Minggu Biasa | Syukur Yayasan Kesehatan GKJW
Stola Hijau
Bacaan 1: Yeremia 20 : 7 – 13
Bacaan 2: Roma 6 : 1 – 11
Bacaan 3: Matius 10 : 24 – 39
Tema Liturgis: YK Terlibat Dalam Pelayanan Kemanusiaan Secara Profesional
Tema Khotbah: Kekuatan Dan Penyertaan Tuhan Itu Nyata
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yeremia 20 : 7 – 13
Yeremia adalah nabi muda dan tidak pandai bicara. Namun, kalau sudah Tuhan yang memilih dan menetapkannya sebagai seorang nabi, maka kuasa Allah akan bekerja baginya. Yeremia tidak kuasa menolak panggilan-Nya. Ia pasrah. Kemudaan Yeremia cukup membuatnya kesulitan untuk membaca situasi dan kemampuan menyampaikan firman Tuhan secara tajam dan mengena dalam konteksnya. Akibatnya, Yeremia menghadapi resiko yang teramat berat. Inilah yang diungkapkan Yeremia dalam nas renungan ini.
Yeremia mengungkapkan pergumulan yang dihadapi dirinya sebagai hamba Tuhan. Firman yang disampaikan seringkali menusuk tajam hati orang yang mendengar firman yang disampaikan. Menyayat hati pendengarnya. Mungkin, kalau Yeremia menyampaikan firman, ia mengabaikan ‘pengkultusan’. Yeremia tidak mau dibelenggu oleh status para pendengarnya. Akibatnya Yeremia menjadi bahan tertawaan dan olok-olok. Tak mengherankan, kalau ia turut mendapat hinaan dan penganiayaan. Situasi pahit yang dialami Yeremia terkadang membuatnya hampir jatuh, putus asa, dan ingin berteriak melepaskan seluruh beban berat dalam dirinya.
Yeremia sadar bahwa ia tak kuasa menghadapi dan melawan semua orang yang merendahkan dan menganiayanya. Yeremia yakin, bahwa Tuhan yang memanggil, memilih, dan mengutusnya menyampaikan firmanNya juga telah melihat dan menguji batin dan hati hamba-Nya. Hal ini dilakukannya dengan menyerahkan seluruh pergumulan (perkaranya) kepada Tuhan. Dalam kepasrahan, Yeremia menyanyi dan memuji Tuhan. Yeremia percaya, Allah yang mengutusnya itu akan senantiasa melepaskannya dari perbuatan jahat, sebab ia telah dipenuhi kuasa Tuhan.
Roma 6 : 1 – 11
Paulus mempersoalkan anggapan salah jika orang percaya boleh berbuat dosa terus menerus dan tetap aman dari hukuman, karena kasih karunia Allah dalam Kristus. Paulus menanggapi penyimpangan ajaran kasih karunia ini dengan menekankan pada satu kebenaran dasar: “orang percaya sejati dikenal sebagai ‘dalam Kristus’ oleh karena dibaptis dalam Kristus dan kematian mereka terhadap dosa. Mereka sudah berpindah dari alam dosa kepada alam hidup bersama Kristus (Roma 6:2-11). Karena orang percaya sejati telah memisahkan diri secara pasti dari dosa. Mereka tidak akan terus hidup dalam dosa. Sebaliknya, jikalau orang berbuat dosa terus menerus, mereka bukan lagi orang percaya sejati. Sepanjang pasal ini Paulus menekankan bahwa mustahil seseoarng menjadi hamba dosa dan hamba Kristus sekaligus (Ay. 11-13; 16-18). Jikalau mereka menyerahkan diri kepada dosa, hasilnya adalah hukuman dan kematian kekal (Ay. 16, 23).
