Meneruskan Karya Kasih Allah bagi Yang lemah Khotbah Minggu 27 Oktober 2024

14 October 2024

Minggu Biasa | Pekan Pemuda
Stola Hijau

Bacaan 1: Yeremia 31 : 7 – 9
Mazmur: Mazmur 126 : 1 – 6
Bacaan 2: Ibrani 7 : 23 – 28
Bacaan 3: Markus 10 : 46 – 52

Tema Liturgis: Pemuda GKJW : Nyata Tandang Gawe
Tema Khotbah: Meneruskan Karya Kasih Allah bagi Yang lemah

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yeremia 31 : 7 – 9
Pasal ini berisi tentang perkataan Yeremia kepada Yehuda dan Yerusalem,  yang hidup pada zaman raja Yosia, Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin dan Zedekia. Pada pasal 31:1-9 berisi perkataan yang baik dan menghibur, yang juga kita dapati dalam pasal sebelumnya, yaitu perkataan untuk menyemangati orang-orang buangan (Efraim/Israel). Yeremia meyakinkan mereka bahwa Allah pada waktunya akan memulihkan mereka, anak-anak mereka akan kembali ke negeri mereka sendiri. Allah akan membuat mereka menjadi bangsa yang besar dan bahagia lagi. Ia akan mengutus kepada mereka, Sang Mesias, yang di dalam kerajaan dan anugerah-Nya banyak dari janji-janji ini akan digenapi secara penuh. Di sini, Allah juga meyakinkan mereka bahwa Ia akan membawa mereka kembali ke dalam hubungan perjanjian dengan diri-Nya, yang semula tampak terputus. Selain itu, Allah akan membebaskan mereka, membawa mereka keluar dari Babel, seperti yang telah diperbuat-Nya untuk nenek moyang mereka ketika Ia menuntun mereka keluar dari Mesir. Seperti yang telah dijanjikan akan dilakukan-Nya ketika Ia pertama kali mengambil mereka sebagai umat-Nya.

Ibrani 7 : 23 – 28
Surat Ibrani 7 ini mengisahkan tentang Paulus yang membandingkan Kristus dengan imam-imam Perjanjian Lama, yang keberadaan-Nya lebih sempurna daripada mereka. Ayat 23 – 28 memberikan tiga gambaran, yang dari situ kita dapat melihat bahwa Ia adalah ”jaminan perjanjian yang lebih kuat” milik kita (Ay. 22). Kita juga melihat bahwa Ia adalah imam kekal dan korban efektif kita (Ay. 26, 27). Tugas imamat dan korban Kristus melibatkan ”pencapaian yang permanen, kuasa yang tak terbatas, pelayanan yang berkelanjutan lintas jaman dan generasi sampai selama – lamanya, karakter tanpa dosa dan korban yang sempurna” milik-Nya.

