Minggu I Sesudah Natal
Stola Putih
Bacaan 1 : Yesaya 63:7-9
Bacaan 2 : Ibrani 2:10-18
Bacaan 3 : Matius 2:13-23
Tema Liturgis : Kehadiran Yesus Kristus Membawa Damai bagi Dunia
Tema Khotbah : Cahaya Dari Desa yang Menyinari Dunia
Keterangan Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yesaya 63 : 7 – 9
Kasih karunia dan kebaikan Allah senantiasa dialami bangsa Israel. Sebagai bangsa yang berada di bawah penindasan bangsa Mesir, harkat dan martabat mereka telah ditinggikan ketika mereka dibebaskan oleh Allah. Allah yang penuh kasih sayang itu menjadikan Israel umat-Nya, Allah mengangkat mereka sebagai anak-anak-Nya (ayat 7-8) dan memelihara kehidupan mereka. Allah sendiri sampai turun tangan menyelamatkan mereka (ayat 9). Yesaya memuji belas kasihan dan kasih setia Allah, mengakui dosa Israel, berdoa bagi kelepasan mereka dari hukuman dan untuk penebusan yang dijanjikan Allah.
Ibrani 2 : 10 – 18
Allah menyempurnakan Yesus yang mampu memimpin manusia pada keselamatan. Keselamatan disini mengandung arti apa yang sudah dan sedang dikerjakan Allah untuk membebaskan manusia dari dosa dan kuasa-kuasa jahat. Manusia memperoleh keselamatan, dapat juga berarti memperoleh “kehidupan yang kekal” yang oleh penulis surat Ibrani disebut juga sebagai tempat perhentian. Lalu Yesus disebut sebagai Imam Besar. Sebagaimana kita ketahui bahwa tugas Imam Besar pada saat Hari Raya Pendamaian, Imam Besar memasuki Ruang Mahakudus di Bait Allah untuk mempersembahkan kurban, agar Allah menghapus dosa-dosa umat Israel. Seperti layaknya Imam Besar, Yesus pun mempersembahkan kurban yang sempurna untuk mengampuni dosa manusia, akan tetapi, kurban yang dipersembahkan adalah diri-Nya sendiri.
Matius 2 : 13 – 23
Ayat 13-15, merupakan kisah penyertaan Allah kepada Yusuf, Maria dan bayi Yesus dari rencana jahat Raja Herodes yaitu rencana pembunuhan pada bayi Yesus. Perlindungan Allah memerlukan ketaatan pada pimpinan Allah yang dalam hal ini berarti bahwa Yusuf dan keluarganya meninggalkan negeri dan lari ke Mesir. Mereka harus tinggal di Mesir sampai Allah memberitahu mereka kapan mereka bisa meninggalkan Mesir. Ayat 16-18, Herodes sangat marah ketika orang-orang Majus yang sudah melihat bayi Yesus memperdaya dirinya. Raja Herodes memerintahkan kepada anak buahnya supaya membunuh semua anak laki-laki (yang tak bersalah) yang berumur di bawah dua tahun yang berada di daerah Betlehem dan sekitarnya. Ini dilakukannya untuk mempertahankan takhtanya. Ayat 19-23, sesudah Herodes mati, maka ini menjadi waktu dan saat yang tepat dan aman bagi Yusuf dan keluarganya meninggalkan Mesir, Tuhan memberitahukan hal tersebut kepadanya melalui mimpi. Allah senantiasa menjaga dan melindungi orang yang dikasihi-Nya dan bahwa Ia tahu cara terbaik untuk menggagalkan rencana orang jahat dan menyelamatkan orang-orang yang setia kepada-Nya dari tangan orang yang hendak mencelakakan keluarga Yusuf. Yusuf dan keluarganya menetap di daerah Galilea, tepatnya di kota Nazaret.
Benang Merah Tiga Bacaan
Kasih setia Allah menyapa, merangkul dan menyelamatkan umat manusia. Di dalam diri Yesus Kristus, Allah menyatakan diri-Nya. Umat yang menerima kasih setia-Nya diutus untuk mewartakan keselamatan ke tengah dunia dan Allah senantiasa menyertai.
