Minggu Biasa 3 | Bulan Penciptaan
Stola Hijau
Bacaan 1: Yeremia 1 : 4 – 10
Mazmur: Mazmur 71 : 1 – 6
Bacaan 2: 1Korintus 13 : 1 – 13
Bacaan 3: Lukas 4 : 22 – 30
Tema Liturgis: Merangkul Sesama Merawat Kehidupan
Tema Khotbah: Sederhanamu Kekuatanmu
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yeremia 1 : 4 – 10
Perikop ini memperlihatkan bagaimana Tuhan memanggil seorang pemuda yang merasa tidak siap dan tidak mampu untuk menjadi nabi bagi sebuah bangsa yang sedang menuju kehancuran.
Yeremia hidup pada masa yang susah Kerajaan Utara (Israel) telah jatuh ke tangan bangsa Asyur beberapa waktu sebelumnya, dan Kerajaan Selatan (Yehuda) sedang menuju ke kehancuran akibat penyembahan berhala dan ketidaktaatan pada hukum Tuhan. Tuhan memanggil dan memilih seorang pemuda yang tidak memiliki pengalaman untuk menjadi suara-Nya di tengah-tengah bangsa yang memberontak. Panggilan Tuhan itu tidak berdasarkan pada prestasi atau kemampuan manusia. Meskipun Yeremia merasa tidak layak, Tuhan meyakinkannya bahwa Ia akan menyertai dan memberinya kekuatan untuk melakukan tugasnya. Tugasnya sebagai nabi tidaklah mudah. Yeremia harus menyampaikan pesan Tuhan yang tidak menyenangkan kepada bangsanya. Namun, ia juga membawa pesan pengharapan tentang pemulihan bagi bangsanya Israel sebagaimana Tuhan menyatakannya.
1 Korintus 13 : 1 – 13
Surat 1 Korintus ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, sebuah kota kosmopolitan pada masa itu. Jemaat ini terdiri dari orang-orang dari berbagai latar belakang sosial dan budaya. Di dalamnya seringkali terjadi perselisihan dan perdebatan. Salah satu masalah utama yang dihadapi jemaat Korintus adalah penyalahgunaan karunia Roh Kudus. Banyak anggota jemaat yang membanggakan karunia-karunia rohani yang mereka miliki, seperti karunia berbicara dalam bahasa roh, bernubuat, atau menyembuhkan.
Dalam konteks inilah, Paulus ingin menunjukkan kepada jemaat Korintus bahwa semua karunia rohani, sekecil atau sebesar apapun, tidak ada artinya jika tidak disertai dengan kasih. Dengan kata lain, kasih adalah pondasi utama bagi kehidupan seorang pengikut Kristus. Tanpa kasih semua yang dilakukan akan sia-sia belaka.
1. Lukas 4 : 22 – 30
Perikop Lukas 4:22-30 menceritakan awal pelayanan Yesus. Setelah dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dan mengalami pencobaan di padang gurun, Yesus kembali ke kota asalnya, Nazaret. Nazaret adalah kota kecil di Galilea, kota ini tidak terlalu penting secara politik dan agama dibandingkan dengan Yerusalem. Ada kontras yang menarik dalam kisah di perikop ini. Di satu sisi, penduduk Nazaret kagum dengan pengajaran Yesus. Mereka mengakui bahwa Ia berbicara dengan penuh kuasa dan hikmat. Namun, di sisi lain, mereka menolak-Nya sebagai Mesias. Penduduk Nazaret memiliki ekspektasi yang salah tentang Mesias. Mereka mengharapkan seorang raja yang akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi, namun itu bukan nabi yang mengajarkan tentang Kerajaan Allah seperti yang Yesus lakukan. Penolakan mereka akan Yesus sebagai “anak Yusuf,” seorang tukang kayu biasa, membuat mereka tidak mau menerima-Nya sebagai Mesias.