Markus 10 : 46 – 52
Yerikho adalah kota tertua di dunia yang juga sering disebut sebagai “Kota Palma” yang berarti wangi. Dalam perjalanan pelayanan-Nya, Yesus dan para murid-Nya melewati kota tersebut. Yesus dikenal oleh berbagai kalangan sehingga banyak peziarah berbondong – bondong ingin menjumpai-Nya secara langsung. Bahkan kuasa yang dimiliki-Nya sebagai penghadir mujizat menjadikan banyak orang berkeinginan mengikuti Dia. Bartimeus adalah seorang buta yang menerima salah satu mujizat Tuhan itu, dia dijadikan dapat melihat oleh Yesus. Keberadaan-Nya juga dikenal sebagai Guru dan Mesias yang dijanjikan menjadikan banyak orang ingin mengikut dia termasuk Bartimeus yang dijadikan-Nya dapat melihat itupun berjalan mengikuti Dia.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Sejak zaman Perjanjian Lama, malah sejak Israel diambil Allah menjadi umat-Nya, kasih Allah kepada bangsa Israel tidak pernah berkesudahan. Meskipun mereka seringkali jatuh bangun dalam dosa yang mengakibatkan mereka juga jatuh dalam penghukuman, tetapi wujud kasih dan perhatian Allah kepada mereka tidak pernah berhenti. Melalui para nabi-Nya, Tuhan memotivasi agar bangsa Israel berpulih, bahkan Allah berkenan bertindak sendiri sebagai Imamat melalui perwujudan Yesus Kristus yang melakukan karya menyatakan kasih bagi semua manusia yang dikasihi-Nya. Kasih-Nya kekal lintas waktu, lintas zaman, lintas generasi bahkan sampai selama – lamanya.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Setiap kita pasti pernah berada dalam situasi yang tidak kita rencanakan. Kadang situasi itu menempatkan kita pada posisi yang lemah dan tak berdaya. Misalnya ketika kita sakit, mengalami pergumulan yang berat, gagal dalam berbisnis, mengalami situasi rumah tangga yang tidak sesuai harapan. Kehadiran orang lain yang tulus mau memperhatikan, tidak menghakimi, bersedia mendengar, bahkan mungkin memberi pandangan-pandangan yang mengarahkan kita pada solusi, tentu terasa sangat menyejukkan kita. Setiap orang, sekuat apapun dia, suatu ketika butuh sahabat untuk menemaninya dalam menghadapi kehidupan.

Isi
“Dikasihi Tuhan”. Sasaran kasih Tuhan itu adalah umat. Idealnya jika umat itu dikasihi harusnya mereka selalu ada pada situasi yang menyenangkan, hidup dalam damai sejahtera, dan jauh dari keprihatinan. Tetapi perjalanan umat sejak mereka diambil menjadi umat pilihan tidak selalu dalam situasi yang ideal. Mereka seringkali jatuh dalam penderitaan, mulai dari mereka terusir dari taman Eden hingga harus menjalani hidup dalam perbudakan, baik itu oleh bangsa Mesir maupun bangsa Babel. Bahkan sampai pada puncaknya, umat harus hidup dalam ancaman maut kekal oleh akibat kesalahan dan dosa mereka sendiri.

Kasih Tuhan tidak berkesudahan, kalimat ini sesuai dengan apa yang mereka alami, meskipun umat kerap kali berkhianat, meninggalkan Tuhan, dan hidup dalam dosa kemudian jatuh dalam penghukuman yang menghadirkan keterpurukan, Tuhan tidak pernah sekalipun meninggalkan mereka. Melalui para nabi yang diutus-Nya, Tuhan selalu memberikan nasihat agar mereka mau kembali kepada-Nya. Para nabi memberikan motivasi dan semangat untuk berpulih dan menjanjikan kepada mereka damai sejahtera di tanah mereka sendiri. Bahkan Tuhan Allah sendiri berkenan mengulurkan tangan-Nya sebagai wujud pertolongan, berkenan berkarya sendiri dalam perwujudan Sang Mesias (Yesus Kristus) yang bertindak sebagai penebus, Imamat, dan penyelamat yang sempurna.

Yesus dalam karya pelayanan-Nya hadir sebagai sahabat bagi mereka yang lemah dan mereka yang jatuh dalam keprihatinan hidup. Ia bukan hanya hadir dengan ketulusan tetapi hadir dengan kasih yang besar. Kasih yang tidak menghakimi, tidak memandang perbedaan dan batasan-batasan yang dibuat oleh manusia. Kasih seperti yang ditunjukkan Yesus ini bukan hanya memulihkan mereka yang lemah secara fisik namun juga menyembuhkan jiwa mereka yang hancur. Seperti yang Dia lakukan kepada Bartimeus, Yesus tidak hanya menyembuhkan matanya yang buta tetapi juga iman dan kepercayaannya dipulihkan, jiwanya disembuhkan, dan ia kemudian menyerahkan hidupnya bagi Tuhan.

