Minggu Natal I
Stola Putih
Bacaan 1: 1 Samuel 2 : 18 – 20, 26
Bacaan 2: Kolose 3 : 12 – 17
Bacaan 3: Lukas 2 : 41 – 52
Tema Liturgis: Kelahiran Kristus menjadi Terang dan Sukacita bagi Semua
Tema Khotbah: Bertumbuh
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1 Samuel 2 : 18 – 20, 26
Samuel adalah seorang pelayan Tuhan yang masih anak-anak. Sebagai pelayan, perilaku Samuel berbeda dengan anak-anak imam Eli. Memang perilaku dan sikap Samuel tidak dipaparkan secara jelas di sini. Hanya saja dijelaskan bahwa ia “semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia” (ayat 26). Hal ini menunjukkan bahwa Samuel dapat menampilkan perilaku yang baik. Hal ini bertolak belakang dengan kedua anak imam Eli, yakni Hofni dan Pinehas. Mereka adalah imam-imam Tuhan yang tidak menghormati Tuhan. Pertama, karena mereka melakukan fungsi keimaman sebatas ritual saja. Mereka tamak dan rakus untuk mendapatkan daging kurban, jatah mereka sebagai imam. Sikap mereka menurut penulis 1 Samuel adalah “memandang rendah kurban untuk Tuhan”. Mereka melakukan perampasan terhadap daging-daging yang belum dipersembahkan kepada Tuhan (dalam Taurat, lemak dibakar untuk Tuhan). Hal ini merupakan sebuah tindakan pelecehan terhadap Tuhan. Kedua, mereka hidup secara amoral. Mereka tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan (ay. 21). Tindakan mereka itu menajiskan diri dan mengotori rumah Tuhan. Eli sebagai seorang ayah telah menegur anak-anaknya, tetapi mereka tidak mendengarkan perkataan atau nasehat ayah mereka (ay. 25).
Kolose 3 : 12 – 17
Sebagai orang-orang pilihan Allah, yang dikuduskan dan dikasihi, maka jemaat Kolose harus berperilaku sesuai dengan keadaan mereka. Hal ini penting dilakukan supaya mereka tidak kehilangan kekudusan dan mampu hidup benar sebagai orang-orang pilihan. Barangsiapa kudus di hadapan Allah wajib merendahkan diri dan penuh kasih terhadap semua orang. Untuk mewujudkan hal tersebut mereka harus memiliki belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran.
Dalam diri setiap orang pilihan Allah perlu terjadi transformasi hidup, yaitu pertama, menumbuhkan karakter Kristus. Karakter-karakter yang dijabarkan di ayat 12-15 adalah karakter Kristus yang dipraktikkan-Nya sepanjang hidup dan pelayanan-Nya di dunia ini. Teladan sudah ada, tinggal kita mempraktikkannya. Bagaimana caranya? “Sebagaimana Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian” (ayat 13b); “kenakanlah kasih” (ayat 14); “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu” (ayat 15a). Kedua, menerapkan tingkah laku mulia. Saling mengajar dan saling menegur di antara sesama anak Tuhan (ayat 16a); menaikkan pujian dan syukur kepada Allah (ayat 16b); melakukan perbuatan baik dan mengatakan perkataan yang membangun di dalam nama Tuhan Yesus (ayat 17).