RANCANGAN KHOTBAH : Bahasa Indonesia
“Cahaya Dari Desa yang Menyinari Dunia”
Pendahuluan
Bapak ibu saudara, bayangkanlah diri anda pada suatu malam baru pertama kali masuk dalam ruangan rapat, tiba-liba listrik padam. Tentu saja seketika itu juga ruangan tersebut menjadi gelap. Anda tidak tahu di mana letak pintu, letak jendela. Betapa leganya hati, ketika ada teman datang membawa lilin, seketika ruangan dan isinya bisa kita lihat. Itu sebuah gambaran, bahwa manusia sebenarnya berada dalam kegelapan, dosa, kejahatan, tetapi sejak Kristus lahir, Kristus datang, Ia membawa terang yang sesungguhnya, dan terang itu dianugerahkan-Nya dengan cuma-cuma. Apa respon dunia?
Isi
Yusuf, Maria, dan Yesus tinggal di sebuah desa kecil di Galilea. Allah senantiasa menyertai, karena di dalam diri Kristuslah Allah melakukan karya nyata di dunia. Ia berkenan menyelamatkan dan menyapa dunia dengan kasih setia-Nya. Allah menghantar dunia pada keselamatan. Karya keselamatan melalui diri Yesus itu harus diawali dengan jalan penderitaan.
Pertama, Yesus sejak kecil, sejak bayi, bahkan sejak dalam kandungan mengalami kesengsaraan dan penderitaan. Karya keselamatan dari Allah untuk semua bahkan melalui persembahan diri Yesus seutuhnya (itulah puncak tugas sang Imam Besar sebagaimana di kitab Ibrani). Itulah jalan awal derita Yesus. Kita bisa membayangkan bagaimana Yusuf sekeluarga melakukan pengungsian ke Mesir. Bayi Yesus diajak menempuh perjalanan ratusan km.
Kedua, beban psikologis akibat menerima pesan malaikat bahwa Herodes berniat membunuh semua bayi di bawah umur dua tahun, mengakibatkan ketakutan dan kecemasan, bagi orang tua Yesus. Bahkan puncaknya, keangkuhan Herodes dan kearoganannya membuahkan tangis di Rama. Tentu saja keluarga Yusuf membayangkan jika mereka tiba-tiba bertemu para prajurit Herodes di perjalanan, tidak menutup kemungkinan bahwa para prajurit itu bertindak mencelakan mereka.
Ketiga, Tuhan mengasihi dan menyatakan perlindungan, ketika mereka tinggal di Mesir lalu menerima informasi dari malaikat Tuhan, bahwa situasi sudah aman, dan mereka diperbolehkan untuk meninggalkan Mesir, maka mereka segera berangkat meninggalkan daerah tersebut. Dan bukankah Tuhan juga mengasihi umat Israel sebagaimana di kitab Yesaya, bahwa harkat martabat mereka diangkat oleh Tuhan, melalui peristiwa Allah bersedia turun tangan dengan mengutus putra-Nya. Dengan langkah pasti, dengan penuh percaya dan pengharapan, mereka melakukan sebagaimana yang sudah disampaikan Tuhan melalui utusan-Nya. Inipun bagian perwujudan kesetiaan dan ketaatan keluarga Yusuf kepada Tuhan.
Aplikasi
Keselamatan yang sudah kita peroleh akan diwarnai dengan jalan derita dan sengsara dalam keseharian. Jangan takut, Tuhan bersama kita. Ironis kalau seseorang mengaku pengikut Kristus, dan salib adalah lambang penderitaanNya, tapi gaya hidupnya sama sekali tidak mau memberi diri. Jangankan memberi diri, mengalah sedikitpun tidak mau. Maunya selalu menang sendiri, memaksakan kehendak, masa bodoh terhadap perasaaan orang lain.
Allah mengasihi dan menyertai umat-Nya yang senantiasa taat dan setia melakukan kehendak-Nya. Yusuf dan keluarga disertai. Yusuf menunjukkan kualitas kehidupan rohaninya, berhubungan erat dengan ketaatannya kepada perintah Allah, setelah mendengar firman Tuhan yang disampaikan oleh malaikat mengenai rencana Allah melalui keluarganya. Tanpa berbantah, tanpa alasan, sepenuhnya ia melakukan kehendak Tuhan. Teladan Yusuf mengingatkan bahwa karya Allah adalah jalan misteri yang membutuhkan kepercayaan, ketaatan, dan keterlibatan kita; bukan sebaliknya, permintaan dan keluhan tanpa henti yang ujungnya selalu untuk memuaskan diri sendiri.