Penutup
Sebagai pengikut Kristus di masa kini, kepada kita juga dipercayakan orang-orang yang lemah. Tuhan sudah berkenan terlebih dahulu menjadi sahabat dan teman yang menguatkan kita bahkan Ia berkenan memberikan pertolongan yang sempurna untuk kita. Perenungan hari ini juga mengajak kita untuk menjadi sahabat bagi mereka yang lemah dan membutuhkan kehadiran kita. Kehadiran yang tidak hanya sekedar menjawab kebutuhan fisik, tetapi juga pemulihan batin. Kehadiran yang membawa visi ilahi untuk membebaskan setiap manusia dari belenggu hidupnya.

Jika mungkin saat ini kita merasa sebagai umat yang lemah, sebaiknya kita tidak memposisikan diri dalam situasi itu, tetapi mari kita memohon kekuatan agar Tuhan senantiasa menopang kita. Mari sebagai orang-orang percaya yang telah diberi pertolongan yang sempurna, kita melanjutkan karya kasih nyata dalam hidup kita sehari-hari, seperti yang Tuhan lakukan untuk kita. Mari kita, membuka mata, membuka tangan, memasang telinga, membuka hati agar kita dapat melihat, mendengar, merasakan, dan kemudian dapat bertindak dalam karya kasih yang nyata bagi sesama di sepanjang perjalanan hidup kita. Selamat merengkuh yang lemah, karena Allah dengan kasih yang memulihkan sudah terlebih dahulu merengkuh kita. Amin. [nDrungs].

 

Pujian: KJ. 178  Karna Kasih-Nya Padaku

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Saben kita tamtunipun nate ngraosaken wonten ing kawontenan ingkang mboten kita ajeng – ajeng. Kadhang kawontenan punika mapanaken kita ing papan ingkang ringkih, ingkang saestu mrihatosaken sanget. Contonipun nalika kita nandhang sakit, nyanggi momotan ingkang awrat, bangkrut ing usaha lan pandamelan, ugi kawontenan brayat ingkang mboten kados ingkang kita ajeng – ajeng.

Kawontenaning liyan ingkang saestu tulus purun dados kanca ingkang saestu gati, mboten njeksani, purun mirengaken pasambat lan kanthi iklas purun maringi semangat, pitutur, rerencang pados margi (jalan keluar/solusi) dalah ugi purun blaka suta ngemutaken kita, saestu punika saged dados ayeming manah. Amargi saben tiyang, sak rosa-rosanipun tiyang punika mboten tansah gesang ing kawontenan ingkang “ideal”, ingkang limrah dipun ajeng-ajeng sedaya tiyang. Bakal dugi titiwancinipun mbetahaken kanca ingkang saged ngancani ing salebeting ngadhepi kahanan gesang.

Isi
“Dipun tresnani Gusti”. Limrahipun menawi umat punika dipun tresnani Gusti kedahipun kawontenanipun tansah ing kawontenan ingkang mbingahaken, gesang ing swasana tentrem rahayu, tebih saking kaprihatosan. Ananging lampah gesangipun umat wiwit mula kapundhut dados umat pilihan dening Gusti mboten tansah wonten ing kawontenan ingkang “ideal”. Krana kalepatan lan luputanipun piyambak para umat punika asring saestu tiba – tangi ing salebeting kaprihatosan gesang. Wiwit mula katundhung saking patamanan Eden ngantos kedah gesang ing pangawulan, duka punika dening bangsa Mesir utawi bangsa Babel. Malahan pupusipun umat kedah gesang ing pangancemipun pati langgeng krana panerak lan dosa-dosanipun piyambak.