Matius 10 : 24 – 39
Sebagai seorang Guru, Tuhan Yesus meyakinkan para murid-Nya bahwa, “seorang murid tidak lebih dari pada gurunya atau seorang hamba tidak lebih dari tuannya.”(Ay. 24). Artinya bahwa sekalipun para murid-Nya mengalami tantangan dan hambatan dalam pelayanan, sesungguhnya tantangan itu tidak lebih berat daripada yang dihadapi-Nya. Tuhan Yesus juga, mempersiapkan mereka tidak hanya sekedar bersiap menghadapi penolakan, namun untuk senantiasa siap menghadapi hal yang buruk yaitu cacian, aniaya, penyiksaan bahkan kematian. Untuk itu, Tuhan Yesus mengatakan, “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” (Ay. 28). Tuhan Yesus mengingatkan agar dalam pelayanannya para murid tidak gentar kepada mereka (pelawan Kristus atau orang yang menolak Kristus sebagai Juru Selamat atau orang yang dikuasai iblis). Meskipun mereka mampu membunuh para murid, yang mati hanyalah tubuh, sementara mereka tidak mampu membunuh jiwa dan roh, karena Tuhanlah pemilik jiwa dan roh setiap manusia. Tuhan Yesus mengingatkan agar mereka lebih takut kepada Allah, karena Dia berkuasa membinasakan jiwa dan tubuh di neraka tempat bagi orang-orang yang menentang Kristus.
Tuhan Yesus memberi ilustrasi tentang burung pipit yang harganya murah dipelihara oleh Allah. Tidak ada sesuatupun terjadi kepada burung pipit itu tanpa sepengetahuan dan seijin Allah. Apalagi manusia yang Tuhan ciptakan sebagai ciptaan yang sungguh amat baik dan sebagai mandataris Allah di dunia ini, jauh lebih berharga dibandingkan burung pipit itu. Begitu berharganya manusia di hadapan Allah, sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk takut dalam melakukan mandat Allah, yaitu untuk menyampaikan kebenaran firman Allah, karena Allah senantiasa menjaga dan melindungi para hamba-Nya. Tidak ada satu kejadianpun yang kita alami tanpa seijin Tuhan.
Tidak dapat disangkal bahwa Tuhan Yesus datang membawa damai. Namun dalam perikop ini, dikatakan bahwa Tuhan Yesus datang bukan membawa damai, melainkan pedang untuk memisahkan. Dalam sebuah keluarga, tidak selamanya keluarga secara keseluruhan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Tetapi antara orang yang percaya dengan orang yang tidak percaya, bukan terjadi damai, tetapi terjadi perpecahan dan pertentangan karena Tuhan Yesus! Di dalam dunia ini akan selalu ada pertentangan antara orang percaya dengan yang yang tidak percaya kepada Kristus, termasuk dalam beberapa keluarga.
Tuhan Yesus menyatakan: “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Mat. 10:39). Dalam hal ini, Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa hidup atau nyawa seseorang itu tidak bernilai, sehingga tidak perlu diperjuangkan dan dipertahankan. Tuhan Yesus justru mau menegaskan bahwa hidup atau nyawa manusia begitu bernilai, karena itu janganlah hidup itu dipertahankan dengan cara-cara yang merugikan nilai dan martabat dirinya.
Benang Merah Tiga Bacaan:
Setiap orang yang memenuhi panggilannya untuk mengikut Tuhan Yesus dan mengemban tugas dan tanggung jawabnya di tengah dunia ini tentu akan mengalami banyak tantangan dan cobaan. Meskipun demikian, kekuatan dan penyertaan-Nya senantiasa ada untuk menghadapi semuanya. Hal ini telah terbukti dalam diri Yeremia dan para murid Tuhan Yesus.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Beberapa waktu lalu ada seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang sedang sakit dan menjalani proses rawat inap di sebuah Rumah Sakit. Anak ini menderita demam berdarah, sehingga setiap hari dia harus menjalani proses pengambilan darah untuk pengecekkan trombosit di dalam darahnya. Pada hari kedua menjalani perawatan ternyata infus yang terpasang di tangan kanannya mengalami pembengkakan, sehingga harus dipindah. Akan tetapi, proses pemindahannya berjalan kurang lancar karena sulitnya mencari pembuluh darah. Perawat berkali-kali melakukan proses pemasangan infus dan belum berhasil juga. Anak ini menangis dan meronta karena merasa kesakitan dan takut jika perawat akan memasukkan jarum lagi ke tangannya. Hingga kesekian kalinya ketika perawat akan memasukkan jarum lagi anak ini kemudian berteriak agar para perawat berhenti dulu dan meminta mereka untuk berdoa. Para perawat menuruti apa yang diminta anak ini kemudian mereka berdoa dan puji Tuhan akhirnya pemasangan infus berhasil.