Benang Merah Tiga Bacaan:
Tugas menjadi penyampai kebenaran tidak selalu mudah, selalu ada resiko penolakan. Namun kebenaran perlu disampaikan dengan kasih juga semangat untuk melakukannya tanpa pamrih. Kasih itulah yang menguatkan semua utusan Tuhan dalam menjalankan misi Tuhan di tengah dunia. Penolakan dan tantangan justru menjadi semangat bagi siapapun yang menjadi utusan-Nya untuk lebih sungguh-sungguh melakukan kebenaran dan menyatakannya kepada dunia.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Hal yang paling menjengkelkan adalah ditolak, ditolak saat melamar pekerjaan, gagal masuk perguruan tinggi favorit yang diidamkan atau bahkan ditolak saat menyatakan cinta pada calon kekasih. Jika itu terjadi pasti ada alasan logis yang melatar belakanginya. Tidak cukup kompeten, tidak lulus tes, atau memang cinta kita bertepuk sebelah tangan. Sangat bisa dimengerti. Namun penolakan Tuhan Yesus oleh orang Nazareth yang adalah orang-orang sedaerahnya di mana masa kecil Tuhan di sana, itu agak mengherankan. Reaksi orang Nazaret dimulai saat Tuhan Yesus membacakan satu nats Perjanjian Lama di ayat sebelumnya, yakni Lukas 4 : 18-19. Saat mengungkapkan identitas diri-Nya di ayat 21 , di situlah reaksi negatif orang Nazaret dimulai. Siapa orang ini sehingga berani-beraninya mengaku dirinya menggenapi nats kitab suci (ada di Yesaya 61:1), sementara orang-orang tahunya Yesus ini adalah anak Yusuf si tukang kayu sederhana yang tidak mungkin menjadi penggenap dari Nabi Yesaya.
Isi
Perikop kita menyajikan kontras yang tajam, di satu sisi orang Nazaret kagum dengan Yesus dan pengajaran-Nya yang penuh kuasa, di sisi lainnya mereka menolak Yesus sebagai mesias yang dinantikan orang Israel. Namun sikap Yesus tetap melakukan amanat di dalam kitab yang dibacakan-Nya. Memenuhi nubuatan nabi Yesaya dengan membawa kabar baik bagi mereka yang tertindas, penglihatan bagi orang buta, sehingga semua orang merasakan kasih Tuhan di dunia ini. Sayangnya penduduk Nazaret yang adalah orang terdekat Yesus di masa kecil-Nya ini tidak mau menerima Yesus bahkan menolak-Nya. Tak heran tak satu pun mukjizat yang dilakukan Yesus di daerah-Nya sendiri. Penduduk Nazaret hanya melihat penampakan luar saja, bukan apa yang dilakukan Yesus dengan karya-Nya yang mengherankan. Namun karena mereka tahu siapa Yesus sebenarnya, mereka enggan mengakui Yesus sebagai orang yang dinantikan, yaitu Mesias.
Manusia senang melihat penampilan luar yang dikemas dengan indah, sementara isinya belum tentu sama dengan yang tampak. Agar bisa diterima maka kemasan harus baik, glamour/mewah sehingga memunculkan penerimaan selain kekaguman. Kedatangan Paus Fransiskus beberapa waktu lalu ke Indonesia memberikan tamparan keras bagi kita semua. Kesederhanaan dengan menggunakan kendaraan yang biasa dinaiki rakyat Indonesia, bahkan juga di Papua Nugini dan Timor Leste amat berbeda dengan yang dilakukan oleh para pejabat bahkan calon pejabat. Sepertinya kalau tidak menggunakan kendaraan mewah saat mendaftar menjadi calon pejabat, dan kampanye, ya tidak dianggap. Namun orang kini sadar itu hanya kemasan, siapapun bisa menyewa dengan mudah untuk menampilkan diri luar biasa, meski sebenarnya secara isi biasa-biasa saja. Kesederhanaan Paus Fransiskus meneladan pada Kristus yang juga sangat biasa bahkan tetap mengakui sebagai anak tukang kayu, profesi yang rendahan kala itu di Israel. Namun kesederhanaan itu tidak mengurangi kemuliaan-Nya bahkan memberikan kita inspirasi untuk meneladani-Nya.