Katresnanipun Gusti punika tanpa wates. Ukara punika saestu laras kaliyan lelampahan ingkang dipun alami dening umatipun Gusti. Nadyan asring sanget mboten setya, asring nilaraken Gusti lan gesang ing salebeting dosa lajeng dhawah ing paukuman ingkang ndugekaken kaprihatosan, nadyan namung sakedheping netra, Gusti mboten nate nilaraken para umat punika. Lumantar para nabi lan sedaya utusanipun, Gusti tansah maringi pitutur, ngemutaken para umat supados sedayanipun purun wangsul dhateng Panjenenganipun, kepara malah Gusti Allah ugi kersa maringi motivasi dan semangat supados umat punika purun mulihaken dhiri (kembali pada hakekatnya sebagai ciptaan yang serupa dengan gambar Allah yang sempurna). Elokipun malih Panjenenganipun mrasetyakaken dhateng umat, inggih punika gesang ingkang kebak tentrem rahayu wonten ing tanahipun piyambak. Gusti kersa nguluraken Asta-Nipun minangka wujud pitulungan lumantar para nabinipun ngantos kersa makarya piyambak lumantar wujud Sang Mesih (Gusti Yesus Kristus) ingkang makarya minangka Juru Panebus, Imamat, lan Juru Pitulung ingkang sampurna.

Ing peladosanipun, Gusti Yesus tindak dados rencang (kanca) kangge sedaya ingkang ringkih lan dhawah ing gesang kaprihatosan. Panjenenganipun mboten namung rawuh kinantenan ingkang tulus nanging ugi jangkep kinantenan asih katresnan ingkang ageng. Asih ingkang mboten njeksani, ingkang mboten mawang kabentenan lan wates-wates ingkang dipun damel dening manungsa. Asih katresnan ingkang Panjenenganipun tedahaken mboten namung nambani sacara lair kemawon nanging ugi nambani sukma ingkang ajur krana dhawah ing kaprihatosan. Kados ingkang Panjenenganipun tindakaken dhateng Bartimeus, Gusti Yesus mboten namung nyarasaken wutanipun kemawon, nanging ugi ngiyataken iman kapitadosanipun, sukmanipun dipun kiyataken lajeng Bartimeus purun mlampah ndherekaken dalah masrahaken gesangipun dhumateng Gusti Yesus.

Panutup
Minangka pandherekipun Sang Kristus ing jaman enggal sapunika, dhumateng kita ugi kapracayakaken para tiyang-tiyang ingkang ringkih punika. Kita kedah enget bilih Gusti sampun langkung rumiyin kersa dados rencang  ingkang ngiyataken kita, malahan Panjenenganipun kersa maringaken pitulungan ingkang sampurna dhateng kita. Milanipun kita dipun atak supados puruna dados rencang kangge umat dalah sesami ingkang ringkih, ingkang saestu mbetahaken kawontenan kita. Kawontenan ingkang mboten namung nyekapi kabetahan sacara lair nanging ugi sacara batin. Kawontenan ingkang mbekta visi ilahi kagem ngluwari sedaya tiyang saking pambidhunging gesangipun.

Menawi kita taksih rumaos ringkih sampun ngantos kita punika mapanaken dhiri wonten ing kawontenan ingkang ringkih punika. Amargi Gusti sampun maringi kita karosan lan kakiyatanipun. Gusti tansah dados sendhenan lan pangayoman gesang kita. Sumangga minangka tiyang pitados ingkang sampun kaparingan pitulungan ingkang sampurna, puruna nglajengaken pakaryan asih tresna kados ingkang sampun dipun tindakaken Gusti dhateng kita. Sumangga kita bikak paningal kita, tangan kita, pamireng kita dalah ugi manah kita supados kita saged ningali, mirengaken, ngraosaken lajeng gumbregah nindakaken pakaryan asih tresna ingkang nyata kangge sesami ing sauruting wekdal gesang kita. Mangga kita sami ngrangkul ingkang ringkih, krana Gusti sampun kersa ngrangkul kita. Amin. [nDrungs].

 

Pamuji: KPJ. 113    Gusti Yesus Sang Pamarta

Renungan Harian

Renungan Harian Anak