Dari kisah ini, kita bersama dapat belajar bukan dari berhasil atau tidaknya pemasangan infusnya, akan tetapi dari keyakinan sang anak bahwa dengan berdoa kepada Tuhan, maka Tuhan sendiri yang akan menyertai bahkan melancarkan proses pemasangan infusnya.
Isi
Dalam menjalani hidup ini, tentu kita akan menemui banyak hal yang kadang menjadi ancaman, hambatan, dan rintangan. Ya, kita menyadari bahwa hidup ini bukan seperti jalan tol yang bebas dari hambatan. Tuhan Yesuspun juga mengetahui akan hal ini. Oleh karena itu, di dalam Injil Matius 10:24-39, sebagai seorang Guru, Tuhan Yesus meyakinkan para murid-Nya bahwa, “seorang murid tidak lebih dari pada gurunya atau seorang hamba tidak lebih dari tuannya.” (Ay. 24). Artinya bahwa sekalipun para murid-Nya mengalami tantangan dan hambatan dalam pelayanan, sesungguhnya tantangan itu tidak lebih berat daripada yang dihadapi-Nya. Tuhan Yesus juga, mempersiapkan mereka tidak hanya sekedar bersiap menghadapi penolakan, namun juga siap menghadapi hal yang buruk, yaitu cacian, aniaya, penyiksaan bahkan kematian. Untuk itu, Tuhan Yesus mengatakan, “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” (Ay. 28). Tuhan Yesus mengingatkan agar dalam pelayanannya para murid tidak gentar kepada mereka (pelawan Kristus atau orang yang menolak Kristus sebagai Juru Selamat atau orang yang dikuasai iblis). Meskipun mereka mampu membunuh para murid, yang mati hanyalah tubuh, sementara mereka tidak mampu membunuh jiwa dan roh, karena Tuhanlah pemiliki jiwa dan roh setiap manusia. Tuhan Yesus mengingatkan agar mereka lebih takut kepada Allah, karena Dia berkuasa membinasakan jiwa dan tubuh di neraka tempat bagi orang-orang yang menentang Kristus.
Tuhan Yesus memberi ilustrasi tentang burung pipit yang harganya murah dipelihara oleh Allah. Tidak ada sesuatupun terjadi kepada burung pipit itu tanpa sepengetahuan dan seijin Allah. Apalagi manusia yang Tuhan ciptakan sebagai ciptaan yang sungguh amat baik, dan sebagai mandataris Allah di dunia ini dan jauh lebih berharga dibanding burung pipit itu. Begitu berharganya manusia di hadapan Allah, sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk takut melakukan mandat Allah untuk menyampaikan kebenaran firman Allah, karena Allah akan senantiasa menjaga dan melindungi para hamba-Nya. Tidak ada satu kejadianpun yang kita alami tanpa seijin Tuhan.
Dalam perikop ini, dikatakan bahwa Tuhan Yesus datang bukan membawa damai, melainkan pedang untuk memisahkan. Dalam sebuah keluarga, tidak selamanya keluarga secara keseluruhan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Tetapi antara orang yang percaya dengan orang yang tidak percaya, bukan terjadi damai, tetapi terjadi perpecahan dan pertentangan karena Tuhan Yesus! Di dalam dunia ini akan selalu ada pertentangan antara orang percaya dengan yang yang tidak percaya kepada Kristus, termasuk dalam beberapa keluarga. Tuhan Yesus menyatakan: “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Ay. 39). Dalam hal ini Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa hidup atau nyawa seseorang itu tidak bernilai sehingga tidak perlu diperjuangkan dan dipertahankan. Tuhan Yesus justru mau menegaskan bahwa hidup atau nyawa manusia begitu bernilai, karena itu janganlah hidup itu dipertahankan dengan cara-cara yang merugikan nilai dan martabat dirinya.
Yeremia menjadi contoh nyata bagi kita sebagai seorang nabi yang telah menghadapi banyak cobaan dan rintangan dalam hidup pelayanannya. Yeremia sadar bahwa ia tak kuasa menghadapi dan melawan semua orang yang merendahkan dan menganiayanya. Yeremia yakin, bahwa Tuhan yang memanggil, memilih, dan mengutusnya menyampaikan firmanNya, juga telah melihat dan menguji batin dan hati hamba-Nya. Hal ini dilakukannya dengan menyerahkan seluruh pergumulan (perkaranya) kepada Tuhan. Dalam kepasrahan, Yeremia menyanyi dan memuji Tuhan. Yeremia percaya, Allah yang mengutusnya itu akan senantiasa melepaskannya dari perbuatan jahat, sebab ia telah dipenuhi kuasa Tuhan.