Sebagaimana Yesus orang sederhana dari Nazaret, penolakan itu tidak membuat-Nya berhenti untuk berkarya dan melayani serta mengasihi manusia. Namun demikian orang Israel mendapat tamparan keras ketika Tuhan Yesus mengungkapkan kisah Elia dan Elisa (Lukas 4 : 26 dan 27), di mana tak seorang pun dari umat Israel yang disembuhkan. Persis yang terjadi di Nazaret, di mana Tuhan tidak mau melakukan mukjizat apapun, kerena ketidakpercayaan mereka.
Kisah penolakan Yesus di Nazaret oleh orang Israel yang konon adalah umat pilihan Tuhan itu, membawa pelajaran bagi kita hari ini. Kita seringkali menolak kebenaran karena tidak sesuai dengan harapan kita, atau karena kita takut akan perubahan yang mungkin merugikan kita. Sikap ini tidak akan membawa perkembangan apa-apa, seperti halnya tak ada mukjizat yang terjadi di Israel meski disebut umat perjanjian Tuhan.
Kita perlu waspada terhadap prasangka tertentu terhadap orang lain sebelum kita tahu yang sebenarnya. Jangan menghakimi buku dari sampulnya, demikian pepatah mengatakan. Mari melihat lebih dalam, belajar mendengarkan, dan tidak meremehkan apapun. Yeremia sendiri diingatkan Tuhan (bacaan pertama) di mana ia merasa tidak layak (Yer. 1:6) untuk melakukan tugas panggilan-Nya. Namun Tuhan mengingatkan di ayat 7 dan 8 bahwa siapapun yang diutus-Nya akan disertai dan dilindungi-Nya. Kadang kita juga merasa minder pada diri sendiri meskipun sesuatu itu belum terjadi, sementara pengalaman iman yang kita jalani menunjukkan kita selalu disertai bahkan diberkati Tuhan. (bisa dishare pengalaman kita sendiri betapa tidak mudah menghadapi kekhawatiran itu).
Namun di sisi lain kita bisa menjadi sangat sombong dengan kemampuan kita atau jabatan yang kita punya. Apapun kehebatan yang kita punyai sebenarnya titipan Tuhan, dan semuanya itu takkan berguna kalau tak ada kasih yang melatarbelakanginya. (1 Kor. 13:2). Menariknya kesombongan yang dilakukan orang Israel di hadapan Tuhan Yesus membuat tak ada satu mukjizatpun terjadi, sama persis yang dikatakan-Nya mengenai apa yang terjadi di zaman Elia dan Elisa (Luk. 4:27).
Penutup
Bukan kesombongan dan tinggi hati yang membawa kehidupan lebih baik. Mukjizat bukan saja peristiwa hebat-hebat seperti kesembuhan. Namun jiwa sederhana yang mau mengasih dan melayani adalah karunia terbesar Tuhan pada manusia. Kehidupan akan jadi lebih indah saat orang mau merendahkan diri dan mengakui bahwa semua ini hanyalah titipan Tuhan. Saat kita kembali semuanya harus dilepaskan, hanya kenangan yang akan dibawa.
Lagu Hidup Ini Adalah Kesempatan karya Pdt.Wilhelmus Latumahina, Ketua Umum Persatuan Masyarakat Kristen Indonesia Timur ini mengajarkan bahwa hidup ini hanya sementara, jangan sia-siakan dengan sibuk urusan dunia tanpa makna. Hidup bermakna ketika kita sudah menjadi berkat. Sama seperti tema besar GKJW, Mandiri dan Menjadi Berkat. Apakah kita sudah mandiri, sepertinya dalam proses menuju, dan menjadi berkat? Itulah yang akan kita lakukan sekarang, namun dengan semangat baru, hati yang sederhana. Karena kesederhanaanlah yang membawa kita bisa merangkul kehidupan dan karenanya Tuhan berkenan, dan kitapun diberkati-Nya dengan mukjizat. Selamat merangkul kehidupan dan berkat-Nya. Tuhan Yesus beserta kita semua. Amin. [LUV].
