Sabda yang Merawat Kehidupan Khotbah Minggu 26 Januari 2025

13 January 2025

Minggu Biasa 2 | Bulan Penciptaan
Stola Hijau

Bacaan 1: Nehemia 8 : 1 – 3, 5 – 6, 8 – 10
Mazmur: Mazmur 19
Bacaan 2: 1 Korintus 12 : 12 – 31a
Bacaan 3: Lukas 4 : 14 – 21

Tema Liturgis: Merangkul Sesama, Merawat Kehidupan
Tema Khotbah: Sabda yang Merawat Kehidupan

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Nehemia 8 : 1 – 3, 5 – 6, 8 – 10
Bacaan 1 ini adalah bagian dari pelaksanaan hari raya Pondok Daun. Pada hari raya ini dibacakan kitab Taurat kepada seluruh umat yang berkumpul di pintu gerbang Air Bait Allah. Perayaan ini terjadi ketika orang-orang Yehuda baru kembali ke tanah air mereka dari pembuangan di Babel. Perayaan ini dilakukan sebagai ungkapan syukur atas panen. Perayaan ini dilakukan selama tujuh hari secara berturut-turut.

Dalam perayaan ini, kitab hukum Musa dibacakan oleh Ezra dan 13 orang imam (orang-orang Lewi) lainnya. Pembacaan berlangsung selama berjam-jam dari pagi sampai menjelang siang hari. Namun demikian, semua umat dengan antusias mendengarkannya. Pembacaan dilakukan di atas mimbar yang cukup tinggi, sehingga semua umat dapat mendengar dan melihat dengan baik. Karena itu, mereka mendengarkan bukan hanya ketetapan hukumnya, tetapi juga penjelasannya, sehingga umat mengerti maksud dari setiap ketetapan hukum itu.

1 Korintus 12 : 12 – 31a
Dalam perikop ini Paulus mengingatkan jemaat Korintus tentang kesatuan jemaat sebagaimana kesatuan tubuh yang terdiri dari berbagai anggota. Masing-masing anggota tubuh berbeda satu dengan yang lain. Masing-masing anggota tubuh juga mempunyai tugas dan fungsinya yang berbeda-beda. Sekalipun demikian, semua anggota ada dan bertugas untuk sepenuh tubuh. Dengan gerak dukung dari semua anggotanya, tubuh melakukan aktifitas dan keperluan untuk dirinya dan untuk apapun yang berada di luar dirinya.

Yang cukup menarik di sini, Paulus mengandaikan masing-masing anggota tubuh itu berkata satu sama lain. Pada ayat 15 kaki berkata: “Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh.” Di ayat 16 telinga berkata: “Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh.” Pada ayat 21 mata tidak boleh berkata kepada tangan: “Aku tidak membutuhkan engkau” dan kepala tidak boleh berkata kepada kaki: “Aku tidak membutuhkan engkau.”

Lukas 4 : 14 – 21
Dalam bacaan 3 ini diceritakan Yesus datang ke Galilea dan Nazaret tempat Dia dibesarkan. Dia datang ke daerah itu untuk memberitakan sabda Allah kepada orang-orang Israel di situ. Dia menyampaikan sabda Allah itu di rumah-rumah ibadah. Orang-orang Israel di situ tidak hanya mengagumi mukjizat-mukjizat yang telah Dia buat, tetapi juga memuji ajaran-ajaran-Nya. Mereka semua dengan antusias fokus kepada sabda Allah yang diajarkan-Nya kepada mereka.

Dalam satu kesempatan ibadah di dalam rumah ibadah di Nazaret, kepada-Nya diberikan gulungan kitab Nabi Yesaya untuk dibacakan dan dijelaskan kepada umat yang hadir. Yesus membacakan kitab Nabi Yesaya 61:1-2. Dia menjelaskan kepada mereka bahwa sabda nubuatan Nabi Yesaya itu digenapi oleh-Nya. Dia bukan hanya membacakan dan menjelaskan sabda nubuatan itu, melainkan menggenapinya. Yesus mengalami dan melakukan sepenuhnya isi nast Yesaya 61:1-2 itu.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Ketiga bacaan di atas sama-sama berbicara tentang “sabda”. Bacaan pertama: sabda Allah di dalam Hukum Taurat. Bacaan kedua: kata-kata tubuh. Bacaan ketiga: kata-kata nubuat Nabi Yesaya yang digenapi oleh Yesus Kristus.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Ada sebuah lagu tentang alam yang cukup populer sekitar tahun 1980 dan dipopulerkan lagi pada tahun 2021. Lagu ini berjudul Sabda Alam. Mari kita dengarkan lagunya dan kita perhatikan syairnya dengan seksama (boleh dinyanyikan oleh Pelayan Firman, jika bisa menyanyikannya dengan baik, atau minta seorang Pemandu Nyanyian untuk menyanyikannya, atau ditayangkan video klipnya).