Lukas 2 : 41 – 52
Yesus yang masih remaja secara fisik mengalami pertumbuhan. Seiring dengan pertumbuhan fisik-Nya, sebagai manusia Yesus juga mengalami pertumbuhan spiritual (rohani). Hal itu ditunjukkan lewat kemampuan-Nya berdialog dengan para alim ulama di bait Allah. Semua orang heran dengan kecerdasan-Nya. Dari sisi kemanusiaan-Nya, tubuh-Nya menjadi makin bertambah tinggi dan besar. Dari sisi spiritual, Ia semakin bertambah hikmat-Nya dan mengenal Bapa-Nya. Meskipun Firman yang kekal telah menyatu sejak Ia masih ada di dalam kandungan ibu-Nya, sifat illahi yang tinggal di dalam diri-Nya juga tampak pada sifat kemanusiaan-Nya secara bertahap. Namun, hal utama yang ditonjolkan oleh Lukas adalah pertumbuhan spiritual-Nya bahwa Ia semakin dikasihi Allah dan dikasihi manusia (ayat 52). Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya. Dikatakan bahwa Ia semakin dikasihi oleh Allah dan manusia, artinya semua hal yang Ia sampaikan dapat diterima oleh Allah dan manusia. Dengan cara ini Kristus menyesuaikan diri-Nya dengan keadaan-Nya yang hina karena Dia sedang merendahkan diri-Nya. Dia merendahkan diri-Nya sebagai seorang bayi, seorang anak, seorang remaja supaya gambar Allah bersinar semakin cerah di dalam diri-Nya pada saat Ia tumbuh menjadi seorang remaja.
Benang Merah Tiga Bacaan
Pertumbuhan bagi orang percaya tidak hanya dalam hal fisik, tetapi juga spritual. Seperti Samuel dan Tuhan Yesus yang tumbuh secara fisik, hal itu juga disertai dengan pertumbuhan spritual (rohani). Baik Tuhan Yesus maupun Samuel sama-sama disukai Allah dan manusia. Hal itu menunjukkan adanya karater ilahi dalam diri mereka, terlebih Tuhan Yesus adalah Allah sendiri. Karakter ilahi itu nampak melalui kedekatan dengan Allah dan sikap hidup yang baik dalam membangun relasi dengan sesama.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)
Pendahuluan
Bapak, ibu, dan saudara-saudara yang dikasihi Tuhan. Pernah saudara mengamati pertumbuhan fisik dari anak-anak saudara? Seiring dengan berjalannya waktu, kita yang mendampingi mereka dapat melihat langsung pertumbuhan fisik anak-anak kita. Namun kadangkala tanpa kita sadari kita merasa anak-anak sudah bertumbuh semakin besar. Apalagi jika kita jarang bertemu anak-anak kita, seringkali berkomentar, “Sekarang sudah besar ya”.
Setiap manusia akan mengalami pertumbuhan secara fisik. Terkhusus ketika memasuki masa remaja, kita dapat melihat adanya perubahan kulit, rambut, dada, ukuran tubuh, keringat, suara, dan organ seksual. Hal yang penting adalah anak-anak dapat tumbuh dengan sehat jasmani dan rohani. Maka yang perlu dilakukan selama masa pertumbuhan mereka adalah mencukupi nutrisi pada anak dan melakukan imunisasi lengkap supaya anak-anak tidak mudah sakit. Terpenuhinya nutrisi bisa terlihat di masa remaja, misalnya tinggi badan dan berat badan mereka seimbang dan tumbuh dengan baik. Tentunya kita sebagai orang tua tidak hanya memperhatikan pertumbuhan fisik anak kita saja, kita perlu memperhatikan pertumbuhan mental spiritual mereka. Kita dapat berinteraksi dengan anak-anak untuk merangsang potensi dan kecerdasan anak. Cara paling sederhana adalah mengajaknya bermain, berbicara, belajar mengenal warna, menghapal nama, bermain puzzle, atau membaca buku. Kita mengenalkan mereka dengan cerita-cerita dalam Alkitab, mengajak mereka berdoa, beribadah, dan memuji Tuhan.
