Minggu Biasa 1 | Pembukaan Bulan Penciptaan
Stola Hijau
Bacaan 1: Yesaya 62 : 1 – 5
Mazmur: Mazmur 36 : 6 – 10
Bacaan 2: 1 Korintus 12 : 1 – 11
Bacaan 3: Yohanes 2 : 1 – 11
Tema Liturgis: Merangkul Sesama, Merawat Kehidupan
Tema Khotbah: Pembaharuan dan Kasih Allah atas Umat-Nya
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yesaya 62 : 1 – 5
Yesaya 62 masuk pada bagian Trito-Yesaya (Yesaya 56–66) yang sebagian besar ditujukan kepada bangsa Yehuda yang sudah kembali ke Yerusalem. Mereka perlu diyakinkan bahwa Allah akan memenuhi janji-janji-Nya kepada mereka. Allah memberikan umat-Nya nama baru, pada ayat 2 disebutkan, “… orang akan menyebut engkau dengan nama baru yang akan ditentukan oleh TUHAN sendiri.” (Ay. 2). Banyak pembaca pada awalnya mengira bahwa nats ini mengacu kepada nama ‘Kristen’. Namun dengan membaca sedikit lebih jauh, kita tahu bahwa yang dimaksudkan adalah suatu hal yang lain. Dua nama akan diberikan Allah kepada bangsa Yehuda: Ia akan menyebutnya sebagai mahkota-Nya (Ay. 3): “Engkau akan menjadi mahkota keagungan di tangan Tuhan”, bukan di kepala-Nya (seolah-olah menambahkan suatu kehormatan atau kuasa yang nyata pada-Nya, seperti yang demikian halnya dengan mahkota pada orang-orang yang dimahkotai), melainkan di tangan-Nya. Dia senang menganggap mereka, dan memperlihatkan kepada mereka, sebagai kemuliaan dan keindahan bagi-Nya. Ketika Ia membawa mereka untuk menjadi umat-Nya, itu supaya mereka menjadi ternama, terpuji, dan terhormat bagi-Nya.
Yesaya memakai kiasan perkawinan untuk menggambarkan hubungan Yehuda dengan Tuhan Allah (Ay. 4-5). Ini merupakan kehormatan yang lebih besar lagi, terutama mengingat betapa Yehuda sudah melewati keadaan yang memilukan dan menyedihkan. Bangsa Yehuda akan disebut yang ditinggalkan suami, dan tanahnya disebut yang sunyi selama masa pembuangan, seperti perempuan yang diceraikan dengan tercela atau ditinggalkan sebagai janda yang murung. Namun demikian pada intinya, Allah berkata, “Aku akan membawa pulang kalian. Kalian tidak akan lagi disebut yang ‘Ditinggalkan’. Disebut ‘Hephzibah’ dan ‘Beulah” yang artinya Allah berniat untuk mengembalikan umat-Nya ke negeri mereka dan akan memberkati mereka.
1 Korintus 12 : 1 – 11
Istilah yang dipakai oleh Alkitab untuk rupa-rupa karunia rohani menyatakan sifatnya.
- “Karunia-karunia rohani” (Yun. Pneumatika berasal dari kata pneuma artinya “Roh”) menunjuk kepada manifestasi adikodrati yang datang sebagai karunia dari Roh Kudus yang bekerja melalui orang percaya demi kebaikan bersama (1 Kor. 12:1, 7; 14:1).
- “Karunia-karunia” (Yun. Charismata berasal dari kata charis artinya “kasih karunia”) menunjukkan bahwa karunia rohani mencakup motivasi batin dan kuasa untuk menyelenggarakan pelayanan (yaitu pemberian kesanggupan), yang diterima dari Roh Kudus. Karunia semacam itu memberi kekuatan rohani kepada tubuh Kristus dan mereka yang memerlukan pertolongan rohani (1 Kor. 12:4; Ef. 4:11; 1 Ptr. 4:10).