Sabda Alam

Kicau burung bernyanyi
Tanda buana membuka hari
Dan embun pun memudar
Menyongsong fajar

Sejenak ku terlena
Akan kehidupan yang fana
Nikmat alam semesta
Nusa indah Nirmala

Serasa pagi tersenyum mesra
Bertiup bayu membangkit sukma
Adakah esok kau senyum jua
Memberi hangatnya sejuta rasa

Sabda alam, menghanyutkan suasanaku
Kadangkala kebosanan mencekam jiwa
Sabda alam, berbuah kodrat tak tertahan
Rasa cinta, rasa nista berpadu satu

Syair lagu ini mengisyaratkan bahwa alam ini punya sabda. Artinya punya pesan untuk disampaikan kepada semua yang ada di alam ini, termasuk kepada kita manusia. Sabda alam itu melalui kicauan burung, pudarnya embun, tiupan bayu atau angin, atau melalui yang lain.

Isi
Alam mempunyai sabda. Tubuh kita juga punya sabda, punya kata-kata pesan, seperti yang diandaikan oleh Rasul Paulus dalam bacaan kedua, 1 Kor. 12:15,16. Pada ayat 21 dari 1 Korintus 12 dikatakan bahwa mata tidak boleh berkata kepada tangan: “Aku tidak membutuhkan engkau” dan kepala tidak boleh berkata kepada kaki: “Aku tidak membutuhkan engkau.” Dalam kehidupan kita, ketika perut berbunyi krucuk-krucuk, tubuh hendak mengatakan apa? (biarkan umat menjawabnya!) “He…, aku lapar.” Ketika jari-jari menjadi kaku dan bergerak tanpa bisa kembali dengan otomatis, tubuh kita hendak mengatakan apa? (biarkan umat menjawab!) “Jangan banyak mengkonsumsi makanan dari segala jenis kacang! Karena menyebabkan asam urat tinggi.” Ketika di ujung kepala (ubun-ubun) terasa nyeri, cenut-cenut, tubuh kita hendak bersabda apa? (biarkan umat menjawab) “He…, kurangi konsumsi garam! Makanlah mentimun lebih banyak!” Karena nyeri itu tanda tekanan darah tinggi. Ternyata kita perlu, bahkan harus peka terhadap sabda tubuh kita, supaya kita menjadi sehat dan kuat melakukan segala tugas dan tanggung jawab kita, supaya kita bisa mandiri dan menjadi berkat bagi semua ciptaan Tuhan.

Pada bacaan pertama dari kitab Nahemia diceritakan betapa pentingnya sabda Allah disampaikan kepada umat-Nya. Mereka sedang menjalani hidup baru setelah dibebaskan dari pembuangan di Babel dan tinggal di daerah negeri mereka sendiri. Sabda Allah yang berupa ketetapan-ketetapan hukum Taurat dibacakan dan dijelaskan oleh Ezra, sang ahli kitab itu dan 13 orang imam yang lain. Selama berjam-jam, mulai pagi sampai menjelang siang, hukum Musa itu dibacakan dan dijelaskan kepada mereka, bukan satu atau dua jam seperti ibadah kita. Sekalipun demikian, umat Israel itu tetap antusias mendengarkannya sampai selesai. Dengan memperhatikan penjelasannya, umat jadi mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam sabda-Nya itu. Sabda Allah itu merawat kehidupan rohani mereka. Dengan terawatnya kehidupan rohani mereka, kehidupan jasmani mereka juga terawat dengan baik.

