah rekaman itu di media sosial mereka. Selain itu kepekaan sosial dan kepedulian pada orang-orang di sekitar juga semakin pudar. Hasilnya saat ini semakin banyak kejahatan yang terjadi karena kurangnya perhatian kita pada lingkungan di sekitar kita.
Isi
Perkembangan zaman memang membuat hidup lebih mudah dan serba cepat, namun ini juga membawa kehidupan kita semakin sulit untuk menumbuhkan kepedulian terhadap sekitar kita. Maka mari kita melihat tiga bacaan kita saat ini. Melalui janda di Sarfat, Tuhan berkarya untuk menolong dan menampung Elia selama beberapa waktu dalam tugasnya. Kepedulian janda itu bukan saja memberikan pertolongan kepada Elia, namun juga menyelamatkan hidup keluarganya. Di tengah sulitnya kehidupan pada masa kekeringan saat itu, janda Sarfat ini mau untuk tetap menampung Elia dalam rumahnya. Kemauan untuk menjawab panggilan Tuhan ini kemudian mencukupkan kebutuhan makanan di rumahnya dan bahkan menghidupkan kembali anaknya yang sudah mati. Kemauan untuk menjawab panggilan Tuhanlah yang kemudian justru membawa keselamatan bagi keluarga janda ini.
Di dalam masa waktu yang berbeda, Tuhan Yesus juga menunjukkan bahwa kesulitan dan tantangan dalam kehidupan justru membawa orang untuk semakin setia kepada Tuhan dan peduli kepada sesama. Melalui kisah janda yang memberikan persembahan bagi Allah dengan seluruh nafkahnya itu, Tuhan Yesus menunjukkan bahwa kesetiaan dan kepedulian itu tumbuh dalam keadaan hidup yang sulit. Meskipun kehidupan para janda pada saat itu selalu menjadi korban dari kekuasaan yang dapat memanipulasi ajaran agama, namun janda tua itu tidak kehilangan imannya. Dia justru lebih berpengharapan kepada Tuhan dan tetap memberikan persembahan kepada Tuhan dengan setia. Tuhan memakai kehidupan janda tua yang serba sulit dan terbatas itu untuk menyatakan karya-Nya. Berbeda dengan para ahli Taurat yang pandai mengajar agama namun justru tidak memiliki kepedulian terhadap orang-orang yang menderita. Kesetiaan dan kepedulian janda tua itu justru menggugah kita umat percaya saat ini untuk semakin meningkatkan kepedulian dan kesetiaan kita kepada Tuhan.
Karena Tuhan Allah sendiri yang telah lebih dahulu mengasihi dan peduli kepada kita melalui pengorbanan Tuhan Yesus bagi kita. Itu semua adalah bukti bahwa kita perlu untuk setia dan berpengharapan kepada Tuhan dalam hidup kita. Bagaimanapun upaya manusia untuk mendapat keselamatan, tanpa kepedulian dan kasih Tuhan maka setiap usaha itu hanyalah sia-sia. Namun bagi yang mau menjawab panggilan Tuhan dan setia berpengharapan kepada-Nya, maka anugerah keselamatan itu diberikan dengan cuma-cuma.
Penutup
Saat ini, kita hidup di tengah budaya individualisme karena berbagai kemudahan teknologi. Kepedulian dan kesetiaan kepada Tuhan semakin pudar karena banyak tantangan hidup yang membuat banyak anak-anak Tuhan justru meninggalkan imannya. Maka mari kita melihat kembali kehidupan para janda dalam bacaan hari ini. Di tengah kesulitan dan penderitaan yang mereka alami, mereka tetap mau menjawab panggilan Tuhan untuk peduli dan menolong orang yang membutuhkan bantuan. Selain itu, mereka juga tetap setia dalam pengharapan kepada Tuhan. Maka meskipun hidup itu berat bahkan sudah diambang kematian, namun Tuhan tetap menolong para janda ini. Demikian pula hendaknya kehidupan kita para umat Tuhan saat ini. Tuhan memanggil kita untuk peduli di tengah zaman yang semakin individualis ini. Meskipun sulit dan banyak tantangan untuk peduli dan setia, mari kita terus berusaha. Dengan demikian Tuhan sendiri yang berkarya dalam kehidupan kita. Amin. [RES].
Pujian: KJ. 357 : 1, 3 Dengar Panggilan Tuhan
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Gesang ing zaman ingkang sansaya canggih awit teknologi sakmangke, wonten unen-unen ingkang mekaten: “Teknologi punika nyelakaken ingkang tebih, nanging ugi nebihaken ingkang celak.” Menawi kita raos-raosaken mbok bilih unen-unen kalawau wonten beneripun. Sakmangke kita saged mirsani kawontenan brayat kita ingkang wonten ing papan tebih lumantar video call, kita ugi saged pirsa punapa kemawon prastawa ingkang wonten ing delahan bumi sanesipun, langkung-langkung sedaya berita lan kedadosan punapa kemawon saged anyebar kanthi cepet lan saged dipun pirsani dening tiyang ingkang tebih papanipun. Punika wujudipun perkembangan zaman, ananging mboten ateges bilih perkembangan zaman punika mboten wonten dampak negatifipun mliginipun kangge gesang sosial kita ing satengah-tengahing masyarakat. Contonipun: (paring pitakenan dhateng umat: Menawi wonten kecelakaan ing margi, punapa ingkang enggal-enggal dipun tindakaken dening tiyang ingkang langkung? Utawi nalika wonten bencana alam, kinten-kinten punapa ingkang dipun tindakaken tiyang ing samangke? Umat dipun paring wekdal kangge mangsuli). Umumipun sakmangke nalika wonten prastawa punapa kemawon, tiyang enggal-enggal mendhet HP lajeng dipun rekam lan dipun-unggah dhateng media sosialipun. Pramila sakmangke punika kepekaan sosial lan kapredulian dhateng tiyang ing sakiwa-tengen kita sansaya luntur. Zaman samangke kathah kadadosan tindak kriminal awit tiyang sampun mboten preduli kaliyan tiyang ing sakiwa-tengenipun.