- “Pelayanan” atau “Pelayanan-pelayanan” (Yun. Diakoniai berasal dari kata diakonia artinya “pelayanan”) menekankan bahwa ada berbagai cara pelayanan dan karunia tertentu meliputi penerimaan kesanggupan dan kuasa untuk menolong orang lain (1 Kor. 12:4-5, 27-31; Ef. 4:7, 11-13). Paulus menunjukkan bahwa segi pelayanan karunia itu mencerminkan pelayanan yang bersifat “hamba” dari kehidupan Tuhan Yesus. Demikianlah, pekerjaan karunia-karunia didefinisikan berkenaan dengan kehadiran dan pekerjaan Kristus di antara kita (bdk. 1 Kor. 12:3; 1:4).
- “Pekerjaan” atau “pengaruh-pengaruh” (Yun. Energemata berasal dari kata energes artinya “aktif atau penuh tenaga”) menandakan bahwa karunia rohani itu adalah pekerjaan langsung dari kuasa Allah Bapa dan membuahkan hasil-hasil tertentu (1 Kor. 12:6, 10).
- “Manifestasi Roh” (Yun. Phanerosis berasal dari kata phaneros artinya “terwujud”) menekankan bahwa karunia rohani itu menjadi manifestasi langsung dari pekerjaan dan kehadiran Roh Kudus di dalam jemaat (1 Kor. 12:7-11).
Yohanes 2 : 1 – 11
Sebuah pesta pernikahan pada zaman Yesus adalah suatu perayaan besar yang digelar selama tujuh hari. Seringkali undangan disebarkan kepada seluruh penduduk kota. Tentu saja semuanya bersedia hadir. Menolak hadir dalam sebuah pesta pernikahan berarti menghina tuan rumah. Maka perlu perencanaan matang untuk menyelenggarakan sebuah pesta semacam ini. Makanan dipersiapkan dengan melimpah karena begitu banyak tamu undangan yang akan hadir. Anggur dalam sebuah pesta juga merupakan keharusan. Kehabisan anggur akan sangat memalukan keluarga mempelai pria yang menyelenggarakan pesta.
Yesus memulai pelayanan-Nya dengan hadir dan menyatakan mukjizat-Nya pada sebuah perjamuan kawin di Kana. Kehadiran-Nya sebagai salah satu tamu sepertinya biasa-biasa saja. Namun, makna di balik kehadiran-Nya luar biasa. Perhatian Yesus ditujukan melalui perhatian-Nya dalam kebutuhan sehari-hari mereka. Yesus lebih memilih berada di tengah orang kebanyakan daripada di antara para pemimpin agama, karena kelompok orang awam memiliki. Iman Maria tertuju kepada Yesus ketika masalah datang. Ini ditunjukkannya pada ayat 3: ”Mereka kehabisan anggur”. Ini adalah pernyataan kebergantungannya kepada Yesus (Ay. 3; lih. Mrk. 6:3a). Namun, Yesus berkata, “Mau apakah engkau dari pada-Ku…?”. Perkataan ini menegaskan perlunya kerendahan hati untuk meminta pertolongan kepada Allah. Dengan iman, Maria memerintahkan kepada para pelayan untuk melakukan apa yang menjadi perkataan Yesus untuk dilakukan (Ay. 5). Yesus memerintahkan para pelayan itu untuk mengisi 6 tempayan yang dipergunakan sebagai pembasuhan dengan air (Ay. 6, 7). Sesudahnya, Yesus memerintahkan mereka untuk mencedok air dalam tempayan tersebut dan membawa air itu kepada pemimpin pesta (Ay. 8). Maka air biasa itu berubah menjadi anggur. Anggur baru itu membuat kehidupan pasangan keluarga baru di desa kecil ini terhindar dari rasa malu (Ay. 10).
Benang Merah Tiga Bacaan:
Dari ketiga bacaan di atas, kita memiliki benang merah: kesetiaan umat kepada Allah, membawa pembaharuan hidup serta pertolongan-Nya. Allah tidak akan meninggalkan umat milik-Nya. Penyertaan Allah kepada umat-Nya nyata dengan pemberian rupa-rupa karunia yang dipakai untuk kebaikan dan kemuliaan nama-Nya.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Kita sering mendengar untuk mengatasi masalah sampah, kampanye yang biasa digaungkan adalah 3R, yaitu Reduce (Mengurangi), Reuse (Memakai Kembali), Recycle (Mendaur Ulang). Namun, seiring berkembangnya pengetahuan, 3R saja dirasa tidak cukup untuk mengatasi masalah sampah. Oleh karena itu, saat ini muncul konsep 9R di bidang persampahan. Gagasan 9R ini terkait dengan pengelolaan sampah sebagai konsep baru yang melengkapi 3R. Konsep ini menjabarkan sinergitas upaya pencegahan hingga pengolahan sampah. Upaya tersebut antara lain Refuse (Menolak), Rethink (Memikirkan Kembali), Reduce (Mengurangi), Reuse (Memakai Kembali), Repair (Memperbaiki), Refurbish (Membaharui), Remanufacture (Memproduksi Ulang), Repurpose (Menggunakan Kembali), Recycle (Mendaur Ulang), dan Recover (Memulihkan).