Tuhan Yesus dalam suatu kesempatan ibadah di dalam rumah ibadah di Nazaret mendapat kesempatan untuk membacakan dan menjelaskan bagian dari kitab suci, yakni gulungan kitab Nabi Yesaya. Tuhan Yesus membacakan kitab Nabi Yesaya 61:1-2. Setelah membacakannya untuk umat yang beribadah, Dia memberikan penjelasan tentang teks itu.

Tuhan Yesus sudah sangat dikenal di propinsi Galilea, termasuk Nazaret, karena mukjizat-mukjizat yang telah dilakukan-Nya dan karena ajaran-ajaran-Nya yang mengagumkan. Berita tentang Tuhan Yesus sudah tersebar di Galilea. Karena itu, kedatangan-Nya di kampung halaman-Nya sangat menggembirakan banyak orang. Mereka dengan sangat antusias dan fokus mendengarkan Tuhan Yesus membacakan teks Kitab Suci beserta penjelasannya. “… mata semua orang tertuju kepadaNya…”

Orang-orang yang beribadah itu lebih antusias lagi karena isi sabda Allah yang dibacakan-Nya itu sangat menarik, “Roh Tuhan ada padaKu… untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin… untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Ay. 18-19). Sabda Tuhan ini menjadi pengharapan orang-orang Israel waktu itu. Sabda Tuhan itu bukan hanya merawat kehidupan, melainkan membebaskan, menyelamatkan, dan menyejahterakan umat Tuhan dari berbagai penderitaan. Tuhan Yesus datang bukan hanya untuk memberitakan dan menjelaskan sabda Allah, melainkan menggenapi nubuat itu. Dia mengalami pengurapan dan tuntunan Roh Tuhan. Dia melakukan karya pembebasan, penyelamatan, dan penyejahteraan itu. Tuhan Yesus memenuhi sabda Allah itu sepenuhnya.

Penutup
Tuhan Allah memberikan sabda-Nya kepada kita melalui berbagai cara. Sabda-Nya diberikan melalui tulisan kitab, melalui suara-Nya sendiri di dalam Tuhan Yesus, melalui bisikan Roh Kudus di dalam hati kita, melalui rasa di dalam anggota tubuh kita, dan melalui tanda-tanda alam, bahkan melalui segala kejadian di sekitar kita. Semuanya diberikan untuk merawat kehidupan kita, bahkan untuk menyelamatkan, membebaskan, dan menyejahterakan kehidupan kita, baik kehidupan pribadi, keluarga, persekutuan, dan bangsa negara kita.

Karena itu, kita sepatutnya bersyukur atas Alkitab, atas Roh Kudus di dalam hati kita, atas seluruh anggota tubuh kita, atas seluruh bagian alam ini, bahkan atas segala kejadian dan ke-ada-an di sekitar kita. Supaya maksud dan tujuan pemberian sabda-Nya itu tercapai, maka kita perlu dan harus peka terhadap semua pernyataan sabda-Nya. Kita perlu rajin membaca dan merenungkan isi Alkitab, peka terhadap suara di dalam hati kita, peka terhadap kondisi anggota-anggota tubuh kita, peka terhadap alam, waspada terhadap segala kejadian dan keadaan di sekitar kita. Sabda alam bisa membuahkan rasa cinta di dalam diri kita, cinta kepada Tuhan Sang Pencipta dan kepada diri sendiri, cinta kepada sesama manusia dan sesama ciptaan. Sabda alam bisa juga membuahkan rasa nista, artinya kesadaran diri akan sikap perilaku yang nista yang mengharuskan kita bertobat. Supaya alam terus memberikan sabdanya, kita harus menjaga kelestarian, keberadaan, dan fungsinya. Dengan begitu, alam menjadi berkat bagi kita, dan hidup kita sepenuhnya menjadi berkat bagi semua ciptaan-Nya. Amin. [st]

 

Pujian:

  1. KJ. 52 : 1, 2  Sabda Tuhan Allah
  2. Lagu Sabda Alam

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Wonten satunggaling lagu bab alam ingkang kondhang watawis taun 1980 lajeng kakondhangaken malih taun 2021. Lagu punika lamatipun Sabda Alam. Mangga kita pirengaken lagunipun lan kita gatosaken cakepan utawi tetembunganipun (saged dipun pujekaken piyambak dening Palados Sabda, menawi saged mujekaken kanthi sae, utawi nyuwun dhateng Pemandu Nyanyian supados mujekaken, utawi nedahaken video klipipun).