Penutup
Menjadi orang Kristen tidak ada jaminan bahwa hidup yang akan dijalani akan selalu lancar, tidak ada hambatan, rintangan, dan cobaan. Langit selalu berwarna biru tanpa mendung, bunga-bunga mekar tanpa layu dan sukacita tanpa air mata. Akan tetapi, Tuhan berjanji memberikan kekuatan hari demi hari bagi setiap orang yang mau senantiasa menyerahkan diri kepada-Nya. Oleh karena itu, mari kita senantiasa mengikutsertakan Tuhan dalam setiap hal yang terjadi di dalam hidup kita dan kita meyakini bahwa Tuhan pasti akan menyertai, menolong, dan memberikan kekuatan kepada kita.
Bagaimana dengan Yayasan Kesehatan (YK) milik GKJW? Apakah juga sedang mengalami tantangan dan hambatan dalam perjalanannya? Ada 6 rumah sakit milik GKJW yang bernaung di bawah YK GKJW. Rumah sakit tersebut, antara lain: Rumah Sakit Griya Waluya-Ponorogo, Rumah Sakit Kristen Mojowarno-Jombang, Rumah Sakit Reksa Waluya-Mojokerto, Rumah Sakit Marsudi Waluya-Malang, Rumah Sakit Ibu dan Anak Mardi Waluya-Kauman Malang dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Mardi Waluya-Rampal Malang. Dalam perjalanannya rumah sakit milik GKJW ini harus berjuang agar dapat terus memenuhi panggilannya dalam bidang kesehatan di tengah dunia ini, karena ada begitu banyak tantangan dan ancaman yang menghadang. Misalnya saja, kebijakan pemerintah berkaitan dengan BPJS telah mempengaruhi jumlah pasien maupun pemasukan Rumah Sakit. Selain itu, sekarang ini ada banyak pembangunan Rumah Sakit baru di sekitar area rumah sakit milik GKJW. Dalam situasi dan kondisi yang seperti ini, kita tentu bertanya-tanya, “Apakah Rumah Sakit milik GKJW dapat terus eksis?”, “Bagaimana caranya agar Rumah Sakit milik GKJW dapat terus bersaing dengan Rumah Sakit di sekitarnya?”, “Apa yang sebaiknya dilakukan oleh Rumah Sakit milik GKJW di tengah tantangan dan acaman zaman?”, “Sebagai warga GKJW, apa yang bisa kita lakukan?”
Dalam ibadah syukur YK ini, mari kita bersama meyerahkan sepenuhnya Rumah Sakit milik GKJW ini ke dalam tangan Tuhan agar dapat terus kuat menghadapi perkembangan zaman dan diberkati Tuhan dalam setiap pelayanan yang dilakukan. Mari, kita terus membawanya dalam setiap doa kita. Selain itu, sebagai warga jemaat GKJW, mari kita juga ikut ambil bagian untuk terus menggunakan pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh GKJW. Bahkan melalui setiap talenta yang diberikan oleh Tuhan terutama di bidang kesehatan kita bisa ikut untuk memajukan Rumah Sakit milik GKJW. Tuhan memberkati kita. Amin. [Wee].
Pujian: KJ. 357 : 1, 2 Dengar Panggilan Tuhan
—
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Sawetawis wekdal wonten lare estri umuripun 6 taun ingkang saweg nandang sakit lan nglampahi proses rawat inap wonten ing satunggaling Griya Sakit. Lare punika sakit Demam Berdarah, pramila saben dinten kedah dipun pundut getihipun supados saged dipun cek kadar trombositipun. Nalika dipun rawat, ing dinten kaping kalih, dumadakan infus ingkang dipun pasang ing tangan sisih tengenipun aboh, pramila infusipun kedah dipun pindah. Ananging proses mindah infus kalawau mboten saged lancar amargi para juru rawat kawratan madosi pembuluh darahipun. Juru rawat punika bola-bali nyobi mindah infus punika nanging taksih dereng kasil. Lare punika nangis kepier amargi ngraosaken sakit lan ajrih nalika juru rawat badhe nglebetaken dom wonten ing tanganipun. Nalika juru rawat punika badhe nglebetaken infus malih, lare punika nyuwun supados sedaya ndedonga langkung rumiyen. Sedaya nuruti punapa ingkang dipun suwun lare punika, ndedonga sesarengan. Puji Gusti lajeng infusipun saged dipun pasang malih.