Dalam penerapannya, 9R sangat erat hubungannya dengan ekonomi sirkular, yaitu sebuah model sistem ekonomi yang bertujuan menghasilkan pertumbuhan ekonomi dengan mempertahankan nilai produk, bahan, dan sumber daya selama mungkin (Ellen MacArthur, 2015). Ekonomi sirkular berpegang pada 3 prinsip utama, yaitu mengurangi limbah, menjaga produk dan bahan yang digunakan, serta regenerasi sistem alam. Sistem ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan sosial dan lingkungan. Dengan menerapkan 9R, diharapkan laju kerusakan lingkungan bisa dihambat.
Isi
Melalui bacaan 1: Yesaya 62:1-5, kita melihat bagaimana janji Allah akan pembaharuan dan pemulihan bangsa Yehuda disampaikan oleh nabi Yesaya. Ketika mereka pulang dari tanah pembuangan Babel, bangsa Yehuda akan dipulihkan oleh Allah dan diberikan nama baru. Yehuda akan disebut sebagai tempat dimana Allah akan disembah dan dimuliakan oleh segenap umat. Kiasan ‘perkawinan’ digunakan untuk menggambarkan hubungan antara Yehuda dengan Allah yang begitu dekat (Ay. 4-5). Ini merupakan kehormatan yang besar, terlebih mengingat bangsa Yehuda telah melewati keadaan yang memilukan dan menyedihkan. Selama pembuangan Babel, seakan-akan Allah telah meninggalkan Yehuda, umat yang dikasihinya itu. Namun seiring dengan berakhirnya masa pembuangan, maka pemulihan dan pembaharuan bangsa Yehuda akan dimulai dan terus terjadi. Tentu berita pengharapan akan restorasi bangsa Yehuda oleh Allah yang disampaikan oleh nabi Yesaya ini membawa rasa optimisme dan energi yang baru bagi bangsa Yehuda.
Bacaan ketiga, Yohanes 2:1-11 mengisahkan tentang mukjizat Yesus yang pertama, air menjadi anggur pada pesta perkawinan di Kana. Kisah ini menarik untuk direnungkan karena dalam melaksanakan acara perkawinan itu, ternyata muncul masalah yang harus diatasi dengan cepat, yaitu pihak mempelai pria kehabisan anggur untuk para tamu undangannya. Dalam tradisi Yahudi, anggur memainkan peranan yang penting dalam acara perkawinan. Ketika peristiwa kehabisan anggur itu terjadi, orang yang berinisiatif untuk mencari solusi bukanlah pihak mempelai pria yang mengadakan pesta ataupun para pelayan, melainkan Maria ibu Yesus. Satu-satunya solusi agar anggur tetap tersedia, pesta perkawinan berjalan baik, keluarga mempelai pria dan wanita tidak menanggung malu adalah datang kepada Yesus. Karena itu, Maria langsung mencari dan mendekati Yesus. Ia meminta agar Yesus mau mengulurkan tangan-Nya untuk membantu menyelesaikan persoalan ini. Dalam situasi panik, tergambar jelas ekspresi keprihatinan Maria terhadap kondisi yang terjadi saat itu. Namun, apa yang dikatakan Yesus, “Mau apakah engkau dari padaku ibu? Saatku belum tiba.” Yesus hendak mengingatkan ibunya tentang tanggung jawab yang akan dilaksanakannya harus selaras dengan perintah Bapa-Nya. Sebaliknya, Maria memerintahkan para pelayan untuk mengikuti semua instruksi yang dikatakan oleh Yesus. Mukjizat Yesus terjadi, air yang sudah dimasukkan ke dalam tempayan, setelah dicicipi berubah menjadi anggur yang baik kualitasnya. Seharusnya ada seorang pelayan yang mencicipinya terlebih dahulu sebelum disajikan kepada para tamu undangan. Namun yang terjadi, Yesus memerintahkan para pelayan untuk langsung mencedok dan membawanya kepada pemimpin pesta. Pemimpin pestalah yang mengecap air menjadi anggur itu.