Sabda Alam

Kicau burung bernyanyi
Tanda buana membuka hari
Dan embun pun memudar
Menyongsong fajar

Sejenak ku terlena
Akan kehidupan yang fana
Nikmat alam semesta
Nusa indah Nirmala

Serasa pagi tersenyum mesra
Bertiup bayu membangkit sukma
Adakah esok kau senyum jua
Memberi hangatnya sejuta rasa

Sabda alam, menghanyutkan suasanaku
Kadangkala kebosanan mencekam jiwa
Sabda alam, berbuah kodrat tak tertahan
Rasa cinta, rasa nista berpadu satu

Cakepan lagu punika mratelakaken bilih alam punika nggadhahi sabda. Tegesipun nggadhahi pitungkas utawi piweling dhateng sadaya ingkang wonten ing alam punika, kalebet dhateng kita manungsa. Sabdaning alam punika lumantar ocehing peksi, sumebaring toya bun, tumiuping bayu utawi angin, utawi lumantar sanesipun.

Isi
Alam nggadhahi sabda. Badan kita ugi nggadhahi sabda, nggadhahi tembung-tembung pitungkas, kados ingkang kaupamekaken dening Rasul Paulus wonten ing waosan kaping kalih saking 1 Kor. 12:15,16. Wonten ing ayat 21 saking 1 Kor. 12 kasebataken bilih mripat mboten pareng clathu dhateng tangan, “Aku ora butuh kowe” lan sirah mboten pareng clathu dhateng suku “Aku ora butuh kowe.” Wonten ing gesang kita, menawi madharan kita krucuk-krucuk, badan punika badhe wicanten punapa? (kersanipun umat mangsuli!) “He… aku luwe.” Menawi driji-driji kita kaku lan sasampunipun dipun gegemaken mboten saged mbalik piyambak, badan kita punika badhe wicanten punapa? (kersanipun umat mangsuli!) “Aja akeh-akeh mangan jenis kacang! Marga kuwi marai asam urat dhuwur.” Menawi mbun-mbunan kita kraos cenut-cenut, badan kita badhe wicanten punapa? (kersanipun umat mangsuli!) “He… sudanen olehe mangan uyah, lan mangana timun luwih akeh!” Karena cenut-cenut ing mriku pratandha tekanan darah tinggi. Jebul kita prelu, malah kedah nggatosaken sabdaning badan kita, supados kita dados sehat lan kiyat nindakaken ayahan lan jejibahan kita, supados kita saged mandiri lan dados berkah tumrap sadaya titah.

Ing waosan sepisan saking kitab Nehemia kacariyosaken wigatosing sabdanipun Allah kaandharaken dhateng umatipun. Para umatipun Allah nalika samanten saweg nglampahi gesang enggal sasampunipun kaluwaran saking pambucalan ing Babel lan manggen wonten ing tlatah nagrinipun piyambak. Sabdanipun Allah ingkang arupi pranatan saking angger-anggering Toret kawaosaken dening Ezra, sang ahli kitab punika lan 13 imam sanesipun. Ngantos pinten-pinten jam, wiwit enjing ngantos ngancik siyang, pepakenipun Nabi Musa punika kawaosaken dhateng tiyang-tiyang punika, mboten namung 1 utawi 2 jam kados padatan pangibadah kita. Ewa samanten, umat Israel punika tetep gumreget mirengaken ngantos rampung. Kanthi migatosaken katranganipun, umat punika tumunten mangertos punapa ingkang dados karsanipun Allah wonten sabdanipun punika. Sabdanipun Allah ngrimati gesanging karohanenipun umat. Kanthi karimating gesang rohaninipun, gesanging jasmaninipun umat ugi rinimat kanthi sae.

Gusti Yesus ing satunggaling pangibadah ing griya pamujan ing Nazaret pikantuk wewengan maosaken lan njlentrehaken peranganing kitab suci, inggih punika kitab Nabi Yesaya. Gusti Yesus maosaken kitab Nabi Yesaya 61:1-2. Bakda maos kagem ingkang sami ngibadah, Panjenenganipun lajeng paring katrangan bab waosan punika.