Saking cariyos punika kita saged sinau, sanes prekawis kasil masang infus punapa mboten, ananging saking kapitadosanipun lare estri kalawau, bilih lumantar pandonga, Gusti Allah piyambak ingkang tansah nyarengi, langkung-langkung paring kelancaraan nalika infus punika dipun pasang malih.
Isi
Nalika nglampahi gesang punika, tamtu kita badhe kepanggih kalian mawarni-warni prekawis ingkang ugi saged dados pakewed ing gesang. Nggih, kita ngrumaosi bilih gesang punika sanes margi tol ingkang bebas hambatan. Gusti Yesus piyambak ugi mangertos prekawis punika. Pramila, ing Matius 10:24-39 minangka guru, Gusti Yesus paring pangertosan dhateng para sakabatipun bilih, “sakabat ora ngungkuli gurune, atawa abdi iya ora ngungkuli bendarane.” (Ay.24). Artosipun senaosa para sakabat ngalami pakewed ing sajroning peladosan, sejatosipun punapa ingkang dipun alami punika mboten langkung awrat tinimbang punapa ingkang dipun alami dening Gusti Yesus piyambak. Gusti Yesus mboten namung nyawisaken para sakabat nalika dipun tolak dening tiyang sanes nanging ugi nyawisaken para sakabat nalika kedah ngadepi prekawis ingkang awon, umpaminipun cacian, panganiaya, panyiksa langkung-langkung kecalan nyawa. Pramila Gusti Yesus ngandika, “Aja wedi marang wong-wong kang bisa mateni raga, aluwung wedia marang Panjenengane, kang bisa ngrusak karo-karone ana ing naraka, iya jiwamu lan ragamu.” (Ay. 28). Gusti Yesus ngemutaken para sakabat supados mboten ajrih lan geter nalika nindakaken peladosan. Senaosa para tiyang ingkang mboten remen kalian Gusti Yesus saged majahi para sakabat, ananging ingkang badhe mati namung raganipun kemawon, awit Gusti piyambak ingkang kagungan jiwa lan rohipun manungsa. Pramila para sakabat kedah ajrih dhumateng Gusti Allah kemawon ingkang kagungan kuwaos ngrusak jiwa lan raga wonten ing naraka.
Gusti Yesus paring patuladhan lumantar manuk Glathik ingkang reginipun mirah, nanging dipun rimati Gusti Allah. Mboten wonten satunggal prekawis ingkang saged kelampahan wonten ing gesangipun manuk Glathik tanpa ijin saking Gusti Allah piyambak. Menawi manuk Glathik kemawon dipun tresnani dening Gusti, punapa malih kita manungsa ingkang dipun titahaken Gusti kanthi sae, tamtu langkung dipun rimati, sarta dipun pitados kagem ngelola donya lan saisinipun. Tamtunipun manungsa langkung aji tinimbang manuk Glathik. Saking ajinipun manungsa wonten ing ngarsanipun Gusti Allah, pramila manungsa mboten perlu ajrih anggenipun nindakaken prentahipun Gusti Allah kagem martosaken sabdanipun. Awit Gusti Allah piyambak ingkang tansah ngreksa lan ngrimati para abdinipun. Mboten wonten setunggal prekawis ingkang badhe kelampahan tanpa ijin saking Gusti.
Wonten ing waosan kita kasebataken bilih Gusti Yesus rawuh mboten mbeta pirukun ananging mbeta pedhang. Wonten ing salebeting brayat, asring wonten salah satunggaling anggota brayat ingkang mboten nampi Gusti Yesus wonten ing gesangipun. Pramila wonten ing satengahing para tiyang ingkang pitados lan ingkang mboten pitados tamtu asring nedahakeh cecongkrahan amargi Gusti Yesus. Gusti Yesus ugi ngandika, “Sing sapa ngeman nyawane, bakal kelangan nyawane, lan sing sapa kelangan nyawane marga saka Aku, iku bakal oleh nyawane.” (Ay. 39). Wonten ing ngriki tamtu Gusti Yesus mboten ngandika bilih gesang utawi nyawanipun manungsa mboten wonten ajinipun. Ananging, Gusti Yesus negesaken bilih gesang utawi nyawanipun manungsa punika saestu aji. Pramila gesang punika kedah dipun lampahi kanthi prayogi.
