Minggu Natal 1
Stola Putih
Bacaan 1: 1 Samuel 2 : 18 – 20, 26
Mazmur: Mazmur 148 : 1 – 14
Bacaan 2: Kolose 3 : 12 – 17
Bacaan 3: Lukas 2 : 41 – 52
Tema Liturgis: Damai Sejahtera di Antara Manusia yang Berkenan kepada-Nya
Tema Khotbah: “Kumpul Gusti”
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1 Samuel 2 : 18 – 20, 26
Hana dan suaminya, Elkana adalah contoh salah satu keluarga yang istimewa dalam cerita Alkitab. Mereka adalah orang-orang yang setia kepada Tuhan. Tidak pernah lepas mereka datang kepada Tuhan dan membawa persembahan pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Lebih istimewa lagi karena dalam pengharapannya akan kasih setia Tuhan, mereka terutama Hana bersedia mengorbankan harta yang berharga dalam hidupnya, yaitu anak laki-laki pertamanya, Samuel, yang telah lama dinantikan. Pengorbanan yang besar dan berat. Tetapi itulah wujud kasih dan setia Hana kepada Tuhan. Ia pernah bernazar dan ia memenuhinya dengan sukacita. Dan ternyata itu tidak sia-sia karena bukan hanya pada akhirnya Hana beroleh anak-anak laki-laki dan perempuan sebagai pengganti Samuel, tetapi ia juga beroleh sukacita karena Samuel menjadi seorang yang dikasihi Tuhan dan manusia (Ay. 26).
Kolose 3 : 12 – 17
Paulus dalam bacaan kedua kita hari ini memberi nasihat dan mengingatkan Jemaat di Kolose untuk menyadari panggilan hidup mereka sebagai pengikut Kristus. Panggilan bukan hanya sebagai pemberita Injil tetapi juga untuk hidup dalam persekutuan yang erat, yang mampu menghadirkan dan membangun damai sejahtera. Untuk itu, Jemaat Kolose harus mampu untuk membentuk karakter-karakter pribadi yang bisa mendukung terwujudnya hal itu. Karakter Kristus yang harus dikembangkan selalu dalam perjalanan hidup mereka.
Lukas 2 : 41 – 52
Maria dan Yusuf adalah orang yang taat akan tradisi Yahudi. Mereka tidak pernah lalai untuk selalu memenuhi tradisi itu, seperti halnya dalam cerita bacaan kita. Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah (Ay. 41). Tradisi inipun diwariskan kepada Yesus yang pada saat itu masih berumur 12 tahun. Hanya saja, kali ini ada sesuatu yang berbeda. Kalau biasanya mereka pulang bersama-sama, tetapi kali ini mereka tanpa sadar meninggalkan Yesus sendiri. Anehnya, ternyata Yesus tidak merasa sendiri. Bahkan protes kepada mereka ketika dijemput dengan perkataan, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Ay. 49)
Benang Merah Tiga Bacaan:
Kasih kepada Allah memang akan membawa konsekuensi berat dalam hidup. Elkana dan Hana harus rela menyerahkan anak laki-laki yang dinantikan sekian lamanya. Jemaat Kolose harus bisa membentuk diri menjadi orang-orang dengan karakter Kristus di dalam hidup mereka. Dan bacaan ketiga kita memperlihatkan bagaimana kesetiaan Maria dan Yusuf setiap tahun ke Yerusalem walaupun jarak yang ditempuh tidak pendek. Konsekuaensi itu membawa mereka kepada kedekatan dengan Allah sehingga mereka tahu bagaimana harus menjalani kehidupan yang seturut dengan kehendak Allah. Dari konsekuensi itu, ketika dijalani dengan setia, ternyata membawa dampak yang indah dan baik, bukan hanya kepada diri mereka sendiri tetapi juga orang lain. Hana dan Elkana mendapati anaknya, Samuel, menjadi orang yang baik dan berkenan sehingga dikasihi Allah dan manusia. Jemaat di Kolose menjadi Jemaat yang berkembang karena mampu mewujudkan persekutuan yang baik. Dan Yesus disukai banyak orang karena mempunyai hikmat yang luar biasa dari Allah.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Bisa “ngumpul” dengan keluarga, bagi banyak orang yang terpisah jauh seringkali menjadi sebuah kerinduan yang terus hadir dalam hati mereka. Tak jarang untuk bisa “ngumpul”, mereka berusaha meluangkan waktu, tenaga, dan dana yang tidak sedikit untuk mewujudkannya. Dan ketika terwujud, walaupun hanya sebentar, pengorbanan itu tidak sia-sia. Ada kepuasan tersendiri di dalam diri mereka dan tentu hal ini membawa sukacita. Dan yang terpenting meninggalkan suatu kenangan yang indah, yang pada akhirnya menjadi penguat dalam pengharapan untuk melakukannya lagi di lain waktu.