Gusti Yesus sampun kondhang wonten tlatah propinsi Galilea, kalebet Nazaret, karana mukjijat-mukjijat ingkang katindakaken lan karana piwulangipun ingkang sae sanget. Pawartos bab Gusti Yesus sampun sumebar ing Galilea. Awit saking punika, rawuhipun Gusti Yesus wonten ing papan dunungipun mbingahaken tiyang kathah. Tiyang-tiyang punika sami gumreget lan ngener mirengaken Gusti Yesus maosaken kitab suci kalayan katranganipun. “… kabeh wong padha mandeng Panjenengane.”

Tiyang-tiyang ingkang sami ngibadah punika langkung gumreget malih karana isining sabdanipun Allah ingkang kawaosaken punika sae sanget, “Rohe Pangeran ana ing Aku… kadhawuhan martakake kabar becik marang wong-wong miskin… luware para tawanan, sarta pulihing pandelenge wong wuta, ngluwari wong-wong kang katindhes, ngundhangake yen taun rahmate Pangeran wis tumapak.” (Ay. 18-19). Sabdanipun Gusti punika dados pangajeng-ajengipun umat Israel nalika samanten. Sabdanipun Gusti mboten namung ngrimati pigesangan, nanging ugi ngluwari, milujengaken lan nentremaken umatipun Gusti saking sawernining kasangsaran. Gusti Yesus rawuh mboten namung mawartosaken lan paring katrangan bab sabdanipun Allah, nanging ugi netepi pameca punika. Gusti Yesus ngalami kajebadan lan katuntun dening Rohing Pangeran. Panjenenganipun nindakaken pakaryan pangluwaran, karahayon, lan katentreman punika. Gusti Yesus netepi sabdanipun Allah punika sawetahipun kanthi sampurna.

Panutup
Gusti Allah maringaken sabdanipun dhateng kita lumantar mawarni-warni cara. Sabdanipun kaparingaken dhateng kita lumantar seratan kitab, lumantar swantenipun pribadi ing Gusti Yesus, lumantar wisiking Roh Suci ing salebeting manah kita, lumantar raos pangraos ing salebeting badan kita, lumantar pratandhaning alam, ugi lumantar saranduning lelampahan ing sakiwa tengen kita. Sadayanipun kaparingaken kangge ngrimati pigesangan kita, malah kangge milujengaken, ngluwari, lan nentremaken pigesangan kita, dadosa gesang pribadi, kulawarga, patunggilan, lan bangsa negari kita.

Awit saking punika, prayogi kita saos sokur tumrap Kitab Sucinipun, tumrap Roh Suci ing lebeting manah kita, tumrap sadaya gegelitaning badan kita, tumrap sadaya peranganing alam punika, malah tumrap sadaya lelampahan lan kawontenan ing sakiwa tengen kita. Supados karsa lan enering peparing sabdanipun punika saged kelampahan, kita kedah migatosaken sadaya wujuding sabdan-Ipun. Kita kedah sregep maos lan nggegilut kitab suci, nggatosaken swanten ing lebeting manah kita, migatosaken kawontenan gegelitaning badan kita, migatosaken pratandhaning alam, waspada tumrap sadaya lelampahan lan kawontenan ing sakiwa tengen kita. Sabdaning alam saged ngedalaken raos tresna ing gesang kita, tresna dhumateng Gusti lan dhiri pribadi, tresna dhateng sesamining manungsa lan sadaya titah. Sabdaning alam ugi saged nuwuhaken raos nistha, tegesipun kesadharan lan panalangsa tumrap patrap ingkang nistha ingkang kedahipun kita mratobat. Supados alam terus maringaken sabdanipun, kita kedah njagi lestantuning kawontenan lan pigunaning alam. Klayan makaten, alam dados berkah tumrap kita, lan gesang kita sawetahipun dados berkah tumrap sadaya titahipun Allah. Amin. [st].

 

Pamuji:

  1. KPJ. 200 : 1 – 3 Mugi Wradin Ingundhangna
  2. Lagu Sabda Alam

Renungan Harian

Renungan Harian Anak