Jikalau kita melihat dari dari sisi ekologi, mukjizat yang dilakukan oleh Yesus ini sangat mendukung kondisi ekologis pada pesta perkawinan tersebut, yaitu tidak sampai mendatangkan anggur dari luar pesta perkawinan. Artinya, proses pembuatan anggur dengan kualitas baik membutuhkan proses panjang dan buah anggur yang banyak. Mukjizat Yesus menjadikan situasi tetap terjaga kondusif dan efisiensi dalam banyak hal. Yesus mengubah masalah menjadi berkat. Melalui ketaatan para pelayan, anggur baru membuat kehidupan pasangan keluarga baru di desa kecil ini terhindar dari rasa malu (Ay. 10). Karya Yesus pada perjamuan kawin di Kana ini merupakan bentuk pernyataan kepedulian Allah, atas kehidupan manusia berdosa yang sarat bencana dan tragedi. Yesus hadir untuk memberikan anggur baru kehidupan dalam hubungan-hubungan di komunitas agar diperbarui menjadi baik.
Pembaharuan-pembaharuan yang terjadi adalah bentuk penyertaan dan pertolongan Allah atas umat-Nya. Kasih dan pertolongan Allah dalam rupa pemberian karunia-karunia rohani harus dipergunakan untuk kebaikan hidup manusia dan kemuliaan nama Allah. Sebab rupa-rupa karunia rohani dan rupa-rupa pelayanan tersebut berasal dari Allah (1 Kor. 12:4,5). Ini menunjukkan bahwa kesetiaan umat kepada Allah akan membawa kepedulian Allah dalam bentuk pembaharuan hidup umat milik-Nya. Allah tidak akan meninggalkan umat milik-Nya dan akan memberikan pertolongan.
Penutup
Karunia dan kuasa Allah memang luar biasa. Karunia dan kuasa Allah yang diberikan kepada umat-Nya adalah wujud kasih Allah kepada umat milik-Nya, yang senantiasa percaya dan setia kepada-Nya. Janji Allah atas pemulihan bangsa Yehuda yang diwartakan oleh nabi Yesaya, rupa-rupa karunia rohani dan mukjizat Tuhan di acara perjamuan kawin di desa Kana, itu semua adalah wujud dan bukti bahwa Allah senantiasa berkarya menciptakan hal-hal baru yang menguatkan pengharapan umat milik-Nya. Allah senantiasa memperbaiki (repair) dan memperbaharui (refurbish) kehidupan umat milik-Nya yang sudah rusak. Dengan meletakkan pengharapan kepada Allah, semua persoalan yang dihadapi pasti dapat diatasi dengan baik. Kiranya kehendak Allah ini menyemangati kita semua dalam memasuki bulan penciptaan. Tuhan memampukan kita. Amin. [BK].
Pujian: KJ. 60 : 1, 2 Hai Makhluk Alam Semesta
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Kita asring mireng strategi lan kampanye kangge mrantasi masalah sampah inggih punika ngangge stategi 3R Reduce (ngirangi), Reuse (ngagem malih), lan Recycle (ndaur ulang). Wusananipun, sesarengan kaliyan tuwuhipun ilmu pengetahuan, stategi 3R punika dipun raos-raosaken mboten cekap kangge mrantasi masalah sampah. Pramila, sapunika tuwuh konsep 9R kangge mrantasi masalah sampah punika. Stategi 9R punika sejatosipun jangkepi stategi 3R. Konsep 9R punika mbahas wiwit upaya ‘pencegahan’ ngantos pengolahan sampah. Bab 9R, inggih punika: Refuse (nolak), Rethink (dipun pikiraken malih), Reduce (ngirangi), Reuse (ngagem malih), Repair (ndandosi), Refurbish (ngenggalaken), Remanufacture (mroduksi malih), Repurpose (dipun tingali malih tujuanipun), Recycle (daur ulang), lan Recover (mulihaken).