Isi
Bersama, memang tidaklah mudah, terutama bersama Tuhan. Ada konsekuensi besar yang harus kita lakukan sebagai pengorbanan yang tak jarang sangat berat untuk terwujud. Waktu yang seakan-akan masih kurang untuk kita isi. Tenaga yang seakan-akan terlalu terfokus untuk pekerjaan, usaha, dan aktifitas lainnya. Dana yang juga tak jarang kita rasakan masih belum bisa memenuhi segala keinginan/kebutuhan kita. Kalaupun kemudian terjadi “kebersamaan”, seakan-akan ada keterpaksaan di dalamnya. Bahasa yang sering muncul adalah, “wajib e ngunu yo piye maneh!”, sehingga jangankan kepuasan, kebahagiaan saja seringkali jauh dari hidup kita.
“Kumpul Gusti” sebenarnya adalah panggilan kita ketika kita mengambil keputusan untuk mengikut Dia, yaitu panggilan untuk:
- Datang Kepada-Nya
Kita ingat panggilan Tuhan Yesus dalam Matius 11:28, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Datang untuk apa? Untuk belajar bersama-sama dengan Dia. “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Mat. 11:29). Pembelajaran yang akan diberikan oleh Tuhan bukan hanya akan memberi kita kelepasan (Ay. 28) tetapi juga akan memberi kita ketenangan (Ay. 29). Pembelajaran yang akan membuat kita mengerti: apa yang baik dan benar di hadapan Tuhan. Memang berat beban hidup kita, tetapi seperti halnya Hana, ketika beban berat membelenggu hidupnya, ia datang kepada Allah dan ia mendapat kelepasan walaupun kemudian juga ia mempunyai tanggung jawab/ panggilan besar lainnya. Hana mengerti bahwa Allah layak untuk diandalkan seperti kesaksian Pemazmur, “Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku.” (Maz. 62:6). Yesus walaupun masih berumur 12 tahun juga telah bersama dengan Allah. Itulah mengapa Ia menjadi sangat berhikmat walaupun masih kecil, dan banyak orang ingin belajar bersama-sama dengan Dia. Sebab Yesus memiliki hubungan yang dekat dengan Allah. - Membersamai Dia
Membersamai berarti selalu ingin dekat dengan Tuhan dimana dan kemanapun juga. Risiko besar yang harus diambil adalah “kehilangan rasa nyaman”. Yesus dalam usia yang masih anak-anak mengambil sikap yang di luar pemikiran orang dewasa. Rasa nyaman dan aman bersama dengan orang tua-Nya dibuang dan Ia memilih untuk tinggal di Bait Suci tanpa sepengetahuan Maria dan Yusuf. Itulah mengapa Ia protes kepada orang tua-Nya, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Ay. 49). Ia merasa lebih baik bersama dengan Allah di Rumah-Nya. Ini seperti pengakuan Pemazmur dalam Mazmur 62:2, “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku.” Membersamai Allah dalam kehidupan kita akan memberikan rasa nyaman, tenang, dan aman melebihi yang ditawarkan dunia. Itulah mengapa Hana memilih mengadu kepada Allah tentang kesesakan dan pergumulannya. Di dalam Bait Allah, ia mendapatkan ketenangan. Membersamai ini dimaknai oleh Rasul Paulus ketika berbicara dengan Jemaat Kolose, “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” (Kol. 3:17). - Melakukan dan Memberi Kesaksian tentang kehendak-Nya
Paulus dengan tegas mengingatkan Jemaat Kolose untuk hidup seperti kehendak Tuhan. Kalimat “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu” (Kol. 3:16) bisa berarti teladan yang sudah diterima dari Kristus harus terus ada dalam hidup dan mewarnai hidup orang-orang Kolose. Artinya, kalau Tuhan sudah memberi teladan, maka tugas jemaat Kolose untuk meneruskan teladan itu. Sehingga kehadiran mereka benar-benar mencerminkan kehadiran Kristus yang menjadi sumber sukacita dan damai sejahtera.