Yeremia dados patuladhan ingkang nyata kagem kita amargi minangka nabi ingkang sampun nglampahi kathah prekawis wonten ing gesang peladosanipun. Yeremia sadar bilih piyampakipun mboten kuwaos ngadepi lan nglawan sedaya tiyang ingkang sampun tumindak awon dhateng piyambakipun. Yeremia yakin estu bilih Gusti ingkang nimbali, miji, lan ngutus piyambakipun kagem medaraken sabdanipun Gusti, pramila Panjenenganipun ugi mirsani lan nguji batosipun Yeremia. Sedaya punika dipun lampahi kanthi pasrah sumarah wonten ing ngarsanipun Gusti lumatar pepujen lan manembah Gusti. Yeremia pitados bilih Gusti ingkang ngutus bakal paring pitulungan supados saged uwal saking piala, langkung-langkung Gusti piyambak ingkang paring kuwaos.
Panutup
Dados tiyang Kristen mboten wonten jaminan bakal gesang kanthi lancar, mboten wonten alanganipun. Langit biru tanpa mendung, kembang-kembang mekar tanpa alum lan sukabingah tanpa kasisahan, ananging Gusti paring prajanji bakal paring kakiyatan dinten mboko dinten kagem saben manungsa ingkang tansah masrahaken dhirinipun wonten ing ngarsanipun Gusti. Pramila, sumangga kita tansah ngandelaken Gusti ing sadengah prekawis ingkang kelampahan wonten ing gesang kita. Kita ugi yakin estu bilih Gusti bakal paring pitulungan lan kakiyatan kangge kita sami.
Kados pundi kalian Yayasan Kesehatan (YK) kagunganipun GKJW? Punapa ugi ngalami tantangan lan alangan wonten ing gesangipun? Wonten 6 Griya Sakit kagunganipun GKJW ingkang dipun rimati kaliyan YK GKJW, nggih punika: Griya Waluya-Ponorogo, Rumah Sakit Kristen Mojowarno-Jombang, Reksa Waluya-Mojokerto, Marsudi Waluya-Malang, Mardi Waluya-Kauman Malang lan Mardi Waluya-Rampal Malang. Griya Sakit kagunganipun GKJW punika kedah berjuang supados saged netepi timbalanipun ing bidang kesehatan wonten ing satengahing donya punika. Zaman sakmangke, pamrintahan Indonesia ugi nggadahi kebijakan bab BPJS ingkang ngaruhi jumlah kunjungan pasien lan pemasukan Griya Sakit. Wodene, sakmangke kathah Griya Sakit ingkang kabangun wonten ing sekitar Griya Sakit kagunganipun GKJW. Wonten ing kahanan ingkang kados mekaten punika tamtu badhe tuwuh pitakenan, “Punapa Griya Sakit kagunganipun GKJW saged tansah lestantun? Kadospundi caranipun supados Griya Sakit kagunganipun GKJW saged bersaing kaliyan Griya Sakit sanesipun? Punapa ingkang kedah dipun lampahi dening Griya Sakit kagunganipun GKJW ing satengahing tantangan zaman punika?, Minangka warga GKJW, punapa ingkang saged kita tindakaken?”
Wonten ing pangibadah syukur YK punika, sumangga kita sami masrahaken Griya Sakit kagunganipun GKJW punika wonten ing astanipun Gusti piyambak supados saged tansaya kiyat ngadepi perkembangan zaman lan binerkahan wonten ing sedaya peladosan ingkang dipun lampahi. Sumangga tansah kita mbeta wonten ing pandonga. Minangka warganing GKJW, kita ugi kedah migunakaken fasilitas kesehatan ingkang dipun gadahi dening GKJW. Langkung-langkung menawi kita kaparingan talenta ing babagan kesehatan, kita saged nderek urun tenaga kagem Griya Sakit kagunganipun GKJW punika. Gusti tansah mberkahi kita. Amin. [Wee].
Pamuji: KPJ. 161 : 1, 2 Jiwa Raga Kawula