Pujian: KJ. 291 Mari Bersyukur Semua
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Prekawis ingkang nyedhihaken punika dipun tolak, sae ujian mlebet perguruan tinggi, nglamar pedamelan, utawi dipun tolak nalika nelakaken katresnan dhateng calon pacar. Estu wonten alasan ingkang logis ingkang njalari kita dipun tolak. Test mboten lulus, dereng cocok manahipun, utawi mboten cekap kewasisan gegayutan klayan pedamelan ingkang dipun lamar. Sadaya punika masuk akal, nanging ingkang kalampahan ing Nazaret nalika Gusti Yesus dipun tolak ing padaleman suci dening tiyang Nazaret estu damel sedihipun Gusti. Tiyang-tiyang sami mboten pitados nalika Gusti maos satunggaling nats kitab suci Prajanjian Lami (Luk. 4:18, 19), lan nelakaken sinten sejatosipun Panjenenganipun (Ay. 21). Kok wani wanine ngaken Piyambakipun ingkang nggenepi kitab suci (punika wonten ing Yesaya 61:1), dene tiyang Nazaret namung mangertosi bilih Gusti Yesus punika yoganipun Yusuf tukang prabot prasaja, ingkang mesthi kemawon angel tinemu nalar dados ingkang nggenepi wangsit/nubuat nabi Yesaya.
Isi
Waosan kita nelakaken kontras ingkang cetha saestu, ing sasisih tiyang Nazaret punika kasengsem dhateng Gusti Yesus krana piwucalipun lan kwaosipun, nanging ing sisih sanesipun nolak Gusti Yesus minangka sang Mesih ingkang dipun anti-anti dening bangsa Israel. Nanging Gusti Yesus tetep nindakaken amanah ing kitab Yesaya punika kanthi nandukaken kabingahan lan kabar endah, tiyang wuta saget melek, lan ugi kasarasan tumrap tiyang ingkang merlokaken sanadyan sanes saking tiyang Israel. Ingkang aneh, mboten wonten mukjizat satunggal kemawon ing Nazaret, papan anggenipun Gusti Yesus miwiti gesang dados lare alit punika ing wilayahipun piyambak. Tiyang Nazaret namung ningali kawontenan lair kemawon inggih punika anakipun Yusuf tukang prabot rumah tangga, mboten punapa ingkang sampun dipun tindakaken Gusti Yesus ingkang dados kabingahan tiyang kathah. Kalangkung malih malah mboten maelu lan purun ngakeni bilih Gusti Yesus punika inggih Sang Mesih ingkang dipun antu-antu dening bangsa Israel.
Manungsa pancen namung seneng ningali bleger penampilan kemawon, nanging mboten ningali punapa sejatinipun ingkang mboten ketingal sacara tata lair. Supados katampi mila bungkusipun kedah sae : mewah, ingkang ndadosaken kasengsem. Rawuhipun Paus Fransiskus sawetawis wekdal kepengker dhateng Indonesia ndadosaken kita isin. Prasaja klayan kendaraan ingkang biasa dipun ginakaken bangsa Indonesia, Papua Nugini, lan ugi Timor Leste. Benten sanget kaliyan ingkang dipun tindakaken dening para pejabat lan calon kepala daerah. Kados-kados menawi mboten ngangge kendaraan mewah nalika kampanye utawi daftar dhateng Komisi Pemilihan Umum mboten dipun anggep dening masyarakat.
Nanging tiyang sakmangke sampun pinter lan mangertos bilih kendaraan punika namung nyewa kangge nampilaken dhiri luar biasa senadyan estonipun nggih biasa kemawon. Paus ingkang prasaja punika nulad sang Kristus ingkang ugi prasaja, anakipun tukang prabot limrah, pedamelan ingkang prasaja ing Israel. Nanging prasaja punika mboten ngirangi kamulyanipun Gusti Yesus. Malah dados patuladhan tumrap kita sadaya. Gusti Yesus mboten keguh senaosa dipun tolak dening tiyang Nazaret, nanging tetep makarya lan ngasihi para manungsa ingkang pracaya lan sumarah.