Tidak bisa dipungkiri, ini bagian terberat dalam hidup kita, tetapi kembali seperti halnya Maria dan Yusuf, Hana dan Elkana, panggilan untuk melakukan kehendak-Nya dan memberi teladan yang benar telah membentuk Yesus dan Samuel menjadi orang yang berbeda dari yang lainnya. Lebih baik sehingga menjadi perkenan Allah dan manusia.
Penutup
Mengakhiri tahun 2024 ini dan masuk ke dalam tahun 2025, kita diajak untuk selalu rindu “Kumpul Gusti”. Ini memang kewajiban kita, karena Dia adalah Bapa. Tetapi tentu saja tidak lagi menjadi satu hal yang memberatkan karena kita melakukannya dengan “kasih”. Ikatan kasih yang menguatkan dan menyegarkan kita, yang terbentuk oleh kasih yang suci dan kudus Allah di dalam pengorbanan-Nya melalui Tuhan Yesus Kristus. Kristus yang lahir untuk membawa damai sejahtera bagi umat manusia. Kasih yang menjadi panggilan hidup kita untuk selalu dekat dengan-Nya selama kita masih diberi kesempatan mengisi kehidupan ini. Kasih yang terus membawa kita kepada persekutuan agung dengan Allah, sesama, dan ciptaan untuk membangun damai sejahtera di bumi. Kasih yang akan membentuk kehidupan kita semakin berkenan kepada-Nya.
Melalui “Kumpul Gusti”-lah kita bisa terus belajar menumbuh-kembangkan dan menguatkan kasih itu di dalam hidup kita, sehingga kasih itu terus terpancar dan dirasakan oleh semua orang. Pada akhirnya kehidupan kita adalah kehidupan yang dikasihi Allah dan manusia. Amin. [NSA].
Pujian: KJ. 356 : 1, 2 Tinggallah Dalam Yesus
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Saged “ngumpul” kaliyan sanak sedherek lan brayat, kanggenipun tiyang ingkang kapisah tebih saking brayatipun, punika saged dados raos kangen ing salebeting manah tiyang punika. Asring supados tiyang punika saged “ngumpul” kaliyan brayatipun, piyambakipun kedah nyawisaken wekdal, tenaga ugi dana ingkang mboten sekedhik supados pepenginan “ngumpul” kaliyan brayatipun punika saged kawujud. Nalika pepenginan “ngumpul” punika kawujud, senadyan namung sekedhap wekdalipun, tamtu pangorbanan piyambakipun punika mboten badhe muspra. Wonten raos remen/puas ing salebeting manah ingkang dadosaken piyambakipun sukabingah. Lan ingkang penting, saged “ngumpul” kaliyan brayat punika dados perangan ingkang endah, ingkang pungkasanipun nuwuhaken kakiyatan lan pangajeng-ajeng saged dipun tindakaken malih ing wekdal sanesipun.