Isi
Pertumbuhan seseorang tidak hanya secara fisik saja tetapi juga secara spritual (rohani). Untuk itu marilah kita belajar dari tokoh-tokoh berikut ini:
Pertama, Samuel. Samuel adalah seorang pelayan Tuhan yang masih muda. Sebagai pelayan perilaku Samuel berbeda dengan anak-anak imam Eli. Memang perilaku dan sikap Samuel tidak dipaparkan secara jelas. Hanya saja dijelaskan bahwa ia “semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia”. Hal ini menunjukkan bahwa Samuel dapat menampilan perilaku yang baik. Dapat dikatakan pertumbuhannya tidak hanya fisik tetapi juga spritualnya (iman), yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertolak belakang dengan anak-anak Eli, yakni Hofni dan Pinehas. Mereka adalah imam-imam Tuhan yang tidak menghormati Tuhan. Mereka melakukan fungsi keimaman sebatas ritual, tetapi sesungguhnya tamak dan rakus untuk mendapatkan daging kurban, jatah mereka sebagai imam. Mereka “memandang rendah kurban untuk Tuhan”. Perbuatan mereka, melakukan perampasan terhadap daging-daging yang belum dibakar lemaknya (dalam Taurat, lemak dibakar untuk Tuhan) merupakan tindakan pelecehan terhadap Tuhan. Mereka hidup secara amoral. Tindakan mereka itu menajiskan diri dan mengotori rumah Tuhan. Sayang sekali, Eli, sebagai ayah mereka tidak tegas menegur anak-anaknya.
Kedua Yesus. Tuhan Yesus yang masih remaja secara fisik mengalami pertumbuhan. Seiring dengan pertumbuhan fisik-Nya, sebagai manusia, Tuhan Yesus juga mengalami pertumbuhan rohani. Hal itu ditunjukkan lewat kemampuan-Nya berdialog dengan para alim ulama di bait Allah. Semua orang heran dengan kecerdasan-Nya. Dari sisi kemanusiaan-Nya, tubuh-Nya menjadi makin bertambah tinggi dan besar. Hikmat-Nya juga makin bertumbuh. Meskipun Firman yang Kekal telah menyatu sejak Ia masih ada di dalam kandungan ibu-Nya, sifat keilahian yang tinggal di dalam diri-Nya mewujudkan diri pada sifat kemanusiaan-Nya secara bertahap. Namun, hal yang lebih utama yang ditonjolkan Lukas adalah pertumbuhan spiritual-Nya bahwa Ia semakin dikasihi Allah dan dikasihi manusia (ayat 52). Dengan cara ini Kristus menyesuaikan diri-Nya dengan keadaan-Nya yang hina karena Dia sedang merendahkan diri-Nya. Dia merendahkan diri-Nya sebagai seorang bayi, seorang anak, seorang remaja supaya gambar Allah bersinar semakin cerah di dalam diri-Nya .
Bukti nyata dalam pertumbuhan spritual (rohani) itu nampak dalam kehidupan keseharian, dalam wujud kedekatan dengan Allah, dan sikap hidup mereka dalam membangun relasi dengan sesama. Untuk itulah Rasul Paulus menekankan hidup dalam kekudusan. Barangsiapa kudus dihadapan Allah wajib merendahkan diri dan penuh kasih terhadap semua orang. Untuk itu perlu hal-hal sebagai berikut, yakni belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran. Dalam diri setiap orang pilihan Allah perlu terjadi transformasi hidup, yaitu menumbuhkan karakter Kristus dan menerapkan tingkah laku mulia. Karakter Kristus telah dipraktikkan-Nya sepanjang hidup dan pelayanan-Nya di dunia ini. Teladan sudah ada, tinggal kita mempraktikkannya. Bagaimana caranya? “Sebagaimana Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian; “kenakanlah kasih … ; “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu“ Tingkah laku mulia nampak dalam tindakan saling mengajar dan saling menegur di antara sesama anak Tuhan; menaikkan pujian dan syukur kepada Allah; melakukan perbuatan yang baik dan mengatakan perkataan yang membangun di dalam nama Tuhan Yesus.