Ia mengangkat harkat dan martabat kita. Yesus yang dari Galilea, itulah cahaya sejati dari Allah yang mampu menyinari manusia yang berada dalam kegelapan. Keberdosaan kita dihapusnya. Apakah kita berbahagia? Tentu saja, kita ini diterima sepenuhnya dan dianggap istimewa. Sudah selayaknya jika kita ini menghargai, menjunjung dan mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan. Kita melatih diri untuk mengutamakan martabat manusia, ataukah kita masih senang berlaku merendahkan, mengabaikan, bahkan membunuh karakter dan cita rasa sesama?
Penutup
Seperti batang lilin dalam ilustrasi, hidup kita juga akan berakhir, ada waktu untuk menyala, ada waktu untuk padam. Akan ada lilin pelita lain untuk meneruskan nyala kita, selama masih bisa bersinar, bersinarlah terus. Kekuatan para pengikut Kristus terletak pada sikap bersedia memancarkan terang dari dalam dirinya. Terimalah cahaya dari Galilea itu dengan sukacita. Dan pancarkan terangnya kepada dunia, sekalipun engkau melewati jalan derita, ada kekuatan nyata. Amin. (YE)
Pujian : KJ 424 : 1 & 4
—
RANCANGAN KHOTBAH : Basa Jawi
“Pepadhang Saka Desa kang Nyunari Jagad”
Pambuka
Bapak ibu lan para sadherek, cobi mbayangke umpami wayah dalu, panjenengan mlebet dhateng ruang rapat, lan punika taksih sepisanan, dumadakan listrik ipun pejah. Tamtu kemawon, papan/ruangan punika dados peteng dhedhet. Panjenengan mboten mangertos wonten pundi panggenanipun lawang, panggenanipun jendela. Nanging, manah dados plong nalika wonten rencang dugi mbekta lilin, sapunika ugi ruangan dalah saisinipun saged kita tingali. Punika dados gambaran, bilih manungsa sejatosipun kelimputan pepeteng, karana dosa, nanging rikala Gusti Yesus miyos, Kristus rawuh, Sang Kristus ngasto pepadhang ingkang sejati, lan punika dipun luberaken dhateng jagad. Kadospundi responipun jagad dalah saisinipun?
Isi
Yusuf, Maryam, lan Yesus manggen wonten ing dusun alit ing Galilea. Gusti Allah tansah nganthi, karana wonten pribadinipun Sang Kristus, Gusti Allah nindakaken tumindak kawilujengan tumrap donya. Gusti nresnani jagad, sih katresnan-Ipun ndadosaken jagad nampeni pepadhang. Nanging, tumindak milujengaken jagad punika kedah dipun wiwiti lumantar margi ingkang rumpil, lan Sang Kristus ingkang nglampahi margi kebak kasangsaran.
Sepisan, wiwit alit, wiwit bayi, wiwit wonten kandhutan sang ibu, nglampahi kasangsaran. Pakaryan kawilujengan saking Gusti Allah tumrap donya lan isinipun, malah-malah lumantar pisungsung sakwetah diri-Nipun Sang Kristus (punika dados tugas Imam Besar kados ta ingkang kaserat ing Kitab Ibrani). Punika margi rumpil kebak kasangsaran wiwitan ingkang dipuntampi dening Sang Kristus. Kita saged mbayangaken, kados pundi Yusuf sak brayat ngungsi dhateng Mesir. Si Jabang Bayi Yesus, kedah nglampahi perjalanan ingkang jarakipun tebih sanget, atusan km tebihipun.
Kapindho, wonten beban psikologis ingkang dipun raosaken nalika nampi pawartos saking Malaekatipun Gusti bilih Prabu Herodes nggadahi niat/rencana ala inggih punika badhe mejahi sedaya bayi ingkang yuswanipun sak ngandhap ipun 2 tahun. Punika murugaken raos ajrih, cemas, tumrap tiyang sepuhipun bayi Yesus. Lan wusananipun, sikap arogan lan angkuh ipun sang Prabu Herodes, ndadosaken swanten panangis lan pangadhuh ing kutha Rama. Umpami wonten saklebeting perjalanan tumuju Mesir, Yusuf sakbrayat kacepeng para prajuritipun Herodes, saged kemawon para prajurit numpes Yusuf lan brayatipun.