Isi
Gesang sesarengan kaliyan tiyang sanes punika mboten gampil, mekaten ugi gesang sesarengan kaliyan Gusti. Wonten konsekuensi ageng ingkang kedah kita tindakaken minangka pangorbanan kita, ingkang asring ewet kawujud. Kadosipun kita kekirangan wekdal kangge nindakaken punika. Tenaga kita kadosipun namung katuju kangge pandamelan, usaha lan tumindak sanesipun. Mekaten ugi, asring kita ngraosaken bilih arta ingkang kita betahaken dereng cekap kangge nyekapi kabetahan gesang kita. Bilih ing salajengipun kita saged “sesarengan”, kadosipun punika kapeksa. Tembung ingkang asring kaucap, “wajibe nguno yo piye maneh!”, karana punika sanes kamareman ingkang kita tampi, ngraosaken sukabingah kemawon tebih saking gesang kita.
“Kumpul Gusti” punika dados timbalan kita nalika kita mutusaken ndherek Panjenenganipun. Timbalan punika :
- Marek Sowan ing Gusti
Lumantar Matius 11:28, kita dipun engetaken timbalanipun Gusti Yesus dhateng kita, “He, para wong kang kesayahan lan kamomotan, padha mrenea. Aku bakal gawe ayemmu.” Marek dhumateng Gusti supados punapa? Supados kita saged sinau sesarengan kaliyan Panjenenganipun. “Pasangan-Ku padha tampanana ing pundhakmu lan padha nggegurua marang Aku, awit Aku iki alus lembah ing budi, temahan kowe bakal padha oleh ayeming nyawamu.” (Mat. 11:29). Gusti Yesus mboten namung maringi kaayeman (Ay. 28) kemawon ananging ugi maringi kita katentreman (Ay. 29). Piwulang punika ndadosaken kita mangertos punapa ingkang sae lan bener ing ngarsanipun Gusti. Pancen gesang punika asring karaosaken awrat, kados ibu Hana, nalika piyambakipun ngraosaken awrat awit saking momotaning gesang, nanging piyambakipun sedya marek sowan wonten ngarsanipun Gusti. Piyambakipun nampi pangluwaran saking Gusti lan salajengipun piyambakipun sedya nindakaken tanggel jawab / timbalan ageng sanesipun. Ibu Hana mangertos bilih namung Gusti Allah kemawon ingkang saged dipun andelaken, kados paseksinipun Juru Mazmur, “Katentremanku mung ana ing Gusti Allah, amarga kang dakarep-arep iku pinangkane saka ing Panjenengane.” (Maz. 62:6). Gusti Yesus piyambak sanadyan taksih 12 taun, Panjenenganipun gesang sesarengan kaliyan Gusti Allah. Punika sebabipun Gusti Yesus dados tiyang ingkang wicaksana senadyan taksih lare, kathah tiyang ingkang kepengin sinau sesarengan kaliyan Panjenenganipun awit Panjenenganipun kagungan hubungan ingkang celak kaliyan Gusti Allah. - Sinarengan Kaliyan Gusti
Sinarengan punika tegesipun tansah celak kaliyan Gusti ing pundi lan dhateng pundi kita gesang. Resiko ageng ingkang kita tampi inggih punika “kecalan raos nyaman”. Gusti Yesus ingkang taksih lare 12 taun wantun namtokaken sikep ingkang nglangkungi pemanggihipun tiyang diwasa. Raos nyaman lan aman sesarengan kaliyan tiyang sepuhipun dipun bucal, Panjenenganipun langkung milih netep ing Padaleman Suci tanpa dipun mangertosi Maria lan Yusuf. Punika ingkang dados alesan, kenging punapa Panjenenganipun protes dhateng tiyang sepuhipun, “Punapaa dene panjenengan madosi Kula? Panjenengan punapa mboten mirsa, bilih Kula kawajiban wonten ing dalemipun Rama Kula?” (Ay. 49). Gusti Yesus rumaos langkung sae sinarengan kaliyan Gusti Allah ing Padaleman-Ipun. Punika