Penutup
Bagaimanakah pertumbuhan fisik kita? Kita yang sudah dewasa, tidak akan mengalami pertumbuhan lagi. Namun secara spiritual (rohani), kita harus terus mengalami pertumbuhan. Dan hal itu terwujud melalui kedekatan kita dengan Allah dan relasi kita dengan sesama. Mari kita koreksi kembali diri kita masing-masing. Apakah secara spritual (rohani) kita sudah menunjukkan sikap hidup yang berkarakter Kristus? Spritual (rohani) kita jangan sampai sakit, harus selalu sehat agar bertumbuh. Amin. (SWT)
Pujian: KJ. 400 : 1, 2 Kudaki Jalan Mulia
—
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
Pambuka
Bapak, ibu, lan para sederek ingkang dipun tresnani Gusti Yesus. Punapa bapak, ibu, lan para sedherek nate ningali tuwuhing badanipun anak-anak? Ing lampahing wekdal, nalika kita nggulawentah anak-anak punika, kita saged ningali tuwuhing badanipun. Nanging asring kita tanpa sadhar, kita rumaos bilih anak-anak kita punika sansaya mindhak ageng. Langkung-langkung kangge para sedherek kita ingkang mboten asring pepanggihan kaliyan anakipun, asring ndangu, “Saiki wis gedhe ya”. Saben tiyang badhe ngalami tuwuhing badan. Langkung-langkung sasampunipun ngancik remaja, kita saged mirsani wontenipun ewah-ewahanining kulit, rambut, dada, ukuraning badan, kringet, suanten, lan ugi organ seksual. Ingkang wigatos anak-anak saged tuwuh kanthi sehat. Mila saking punika perkawis ingkang kedah dipun lampahi tiyang sepuh inggih punika, nyekapi kabetahan nutrisi lan imunisasi secara jangkep supados anak punika sehat lan mboten gampil sakit. Kacekapan nutrisi kangge anak punika cekap punapa mboten, saged kita tingali rikala anak punika ngancik yuswa remaja. Inggiling badan, aboting badan, tuwuh kanthi sae. Tamtunipun mboten namung tuwuhing badan kemawon ingkang kita pirsani. Sasampunipun kita ningali tuwuhing badan, kita ugi perlu srawung kaliyan anak-anak supados tuwuh kapinteranipun. Punika kita lampahi kanthi dolanan, ngawontenaken pirembagan, sinau bab maceming warna, ngapalaken nami, dolanan puzzel, maos buku, lan dolanan kaliyan kanca. Kita ugi saged gulawentah anak-anak kita sarana carios – carios saking Kitab Suci. Kita ngajak dedonga, ngabekti lan memuji Gusti supados iman kapitadosan anak kita punika ugi tuwuh.
Isi
Saben tiyang punika ngalami tuwuhing badan, nanging mboten namung tuwuhing badan kemawon ingkang kita tinggali. Nanging ugi ing bab spritual (rohani). Mila saking punika sumangga kita sinau saking tokoh-tokoh punika:
Sepisan Samuel. Samuel punika peladosipun Gusti ingkang taksih enem. Minangka pelados tindak-tandukipun Samuel benten kaliyan para putranipun imam Eli. Pancen tindak-tandukipun Samuel mboten dipun terangken kanthi cetha. Nanging kemawon dipun terangaken bilih Samuel sangsaya ageng, sangsaya pikantuk sih katresnan ing ngarsanipun Sang Yehuwah, lan ing ngajengipun manungsa”. Punika ateges bilih Samuel saged mujudaken tindhak-tandhuk ingkang sae. Mboten namung tuwuh ageng secara badan nanging ugi secara spritual (iman), ingkang mawujud ing pigesangan sadinten-dinten. Punika benten kaliyan para putranipun imam Eli, inggih punika Hofni lan Pinehas. Para putranipun imam Eli punika para imamipun Gusti ingkang mboten nggadah raos hormat dhumateng Gusti Allah. Anggenipun ngayahi jejibahan imam namung ing rikala sembahyang kemawon, nanging sejatosipun kekalihipun tiyang ingkang dursila. Awit gadahi sipat serakah kangge pikantuk daging korban, jatahipun minangka imam. Hofni lan Pinehas nyepelekaken korban kagem Sang Yehuwah. Tindhak-tandhukipun, ngrampas daging korban saderengipun dipun aturan/ dipun pusungsungaken kagem Gusti Allah, punika saestu pandamel ingkang ngremehaken Gusti Allah. Estu para putranipun imam Eli, mboten kagungan moral ingkang sae. Tindhak-tandhukipun najisaken diri lan padalemanipun Sang Yehuwah. Emanipun, Imam Eli mboten ngengetaken kanthi seaestu dhateng para putranipun.