Isi
Perkembangan zaman estu ndadosaken gesang langkung gampil lan sarwa cepet, nanging punika ugi nggiring gesang kita langkung ewet anggen kita nuwuhaken kapredulian, langkung-langkung tumrap lingkungan kita. Pramila sumangga kita mirsani waosan kita dinten punika. Lumantar randha ing Sarfat, Gusti Allah makarya mitulungi lan nampung Elia sawetawis wekdal nalika nindhakaken tugasipun. Kawigatosan randha punika mboten namung mitulungi Elia, nanging ugi nuwuhaken kawilujengan dhateng brayatipun. Ing sadhengah gesang ingkang sangsara nalika mangsa ketiga, randha ing Sarfat punika purun nampi Elia manggen ing griyanipun. Sikep ingkang purun mangsuli timbalanipun Gusti punika dadosaken kacekapan berkah kagem brayatipun, langkung-langkung saged paring gesang putranipun ingkang sampun seda. Awit randha punika purun mangsuli timbalanipun Gusti, pramila kawilujengan saged tuwuh ing brayatipun.
Wonten ing mangsa salajengipun, Gusti Yesus ugi paring pitedah bilih sedaya karibedan sarta kasangsaran ing gesang punika saged nuwuhaken kasetyan sarta raos preduli dhumateng Gusti lan sesami. Lumantar cariyos randha sepuh ingkang paring pisungsung kagem Gusti Allah srana sedaya bandhanipun punika, Gusti Yesus paring panggulawenthah bilih kasetyan lan raos preduli punika tuwuh saking kahanan gesang ingkang ewet. Sanadyan gesangipun para randha rikala samanten asring dados korban saking panindesipun para panguwaos ingkang ngupakawis ajaran agami, nanging randha sepuh punika mboten nilar kapitadosanipun. Piyambakipun tansah setya lan mangun pangajeng-ajeng dhumateng Gusti Allah. Gusti ngagem gesangipun randha sepuh ingkang winates punika kagem mbabaraken pakaryan-Iipun. Benten kaliyan para ahli Toret ingkang pinter mucal agami nanging mboten gadhah kapredulian dhateng para tiyang ingkang sangsara. Kasetyan lan kapredulianipun randha sepuh punika ingkang saged ngemutaken kita para umatipun Gusti ing sakmangke, temah tansah nuwuhaken kapredulian lan kasetyan kita dhumateng Gusti.
Awit Gusti Allah piyambak ingkang sampun nresnani lan preduli tumrap kita langkung rumiyin lumantar pangurbananipun Sang Kristus Yesus kagem kita. Punika minangka bukti bilih kita prelu setya lan gesang ing pangajeng-ajeng dhumateng Gusti. Punapa kemawon upadi ingkang dipun lampahi manungsa anggenipun ngudi karahayon, nanging bilih Gusti mboten preduli lan nresnani, kamangka sedaya punika namung nglaha. Ananging kagem sinten kemawon ingkang purun nampi lan mangsuli timbalanipun Gusti sarta setya tuhu ing pangajeng-ajeng, karahayon punika kaparingaken kanthi sekeca.
Panutup
Samangke kita sami gesang ing satengahing budaya individualisme krana sedaya perkembanganing teknologi. Kapredulian lan kasetyan dhumateng Gusti Allah sansaya luntur awit kathahing momotaning gesang ingkang njalari kathah umating Allah ingkang nilar iman kapitadosanipun. Pramila sumangga kita sami nuladha gesangipun para randha ing waosan dinten punika. Wonten ing sedaya karibedan lan kasangsaran ingkang dipun alami, para randha kalawau purun mangsuli timbalanipun Gusti, temah preduli lan paring pitulungan kangge tiyang ingkang mbetahaken. Para randha punika ugi tansah setya ing pangajeng-ajeng dhumateng Gusti. Pramila senaosa gesangipun awrat nandang sangsara lan ngadhepi bilai, nanging Gusti tansah mitulungi para randha punika. Makaten ugi wonten ing pigesangan kita para umatipun Gusti, Gusti nimbali kita temah preduli ing satengahing zaman ingkang sansaya individualis punika. Senadyan ewet lan kathah pambengan ing margi, sumangga kita tansah ngupadi nuwuhaken raos preduli lan setya dhumateng Gusti. Awit sarana makaten, Gusti piyambak ingkang makarya ing salebeting pigesangan kita. Amin. [RES].
Pamuji: KPJ. 354 : 1, 2 Tetalesnya Sawiji