kados pangakenipun Juru Mazmur ing Jabur 62:2, “Amung yen cedhak karo Gusti Allah aku ngrasa ayem, kaslametanku iku saka ing Panjenengane.” Gesang sinarengan kaliyan Gusti Allah ing salebeting gesang kita punika badhe nuwuhaken raos nyaman, ayem, lan aman nglangkungi punapa ingkang dipun tawaraken donya. Punika ingkang dados alesan, kenging punapa Ibu Hana milih sesambat namung dhumeteng Gusti Allah tumrap sedaya momotan lan masalah gesangipun. Awit ing Padalemanipun Allah punika, piyambakipun manggihaken kaayeman. Rasul Paulus nalika ngendika dhateng pasamuwan Kolose, kagungan pemanggih bab gesang sinarengan punika. Kasebataken ing Kolose 3:17 mekaten: “Lan sadhengah apa kang koktindakake kalawan tembung utawa kalawan panggawe, iku kabeh lakonana atas asmane Gusti Yesus, kambia saos sokur marang Gusti Allah, Rama kita lumantar Panjenengane.” - Nindakaken Sarta Atur Paseksi Bab Karsanipun Gusti
Paulus kanthi teges ngegetaken pasamuwan Kolose supados gesang miturut karsanipun Gusti. Tembung “Muga pangandikane Sang Kristus dumunung ana ing antaramu kalawan luber,” (Kol. 3:16) saged dipun artosaken tuladhanipun Sang Kristus kedah wonten ing salebeting gesangipun pasamuwan Kolose. Bilih Gusti Yesus sampun paring tuladha, tugasipun pasamuwan Kolose kangge nglajengaken tuladha punika, saengga kawontenanipun pasamuwan Kolose punika saged mujudaken rawuhipun Sang Kristus ingkang dados sumbering kabingahan lan tentrem rahayu.
Mboten saged dipun selaki bilih nindakaken karsanipun Gusti punika, prekawis ingkang awrat salebeting gesang kita, nanging kita kedah enget kaliyan Maria lan Yusuf, Hana lan Elkana ingkang setya netepi timbalanipun Gusti kangge nindakaken karsa-Nipun sarta paring tuladha ingkang bener, ingkang ndadosaken Gusti Yesus lan Samuel punika dados tiyang ingkang benten kaliyan sanesipun. Dados tiyang ingkang langkung sae saengga dados keparenging Gusti Allah lan manungsa.
Panutup
Mungkasi taun 2024 punika lan mlebet ing taun 2025, kita dipun ajak tansah kangen “kumpul Gusti”. Punika sampun kwajiban kita, awit Panjenenganipun punika Sang Rama. Mila sanes prekawis ingkang awrat kangge kita bilih kita nindakaken karsanipun Gusti Allah kanthi “tresna”. Katresnan ingkang ngiyataken lan nyegeraken punika saged kawujud awit karana katresnan ingkang suci lumantar pangorbanan-Ipun Gusti Yesus Kristus. Sang Kristus miyos ing donya punika ngasta tentrem rahayu kangge para manungsa. Kita ingkang taksih kaparingan wekdal lan kesempatan gesang dipun timbali kangge mujudaken sih katresnanipun Gusti ing salebeting gesang kita punika. Sih katresnan punika ingkang badhe mujudaken patunggilan kita kaliyan Gusti Allah, sesami, lan sedaya titah sanesipun kagem mbangun tentrem rahayu ing donya. Sih katresnan punika ingkang nuwuhaken pigesangan kita sansaya miturut dhumateng karsa-Nipun.
Lumantar “kumpul Gusti”, kita saged sinau tuwuh rembakanipun sih katresnan punika ing gesang kita, saengga sih katresnan punika tansah sumunar lan saged dipun raosaken dening tiyang kathah. Lan pungkasanipun, gesang kita punika gesang ingkang dipun tresnani dening Gusti Allah lan manungsa. Amin. [Terj. AR].
Pamuji: KPJ. 144 : 1, 2 Yen Nunggil Lan Gusti