Piwucal bilih mboten wonten tiyang Israel ingkang kasarasaken ing carios Elia lan Elisa (Luk. 4:26, 27) dados pamecut tumrap kita ugi. Gusti mboten damel mukjizat setunggal kemawon ing Nazaret, krana tiyang Nazaret mboten pitados dhateng Panjenenganipun. Umat Israel ingkang kasebut umat pinilih, mboten langsung dipun berkahi awit mboten pitados. Kita ugi asring mekaten, mboten pitados krana punapa ingkang kita alami mboten cocok klayan pengajeng-ajeng kita. Punika ingkang ndadosaken kita mboten manggihaken mukjizat wonten ing gesang kita senaosa kita rumaos kita punika kagunganipun Gusti.
Sampun ngantos ngadili buku srana bungkusipun, mekaten ujaring paribasan. Mangga kita sinau mirengaken lan mboten ngremehaken. Kados dene Yeremia (waosan sepisan) ugi dipun engetaken Gusti piyambak krana rumaos mboten pantes nindakaken pakaryanipun Gusti (Yer. 1:6). Gusti ngengetaken lan ngiyataken wonten ayat 7 lan 8 bilih sok sintena ingkang kautus Gusti binerkahan lan dipun tuntun sarta sinartan parlindhungan saking Panjenenganipun. Asring kita ugi minder nalika ngadhepi samukawis, senadyan asring ugi kita pinaringan panganthinipun Gusti ing gesang punika. (Mangga dipun bagi pengalaman kita piyambak, pancen mboten gampil ngadhepi was lan sumelang punika)
Nanging ugi saged kalampahan kita malah dados bombong krana kabisan kita utawi posisi ingkang kita gadhahi. Estunipun sadaya kabisan lan punapa kemawon ing gesang punika namung titipanipun Gusti. Lan sadaya punika mboten wonten ginanipun menawi mboten wonten katresnan ing salebeting kita nglampahi gesang. (1 Kor. 12:2). Lan krana kesombongan ingkang dipun ketingalaken umat Israel ing Nazaret mboten wonten setunggal mukjizat ingkang kalampahan. Trep ingkang kadhawuhaken Gusti Yesus wonten Lukas 4:27 ngenani punapa ingkang kalampahan ing zaman nabi Elia lan Elisa.
Panutup
Sanes kesombongan utawi raos bombong ingkang kaladuk ingkang njalari gesang punika langkung endah. Mukjizat sanes prekawis ingkang hebat lan dados kasengseming tiyang. Nanging jiwa prasaja lan leladi punika mukjizatipun Gusti ugi wonten ing donya. Gesang punika endah nalika kita purun andhap asor lan ngakeni sadaya punika titipanipun Gusti. Nalika kita wangsul dhateng pangayunan-Ipun Gusti, namung kenangan ingkang dipun enget-enget.
Wonten lagu Hidup ini adalah kesempatan, anggitanipun Pdt. Wilhelmus Latumahina (Ketua Umum Persatuan Masyarakat Kristen Indonesia Timur) nelakaken bilih gesang punika namung sauntara, sampun ngantos dipun siya-siya klayan urusan donya kemawon. Gesang ingkang migunani punika ateges dados berkah. Kados dene tema GKJW : Mandiri lan dados Berkah. Punapa kita sampun mandhiri? Inggih taksih lumampah dhateng tujuan. Punapa pancen sampun dados berkah? Punika ingkang kita lampahi sakmangke klayan semangat anyar, inggih punika manah prasaja. Krana prasaja punika ingkang njalari kita ngrangkul gesang lan Gusti karenan temahan kita binerkahan luber srana mukjizat-Ipun. Sugeng mapag gesang pinayungan berkah lan mukjizatipun Gusti. Amin. [LUV].
Pamuji: KPJ. 55 Kula Tyang Dosa Rinentahan Palimirma