Salebeting ngetrepaken konsep 9R punika, raket hubunganipun kaliyan konsep ekonomi sirkular, inggih punika salah sawijining sistem ekonomi ingkang nggadahi tujuan ngasilaken tuwuhipun perekonomian ingkang saged njagi reginipun produk, bahan-bahan lan sumber daya supados saged tahan lami (Ellen MacArthur, 2015). Prinsip ekonomi sirkular punika wonten 3, inggih punika ngirangi limbah, njagi kualitas produk lan bahan produksi, lan regenerasi sistem ing jagad punika. Sistem ekonomi sirkular punika nggadahi tujuan ngirangi karisakan sosial lan lingkungan alam. Karisakan lingkungan punika saged dipun cegah menawi kita ngetrepaken 9R punika.
Isi
Lumantar waosan sepisan Yesaya 62:1-5, kita mangertos kados pundi Gusti Allah prajanji badhe ngenggalaken lan mulihaken kawontenanipun bangsa Yehuda, kados ingkang dipun wartosaken nabi Yesaya. Nalika bangsa Yehuda wangsul saking tanah pambucalan Babel, bangsa Yehuda badhe dipun pulihaken kaliyan Gusti Allah sarta dipun paringi nami enggal. Yehuda badhe kasebat dados papan suci ing pundi Gusti Allah dipun sembah lan dipun mulyakaken kaliyan sadaya umat kagunganipun. Pasemon ‘nenikahan’ punika nggambaraken hubungan antawisipun Yehuda kaliyan Gusti Allah ingkang raket (Ay. 4, 5). Punika nuwuhaken pakurmatan ingkang ageng, utaminipun kangge ngengetaken bilih bangsa Yehuda sampun ngalami kahanan ingkang sangsara sanget. Nalika ing tanah Babel, Gusti Allah kados-kados nilar bangsa Yehuda ingkang dipun tresnani, ananging sarampungipun pambucalan Babel, bangsa Yehuda dipun pulihaken lan badhe terus kalampahan. Tamtu, pawartos pangajeng-ajeng bab pamulihan bnagsa Yehuda ingkang dipun wartosaken nabi Yesaya punika mbekta raos optimis lan semangat kangge bangsa Yehuda.
Waosan ingkang kaping tiga, Yokanan 2:1-11 nyariosaken mukjizatipun Gusti Yesus ingkang kaping sepisan, toya dados anggur ing acara pesta perkawinan ing Kana. Carita punika nengsemaken menawi dipun raos-raosaken, karana nalika acara pesta perkawinan punika kalampahan, wonten masalah ingkang kedah enggal dipun atasi, inggih punika anggur ingkang badhe dipun suguhaken dhateng para tamu undangan telas. Ing adat-istiadat bangsa Yahudi anggur punika nggadahi makna ingkang penting sanget ing acara pesta perkawinan punika. Nalika anggur punika telas, priyantun ingkang nggadhah inisiatif langkung rumiyin pados solusi, sanes manten kakung ingkang nggadah hajat mantu, nanging Maria Ibunipun Gusti Yesus. Solusi supados anggur punika tetep cekap, acara pesta perkawinan punika kalampahan kanthi lancar, lan brayatipun manten mboten kawirangan, inggih punika manggihi Gusti Yesus. Pramila, Maria enggal manggihi Gusti Yesus putranipun. Piyambakipun nyuwun tulung dhateng Gusti Yesus supados purun paring pambiyantu mrantasi masalah ingkang darurat punika. Ing swasana gupuh, Maria rumaos prihatos ningali situasi punika. Ananging, Gusti Yesus ngendika, “Punapa ingkang panjenengan kersaaken saking kula, ibu? Dereng wancinipun.” Gusti Yesus ngengetaken Maria ibunipun bilih tanggeljawab ingkang dipun tindakaken kedah selaras kaliyan karsanipun Sang Rama. Ananging, Maria malah nyuwun supados para palados sinoman ndherekaken sadaya ingkang dipun printahaken dening Gusti Yesus. Mukjizatipun Gusti Yesus kalampahan nalika toya ingkang sampun dipun sok’aken ing salebetipun gentong lan saksampunipun dipun incipi dados anggur ingkang sae kualitasipun. Kedahipun wonten sinoman ingkang ngincipi langkung rumiyin saderengipun dipun suguhaken dhateng para tamu undangan. Ananging, ingkang kalampahan Gusti Yesus mrintahaken para sinoman engal nyiduk lan mbekta dhateng pemimpin acara pesta perkawinan punika. Pemimpin acara pesta perkawinan punika ingkang nyekseni lan ngraosaken toya punika raosipun anggur ingkang sae.