Kaping tiga, Gusti nresnani lan njangkung Yusuf sakbrayat, nalika manggen ing Mesir lan nampi pawartos saking Malaekatipun Gusti, bilih kahanan sampun aman, lajeng Yusuf sak brayat saged nilar Mesir, Yusuf lan anggota brayatipun tindhak dhateng papan ingkang dipuntemtoaken Gusti. Saestu, Gusti punika nresnani Israel kados ta ing waosan Kitab Yesaya, harkat martabat derajat dipun angkat dening Gusti. Lumantar peristiwa, Gusti ngutus Putra-Nipun kang ontang-anting. Lan kanthi lampah ingkang pasti, kebak pangajeng-ajeng, Yusuf sakbrayat nindakaken punapa ingkang dados dhawuh-Ipun Gusti lumantar utusan-Ipun. Punika wujud kasetyanipun, lan raos taat brayatipun Yusuf dhumateng karsa-Nipun.
Aplikasi
Kawilujengan ingkang sampun kita tampi, boten saged uwal saking margi rumpil, lan kebak sangsara. Sampun ngantos ajrih, Gusti nunggil kita. Prakawis ingkang ironis, nalika tiyang dados umatipun Kristus, lan salib dados lambang sangsara, nanging wonten gesang padintenan mboten purun “memberi diri”, misungsungaken gesangipun. Sampun ngantos “memberi diri”, ngalah kemawon mboten purun. Pepenginanipun namung “menang piyambak”, kehendak pribadi dipun peksa-aken, “masa bodoh” tumrap perasaan tiyang sanes.
Gusti Allah nresnani lan nunggil umat-Ipun ingkang taat lan setya nindakaken karsa-Nipun. Yusuf lan brayatipun dipun kanthi dening Gusti. Yusuf ngetingalaken kualitas gesang karohanenipun, punika gegayutan kaliyan prakawis taat tumrap dhawuh-Ipun Gusti, saksampunipun nampi sabda-Nipun Gusti lumantar malaekat-Ipun bilih Gusti nggadahi rencana endah tumrap jagad lumantar brayatipun. “Tanpa berbantah, tanpa alasan” sakwetahipun Yusuf nindakaken karsanipun Allah. Tuladha saking Yusuf ngemutaken kita sami, bilih karya-Nipun Allah punika saestu “margi misteri” ingkang mbetahaken kapitadosan, raos taat, lan kita puruna terlibat, mboten malah kosok wangsulipun, panyuwun lan pasambat tanpa henti, ingkang ujung-ujungipun namung pemuasan diri pribadi.
Gusti nginggilaken gesangipun manungsa, harkat lan martabat kita sami. Sang Kristus saking Galilea, punika pepadhang sejati saking Allah ingkang saged madhangi kita ingkang kebak dosa. Dosa kita sampun dipun luwari. Punapa kita dados bingah? Sampun sakmestinipun, karana kita dipun tampi kanthi sakwetahipun dening Gusti, kita kaanggep istimewa. Wonten gesang padintenan, mangga tansah ajen-ingajenan, ngangkat harkat martabat gesang sesami lan sedaya titah. Punika ngasah raos kamanungsan kita. Mangga ngasah raos punika kanthi tumemen, ngutamekaken martabat lan harkat manungsa, punapa kita punika taksih remen nindakaken tumindak “merendahkan, mengabaikan, membunuh karakter lan cita rasa sesama”?
Panutup
Kados ta lilin, gesang kita badhe wonten pungkasanipun. Wonten wancinipun nyumunaraken pepadhang, wonten wancinipun mati. Nanging, badhe wonten lilin lintunipun ingkang nglajengaken nyumunaraken pepadhang, nalika Gusti taksih paring wekdal, kita saged nyumunaraken pepadhang, tansaha nyunarke padhang. Ingkang dados kekiyatan tumrap pandherekipun Gusti, inggih punika sikap purun nyunarke pepadhang saking dirinipun. Kersaa nampi pepadhang sejati saking Galilea kanthi kebak kabingahan. Ayo padha nyunarke cahya, sanajan ngadhepi sangsara, Injil lan kawilujengan kedah kababar, Gusti kersa paring kiyat. Amin. (YE)
Pamuji : KPJ 431 : 1 – 3
Gambar depan: “Adoration of the Child” – Gerard van Honthorst