Kalih Yesus. Gusti Yesus ingkang ngancik remaja ngalami tuwuhing badan. Sinarengan kaliyan tuwuhing badanipun, minangka manungsa Gusti Yesus ugi ngalami tuwuhing spritual (rohani). Punika ketingal rikala Gusti Yesus pirembagan kaliyan para alim ulama wonten padaleman suci. Sedaya tiyang sami gumun kaliyan kapinteranipun. Saking kamanungsanipun, badanipun sangsaya tambah ageng lan inggil. Kawicaksananipun ugi tuwuh. Senaosa Sang Sabda ingkang langgeng sampun manunggil wiwit wonten ing gua garbane sang Ibu, sipat ke“Allah”nipun mauwujud ing sifat kamanungsanipun. Nanging ingkang utami miturut Lukas, inggih punika tuwuhing spritual-ipun (rohani). Panjenenganipun sangsaya dipun tresnani Gusti Allah, ugi manungsa (ayat 52). Kanthi cara ingkang kados mekaten, Gusti Yesus ngasoraken Dhirinipun dados sang jabang bayi, anak, lan remaja, supados gambaripun Gusti Allah sumunar sangsaya terang wonten ing Panjenenganipun.
Bukti ingkang nyata wontenipun tuwuhing spritual (rohani) ketingal saking pigesangan sadinten-dinten. Ingkang kawujudaken ing salebeting pasrawungan kita kaliyan Gusti Allah lan sesami. Sangsaya celak kaliyan Gusti lan mujudaken tindak tanduk ingkang sae ing salebeting pasrawungan kaliyan sesami. Mila saking punika Rasul Paulus ngengetaken supados saged mujudaken gesang ingkang suci ing ngarsanipun Gusti, kanthi mujudaken raos welas asih, kamirahan, andhap asor, lembah manah, lan sabar. Saben tiyang pitados perlu ngalami transformasi, inggih punika nuwuhaken sifatipun Sang Kristus ingkang dipun trepaken ing lampah gesang ingkang mulya.
Sifatipun Sang Kristus sampun kawujudaken ing paladosanipun. Patuladan sampun wonten, kantun kita mujudaken. Kados pundhi caranipun? Caranipun kita purun paring pangapunten dhateng sesami, nindhakaken katresnan, lan nuwuhaken tentrem rahayunipun Sang Kristus wonten ing manah. Lan kita nindakaken gesang ingkang mulya, ingkang kawujud kanthi wulang-winulang, eling-ingelingaken kanthi kawicaksanan, sinambi nglagokaken Mazmur lan puji-pujian sarta kidung kasukman, lan sami saos sokur dhumateng Gusti Allah ing saleneting manah.
Panutup
Kados pundhi tuwuhing badan kita? Kita ingkang sampun dewasa, mboten badhe ngalami tuwuhing badan malih. Nanging bab spritual (karohanen) kedah tansah tuwuh. Bab punika saged kita wujudaken ing salebeting pasrawungan kita kaliyan Gusti Allah lan sesami. Kita sangsaya celak kaliyan Gusti lan mujudaken tindak tanduk ingkang sae ing salebeting pasrawungan kaliyan sesami. Sumanga kita sami niti priksa gesang kita piyambak-piyambak. Punapa secara spritual (karohanen) tansah tuwuh, kanthi mujudaken sipatipun Sang Kristus? Spritual (karohanen) kita sampun ngantos sakit, kedah tansah sehat. Amin. (SWT).
Pamuji: KPJ. 136 Rahayu Wong Wedi Asih