Menawi dipun tingali saking sisi ekologi, mukjizat ingkang dipun tindakaken dening Gusti Yesus punika saestu ndukung sanget kondisi ekologis amargi acara pesta perkawinan punika mboten ndugekaken anggur saking papan sanes. Tegesipun, prosesipun ndamel anggur ingkang kualitasipun sae punika mbetahaken buah anggur ingkang kathah lan proses ingkang lami. Mukjizatipun Gusti Yesus ndadosaken situasi tetep kondusif lan kabetahan kangge pesta perkawinan punika cekap. Gusti Yesus ngowahi masalah dados berkah. Lumantar kasetyanipun para sinoman, anggur ingkang enggal punika, ndadosaken gesangipun brayat enggal ing Kana punika, uwal saking raos isin (Ay. 10). Pakaryanipun Gusti Yesus ing acara pesta perkawinan ing Kana punika dados bukti Gusti Allah puduli tumrap gesangipun manungsa ingkang sarat kaliyan musibah lan bencana. Gusti Yesus rawuh kangge paring anggur enggal ing pigesangan, raket kaliyan hubungan pasamuwan ingkang dipun enggalaken dados sae.
‘Pembaharuan’ gesang ingkang kelampahan punika sejatosipun wujudipun panganthi lan pitulunganipun Gusti Allah dhateng umat-Ipun. Katresnan lan pitulunganipun Gusti Allah ingkang mawujud rupi-rupi kabisan rohani kedah dipun agem murih kasaenan gesangipun manungsa lan kagem kamulyanipun Gusti Allah. Rupi-rupi kabisan rohani lan rupi-rupi peladosan punika asalipun saking Gusti Allah piyambak (1 Kor. 12:4, 5). Punika nedahaken: kasetyanipun umat dhumateng Gusti Allah ingkang dadosaken Gusti Allah peduli. Kepedulian punika kawujud wonten pembaharuan gesang umat kagungan-Ipun. Gusti Allah mboten badhe nilar umat kagungan-Ipun lan mesthi paring pitulungan.
Panutup
Sih rahmat lan panguwaosanipun Gusti Allah punika pancen ngedap-edapi. Sih rahmat lan panguwaosipun Gusti Allah ingkang dipun paringaken dhateng para umat-Ipun punika dados wujud katresnanipun Gusti Allah dhateng umatipun ingkang pitados lan setya. Janjinipun Gusti Allah tumrap pamulihan bangsa Yehuda kawartosaken nabi Yesaya, rupi-rupi karunia utawi kabisan rohani, mekaten ugi mukjizatipun Gusti Yesus ing acara pesta perkawinan ing Kana, punika dados bukti bilih Gusti Allah tansah makarya nitahaken bab-bab ingkang enggal, ingkang ngiyataken lan paring jawab tumrap pangajeng-ajengipun para umat. Gusti Allah tansah ndandosi (repair) lan ngenggalaken (refurbish) gesang umat-Ipun ingkang sampun risak. Punika tansaya dados motivasi kangge para umat supados tetep pitados lan kebak ing pangajeng-ajeng dhumateng Gusti Allah. Lumantar pangajeng-ajeng punika, sadaya karibetan ingkang dipun adhepi mesthi saged dipun atasi kanthi sae. Mugi karsanipun Gusti Allah tansah nyemangati kita sadaya mapak lan mlebet sasi tumitahing jagad punika. Gusti Yesus paring kakiyatan dhateng kita. Amin. [BK].
Pamuji: KPJ. 439 : 1, 2 Ing Jagad Kang Peteng